Hari masih gelap saat Reynald tiba di depan rumah mungil itu. Dia memang tidak bercanda saat berkata bahwa dia akan berada di depan rumah Stephanie besok. Jarak Italia dan Inggris tidak terlalu jauh, karena itulah dia memutuskan akan mengunjungi Stephanie selama beberapa hari.
Reynald tahu rumah ini. Rumah yang juga ditempati dua kakak Stephanie. Hubungan Reynald dan kakak sulung Stephanie bukanlah hubungan sahabat atau teman dekat seperti dia dengan Max dan Darren. Walaupun mereka bertetangga di rumah orang tua mereka, tetapi mereka memiliki lingkup pergaulan sendiri sejak kecil. Berbeda dengan Stephanie dan Adrienne.
Saat kuliah
pun, berhubung mereka beda jurusan, mereka juga jarang bertemu. Yah, beberapa kali Reynald pernah datang untuk sekedar menyambung silaturahmi.Tian seumuran dengannya, sementara Julian lebih muda dua tahun. Dia lebih sering datang saat Tian kuliah di sini, namun saat Julian yang tinggal, dia jarang berkunjung.
Reynald mengetuk pintu dengan pelan. Rumah yang lebih besar tampak masih ramai. Sepertinya pemilik rumah mengadakan pesta. Apa Stephanie juga ada di sana?
Reynald mengetuk lagi saat pintu tidak juga terbuka. Atau seharusnya dia menelepon gadis itu? Tapi Stephanie selalu mematikan ponselnya saat tidur.
Melirik jam tangannya, Reynald kembali mengetuk pintu. Seharusnya Stephanie sudah bangun.
Kali ini pintu terbuka dan gadis di hadapannya membelakkan mata dengan mulut terbuka. Reynald mengeluarkan ponselnya dan memotret gadis kesayangannya itu. Stephanie tidak pernah terlihat jelek, karena itulah momen ini harus diabadikan.
Saat tersadar, Stephanie melotot dan menginjak kakinya kuat-kuat hingga ia mengaduh kesakitan.
"Kenapa kamu menginjakku??"
Stephanie tersenyum penuh kemenangan. "Pertama, untuk membuktikan kakak bukan setan. Kedua, karena kakak memotretku dalam keadaan jelek."
Reynald melotot. "Kamu bilang aku setan? Setampan ini kamu bilang setan??"
Stephanie akhirnya terbahak dan mendekat lalu memeluknya erat.
"I miss you," bisiknya seraya menghirup aroma tubuh Reynald.
Reynald terkekeh dan balas memeluk Stephanie serta mengecup puncak kepalanya. "I miss you much much more."
Saat akhirnya tubuh itu berada dalam pelukannya setelah beberapa waktu terpisah jarak, Reynald merasa bahwa inilah yang seharusnya terjadi. Dalam pelukan Stephanie-lah dirinya harus berada.
Stephanie is his home. Sometimes, home has a heartbeat. And he knew he loved her when 'home' went from being a place to being a person. There's no doubt.
Mungkin mereka tidak seperti pasangan lain yang selalu romantis. Lihat saja bahkan Stephanie menginjak kakinya saat bertemu. Akan tetapi Reynald tahu, itulah kekuatan hubungan mereka. Semua pertengkaran tidak penting itu entah kenapa membuat mereka semakin terikat.
"Kamu tidak ingin membawaku masuk?"
Musim dingin memang sudah lewat, tapi Reynald tahu dia akan terserang flu jika berdiri di depan pintu seperti ini lebih lama lagi.
Stephanie terkekeh dan menarik tangannya masuk, lalu kembali mengunci pintunya.
"Ramai sekali di depan." Reynald menaruh kopernya di pinggir sofa dan segera berbaring. Dia merasa lelah sekali. Sejak di pesawat dia gelisah dan tidak bisa tidur. Dia ingin bertanya banyak hal pada Stephanie, tetapi sekarang dia hanya ingin tidur.
"Seperti kakak nggak pernah tinggal di negara ini aja."
Stephanie pergi ke dapur dan Reynald tahu gadis itu pasti membuatkan susu untuknya. Sejak dulu, Reynald punya kebiasaan unik selalu minum susu setelah turun dari pesawat. Entah mengapa dia juga tidak tahu karena orang tua dan saudaranya tidak ada yang seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing After You (Tersedia CETAK dan EBOOK)
Ficción GeneralSebagian Part dihapus untuk kepentingan Penerbitan E-BOOK: PS DAN KARYAKARSA Reynald dan Stephanie. Dua kekasih beda usia yang tentu juga berbeda pandangan hidup juga cita - cita. Mungkinkah mereka akan menemukan jalan untuk bersama saat satu orang...