Rating: Semua Umur
“Kalin cuka. Kalin cuka es’kim. Laca’na ‘nak. ’Ingin, ‘ingin, Kalin cuka. Ada laca co’kat. Ada laca u’ah ‘tobeli.”
Dimas mengamati Karin yang tengah memakan es krim sambil menyanyikan lagu karangannya sendiri. Es yang Dimas berikan sebagai sogokan agar gadis itu ‘bermain’ dengannya, atau berkencan jika dalam pandangan Dimas.
“Karin suka es krim?” tanya Dimas.
“Ho’oh, Kalin cuka es’kim,” jawab Karin sambil lalu. Terlalu sibuk menjilati es krim miliknya hingga baik bibir, pipi, atau bahkan mungkin pakaian jika tidak tertutupi celemek, terkena noda es krim.
“Selain es krim Karin suka apa?” Dimas memancing. Berharap bahwa gadis kecil itu menjawab ia-lah yang disukai. Selain es krim tentunya.
“Kalin cuka guguk.”
“Selain itu?” tanya Dimas yang masih belum menyerah.
“Mama. Telus Papa. ‘Nama Kak Eja.”
“Karin suka Dimas?”
“Enggak.”
Mengabaikan jawaban Karin yang tidak sesuai harapan, Dimas kembali bertanya, “Kalau Karin suka guguk kenapa enggak pelihara guguk?”
“Enggak.”
“Kenapa?”
“Coal’na Kalin udah puna.”
“Eh!? Masa?” Dimas kaget dengan jawaban Karin. Karena setahunya Karin tidak mempunyai anjing. Bahkan peliharaan apa pun. Meski Reza—Kakak Karin—memelihara hewan.
Mengabaikan kekagetan Dimas, Karin menjawab, “Ho’oh, Kalin puna guguk. Dimas kan guguk puna Kalin.”
Selama beberapa detik Dimas hanya tercengang mendengar itu. Sebelum berubah menjadi rona senang yang membuat pipinya bersemu. Mengingat bahwa yang disukai Karin, melebihi Mama, Papa, atau Kak Eja-nya adalah guguk. Sementara bagi Karin ia adalah guguk itu sendiri.
Dimas pun menghadiahi Karin sebuah pelukan erat untuk jawabannya yang tidak terduga. Yang dibalas Karin dengan cakaran di muka karena menjatuhkan es krim miliknya.
Kebahagian Kecil - Selesai
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Rahasia [Rangkaian Keluarga Wijaya]
RomanceKompilasi rasa dari sebuah rahasia.