Stephanie melirik ponselnya dan mencibir. Benar-benar Reynald ini. Pria itu sama sekali tidak menghubunginya saat dia menerima hasil beasiswanya. Semua yang dilakukan Reynald hanyalah mengabarkan bahwa dia akan sibuk seharian dan tidak sempat menghubunginya. Begitu terus selama hampir satu minggu pria itu pergi.
Dia tahu, Reynald memang memiliki tanggung jawab yang berat sebagai anak sulung keluarga Sandjaya. Kelangsungan masa depan bisnis keluarga mereka ada di tangan Reynald. Tapi please deh, Stephanie juga ingin diperhatikan. Apa susahnya menanyakan kabar dan bagaimana beasiswanya.
Stephanie bahkan yakin, Reynald menelponnya setelah -entah Adrienne atau ibunya- mengatakannya padanya. Dirinya bahkan sudah resmi tinggal di Oxford sekarang.
Reynald menelponnya saat dirinya berangkat satu minggu lalu namun tidak diangkatnya. Semua pesan juga diabaikannya. Tidak di baca apalagi di balas. Dia kesal. Dan sebalnya, lelaki itu bahkan tidak menghubunginya lagi!
Menghela napas, Stephanie meraih mantelnya dan keluar dari rumah yang ditinggalinya. Masih ada beberapa barang yang harus dibelinya. Orang tua dan kakak sulungnya pulang kemarin ke Indonesia. Dia harus menyelesaikan merapikan rumahnya sendiri.
Beruntungnya dia karena kakaknya memiliki orang tua angkat di kota ini. Mereka berdua dulu menghabiskan masa SMU sampai kuliah di sini sama seperti Reynald. Kakak sulungnya sangat beruntung karena bertemu orang baik yang akhirnya menganggapnya anak mereka. Rumah yang kini ditempati Stephanie adalah rumah tempat dua kakaknya tinggal.
Stephanie tersenyum riang saat menyusuri jalanan tempat tinggal barunya di Stanley Road. Dia selalu suka berada di negara ini. Negara tempat para sastrawan hebat pernah tinggal. Ada begitu banyak tempat yang ingin dikunjunginya. Kent, Yorkshire, Pemberley, Nottingham, dan entah berapa banyak lagi tempat yang ingin dikunjunginya.
Inggris baginya adalah sebuah magic. Bahkan pria Inggris dengan logat bicaranya yang seksi juga adalah sebuah magic. Jauh lebih seksi dari pria Perancis. Oh, Max pengecualian tentunya.
Mengingat Max, Stephanie jadi ingat dia belum mengabari Adrienne jika dirinya sudah tiba di Oxford.
Oxford benar-benar indah. Hope you're here with me. 😍😍
Dulu, mereka sering berangan-angan untuk kuliah di Oxford bersama-sama. Dirinya, Adrienne, Vania, dan Tania. Mereka berencana melanjutkan S2 mereka di kota ini, lalu setiap minggu mereka akan berjalan-jalan di semua tempat indah di Britania Raya. Tapi nyatanya hanya dirinya yang berada di sini.
Adrienne -sudah jelas- memilih menikah dan tinggal di Bordeaux. Dia bahkan tidak melanjutkan S2nya. Si kembar memilih ke Jepang karena pacar mereka juga kuliah di sana.
Sudah jelas semua akan berbeda tanpa sahabatnya. Tapi sekali lagi, ini adalah pilihannya. Dengan atau tanpa teman, dia akan menjalankan pilihannya. Mungkin dia bisa mencari teman baru nantinya.
Stephanie tiba di Covered Market, setengah jam kemudian. Banyak barang yang harus dibelinya termasuk sayur-sayuran. Ibunya sudah menasehatinya untuk lebih sering memasak, dan kali ini Stephanie mencoba menurutinya. Dia sudah terlalu banyak jajan saat tinggal di Jakarta.
Dulu, Stephanie hanya memasak saat Reynald ingin makan malam dengannya. Reynald sangat suka masakannya. Apapun yang dia masak, akan dimakannya dengan lahap. Lelaki itu bahkan tidak peduli jika makanannya sedikit terlalu asin atau bahkan kurang garam.
Ah, memikirkan Reynald membuatnya merindukan pria itu. Jika Reynald ada di sini, saat ini, pria itu pasti akan memasukkan bermacam-macam sayuran ke dalam keranjang belanja mereka. Stephanie meraih ponsel dari kantongnya dan mendapati tidak ada pesan di sana selain dari Adrienne.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing After You (Tersedia CETAK dan EBOOK)
General FictionSebagian Part dihapus untuk kepentingan Penerbitan E-BOOK: PS DAN KARYAKARSA Reynald dan Stephanie. Dua kekasih beda usia yang tentu juga berbeda pandangan hidup juga cita - cita. Mungkinkah mereka akan menemukan jalan untuk bersama saat satu orang...