Lu

242 35 0
                                    

Tok.. Tok

Cklek!

"Luhan, mama dan baba datang" ucap nyonya Huang

"Mama, baba, Lulu merindukan kalian" jawab Luhan mengerucutkan bibirnya lucu.

"Baba membawa boneka dam buah buahan" kata tuan Huang menaruh boneka rusa itu di samping vas bunga Mawar putih*yang baca chapter butterfly pasti tau itu bunga dari siapa*

"Wah.. Bunganya Indah sekali, apakah adikmu yang membelinya?" tanya nyonya Huang menghirup wangi bunga itu.

"Tidak ma, itu aku dapat dari suster, katanya bunga itu cocok untukku, jadi dia memberikannya" dusta Luhan , entah sudah berapa kali ia berbohong pada orang tuanya tentang keadannya.

"Apakah kau mau mama bawakan bunga seperti ini setiap berkunjung?" tanya nyonya Huang dengan senyum

"Tidak usah mama, lagipula aku tidak terlalu menyukai Mawar putih lagi" tolak Luhan lembut

"Kenapa sayang, bukankah kau dulu sangat menyukainya?, sampai seluruh ruangan kerjamu penuh dengan bunga itu, bahkan kamarmu sudah seperti kebun bunga" tanya nyonya Huang, ia duduk di sisi ranjang Luhan, menaruh kepala Luhan dipundaknya dan mengelus surai blonde anak tertuanya ini.

"Aku hanya sudah tak menyukainya, bunga itu hanya mengingatkanku padanya" ujar Luhan lirih

Nyonya Huang masih mengelus surai blonde Luhan dengan lembut, ia lalu memberi kode pada suaminya untuk keluar, tuan Huang yang mengerti dengan kode istrinya pun mengangguk dan keluar kamar.

"Tapi, bukankah bunga itu bagus, oh dan apa itu, baby's breath, mama baru menyadarinya bahwa ada bunga baby's breath di antara mawar itu karena warnanya yang sama"

Luhan tersentak lalu menengokan kepala ke vas bunga itu, ia melihatnya dengan cermat dan ya, ada beberapa tangkai bunga baby's breath di antara Mawar itu.

"Lu" panggil nyonya Huang, Luhan lalu mengalihkan pandangannya pada ibunya, menatap manik rusa ibunya yang menurun padanya.

"Kau tahu bukan arti bunga Mawar?" dan Luhan mengangguk

"Cinta" jawab Luhan

"Kalau bunga baby's breath?"

"Kesetiaan, keikhlasan, kepolosan dan kebaikan" jawab Luhan lagi, tapi nyonya Huang menggeleng membuat kerutan di dahi Luhan.

"Bukan sayang, artinya adalah perpisahan atau kematian" ujar nyonya Huang lembut sembari mengelus pipi mulus Luhan.

"Dan jika bunga Mawar dan baby's breath disatukan artinya adalah 'Aku akan mencintaimu sampai mati' kamu mengerti?" ujar nyonya Huang lembut menatap manik Luhan yang menurun darinya.

Luhan mengangguk, ada sebuah rasa yang membuncah dari dalam perutnya, ia merasakan bahwa banya kupu-kupu yang berterbangan di perutnya.

"Jadi, kau sudah bertemu dengannya?" tanya nyonya Huang lembut disambut oleh anggukan Luhan.

"Kemarin malam, dan maaf karena sudah berbohong tentang bunga itu, sebenarnya itu pemberiannya" ucap Luhan lirih sembari menunduk

Nyonya Huang lalu mendongakkan kepala anaknya agar menatapnya.

"Kau masih mencintainya?" tanya nyonya Huang tersenyum lembut.

"Ya, rasa itu masih ada"Jawab Luhan setelah jeda yang agak lama membuat senyuman nyonya Huang melebar

"Berikan dia kesempatan, nde" ucap nyonya Huang memeluk dan mengelus surai blonde Luhan

Luhan hanya mengangguk tapi dalam hati ia berkata
Aku akan mencobanya, ma

"Oh iya, dimana Tao dan Kris? Mereka tidak kelihatan" tanya nyonya Huang pada Luhan yang hanya dibalas gelengan lucu olehnya.

"Mama akan menelponnya" ujar nyonya Huang lalu mengambil ponsel di tas nya.

"

Tidak diangkat, kemana dia?" geram nyonya Huang lalu menaruh ponselnya di meja nakas.

"Mama akan memanggil babamu, tolong kau hubungi Tao" ujar nyonya Huang disambut anggukan oleh anaknya

Setelah pintu tertutup Luhan mengambil ponselnya dan mencari kontak Tao lalu menekan tombol panggil setelah telah dering ke 3 baru panggilan itu diangkat oleh orang diseberang

"Halo, Tao kau dima-"

"Akhh..." kalimat Luhan terpotong oleh suara yang ia yakini adalah desahan terdengar dari seberang

"Ada apha... Lu-gehh shh" tanya orang diseberang, Luhan mengumpat dalam hati lalu menjawab

"Kalian... Selesaikan dulu kegiatan yang kalian lakukan lalu cepat hubungi mama!!!" seru Luhan geram dan malu terbukti dengan wajahnya yang sudah memerah seperti tomat.

Pip!

Telpon itu diputus sepihak oleh Luhan lalu ia menaruh dengan kasar ponselnya pada nakas dengan wajah memerah.

Bibir pink nya menggerutu lucu dengan kedua tangan terlipat di dada.

"Dasar, adik macam apa itu? Mengangkat telpon saat sedang melakukan 'itu'" gumamnya kesal

Cklek!

Pintu terbuka dan Luhan langsung menetralkan wajahnya yang memerah.

"Kau sudah hubungi Tao? Dimana dia?" tanya nyonya Huang, Luhan mengangguk dan menjawab

"Dia sedang ada urusan" jawabnya agak kaku mengingat tadi saat dia menelpon Tao. Lalu kedua orang tuanya hanya mengangguk paham .

"Nanti malam kau sudah boleh pulang, baba sudah mengurus seluruh administrasinya dan nanti kau tinggal pulang saja" ujar tuan huang menyalakan handphonenya yang disambut anggukan ceria dari Luhan.

Tbc...
------------

Iya aku tau ini pendek banget
Iya aku tau ini ga nyambung
Maaf, soalnya aku udah Mentok banget idenya
Tetep vote ya...

Like A Rose (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang