Bagian 2

3.1K 75 5
                                    

~Jodha~

Aku sedang duduk disebuah bangku taman sambil memperhatikan kakakku dan sahabatku dari kejauhan. Ruqaya dan Surya sedang bermain sepeda dimana Surya membonceng Ruqaya. Setelah tadi aku yang dibonceng oleh Surya kini giliran Ruqaya. Aku tersenyum melihat mereka tertawa bersama. Mengingatkanku saat masa-masa kecil kami dulu.

Kami bertiga saling bersenda gurau di taman yang sering kami kunjungi.

"Ayo, giliranku yang naik kak Ruq. Dari tadi kamu terus," ucapku merajuk.

"Iya, Jo. Sebentar lagi ya."

"Tenang aja, Jo. Nanti kamu juga dapat giliran," sahut Surya sambil merangkul bahuku.

Aku terus saja cemberut dan tak berapa lama Ruqaya menghentikan sepedanya lalu menyerahkannya padaku.

"Ini naiklah. Kalau tidak, kamu akan cemberut terus sampai pulang nanti."

"Asyik..." Aku begitu gembira akhirnya bisa naik sepeda.

"Kak Surya, dorong sepedanya ya."

"Ay ... ay ... Jo" Surya berlagak hormat layaknya anak buah hormat pada pimpinannya.

Aku dan Ruqaya tertawa melihat tingkah Surya yang lucu.


Aku tersenyum mengingat kenangan itu. Kenangan masa kecil yang tak akan pernah kulupakan. Kini kami bertiga sudah dewasa dan punya kesibukan masing-masing. Karena kesibukan itulah yang membuat kami jarang berkumpul seperti dulu. Kalau aku masih bisa bertemu dengan Ruqaya dirumah tapi itupun juga tidak tiap hari.

Aku sibuk menjadi pegawai kantoran. Ruqaya dengan sanggar baletnya dan Surya dengan tugas dokternya. Dan saat inilah kami bisa berkumpul karena kebetulan tidak ada yang sibuk. Kesempatan ini kami gunakan untuk bernostalgia kembali.

"Jodha."

Ruqaya memanggilku sambil melambaikan tangannya. Aku balas dengan melambaikan tangan juga.

Aku menatap Surya yang membonceng Ruqaya. Aku terpesona dengan Senyuman Surya yang menurutku sangat manis. Aku telah menyimpan perasaan pada Surya sejak kami masih kecil hingga sekarang rasa itu tak pernah pudar.

Aku menulis semua perasaanku di buku diary. Buku yang sejak kecil sampai dewasa selalu menemani hari-hariku. Di buku itulah rahasia terbesarku kusimpan. Dan rahasia itu akan aku ungkapkan bila waktunya telah tiba. Butuh keberanian besar untuk menyatakannya pada Surya. Tapi aku tidak akan menyerah. Aku akan berusaha memberanikan diri mengatakannya suatu saat nanti. Dan aku berharap dialah Jodohku kelak.













~Jalal~

Aku sedang berada di studio rekaman milikku. Hari ini ada penyanyi pendatang baru yang sedang rekaman album perdananya. Aku ikut serta mengawasi dia rekaman karena akulah yang mengorbitkannya. Namanya Nazima Mukhtar. Dia wanita yang cantik dengan kulitnya yang putih dengan rambut sebahu.

Bukan rahasia lagi bila aku selalu berhubungan dengan penyanyi wanita yg aku orbitkan. Anggap saja itu sebagai imbalan karena aku sudah membuat mereka terkenal. Terserah orang menganggapku bajingan atau playboy. Aku tak perduli. Yang penting aku bisa bersenang-senang. Bukankah hidup hanya sekali. Jadi untuk apa kita hanya bergalau ria. Setelah aku bosan dengan mereka, maka aku akan mencari yang lain yang menurutku lebih menarik.

Saat aku sedang sibuk memperhatikan Nazima, asistenku tiba-tiba datang mengagetkanku.

"Pak Jalal. Ada telepon dari nyonya Hamidah"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 08, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KAMULAH JODOHKU [ Sudah Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang