***
Hadeh, cape juga ya tawuran sama anak sebelah. Bukan karena mereka lebih kuat tapi karena jumlah pasukanku kalah telak dengan mereka. Meski begitu, pasukanku jugalah yang menang, malu deh kalo kalah sama orang-orang letoy kaya mereka. Tapi aku kasihan juga liat mereka, sebagian besarnya kena bacokan, berbanding terbalik dengan pasukanku yang rata-rata masih sehat jasmani dan rohani.
"Lev", ku lihat Mito menghampiriku dengan tangan kanan yang menopang tangan kiri.
"Gue atit Lev", rengeknya menunjukan tangan kirinya yang di ikat kain dengan bercak-bercak merah.
"Halah, sakit gini doang lebay lo", ku pukul tangan kirinya yang disambut teriakan dari Mito. "Gue yang ga kenapa-kenapa aja biasa aja tuh", lanjutku tak peduli.
"Ya biasa ajalah, lo kan ga kenapa-kenapa", sewotnya, eh iya juga sih.
"Sewot aja lo, ga guna tau. Oh ya lo ngapain manggil gue tadi ?", tanyaku.
"Oh itu, gue mau nanya tapi rahasia", bisiknya dengan suara sangat kecil.
"Apa ?", tanyaku mendekatkan telinga.
"Kuping lo bau Lev", segera ku geplak kepalanya.
"Lo bisik-bisik cuman mau ngehina gue hah ?! Berani lo sama gue, sini sekalian gue patahin tuh tangan", bentakku sambil menarik tangan kiri Mito.
"Ih sabar Lev, gue bercanda. Gue mau nanya soal cewek tadi", bisiknya lagi.
"Cewek ? Yang mana ?", tanyaku heran.
"Itu yang mirip sadako itu. Yang tadi nyamperin lo", jawabnya.
"Oh si Nica, napa ?", alisku terangkat satu. Tiba-tiba Mito merengek lagi.
"Lo mah kaga peka Lev", rengeknya.
"Sori gue bukan komputer yang bisa ngerti kode lo", ucapku sinis.
"Maksud gue, lo punya temen cantik gitu di umpetin aja. Bagi-bagi dong sama gue", ucapnya manja, jiji sumpah.
"Gue bingung nih otak lo taro dimana sih ! Tadi lo bilang dia mirip sadako, tapi lo bilang cantik juga", ucapku sambil mengetok kepala bagian sampingnya.
"Ih maksud gue. Dia itu sadako cantik", jawabnya bete. "Coba minta nomor hpnya, Lev", lanjutnya lagi.
"Ogah, mit-amit gue ngasih temen gue satu-satunya sama cowok playboy kaya lo", ucapku seraya bangkit. "Udah ah gue mau pulang", lanjutku lagi.
"Woy Lev, jangan pergi dulu, woy", ku dengar Mito berteriak tapi hanya ku balas lambaian tangan.
Aku sudah berdiri setengah jam di halte depan sekolah, tapi belum ada kendaraan yang lewat, mungkin karena langit udah mulai gelap. Lalu, ku lihat sebuah motor ninja lewat di depanku.
"Ojek", ucapku beteriak. Namun pengendara itu tidak berhenti.
"Woy ojek", panggilanku yang ke-2 membuatnya menoleh. Ku lihat dia menunjuk dirinya sendiri dan ku anggukan kepala. Setelah dia berhenti di depanku, aku langsung menaiki motornya.
"Perumahan gang petir ya", ku lihat motor itu bergerak sesuai intruksiku. Tumben amat ada ojek wangi, ucapku dalam hati.
Tak lama dari itu, aku sampai di depan sebuah rumah yang sebenarnya tak layak di sebut rumah karena bentuknya yang lebih mirip gubuk kecil, eh gubuk juga rumah ya ?
"Makasih jek, berapa ? Jangan mahal-mahal ya", ku lihat dia memandangi rumahku dengan heran.
"Ini rumahmu ?", tanyanya tanpa menjawab pertanyaanku tadi.
"Gue ga suka pertanyaan gue ga di jawab. Tapi karena gue baik hati dan tidak sombong, gue ga bunuh lo saat ini juga. Cepet jawab berapa biayanya, kalo ga lo mending cepet pergi", tegasku pada si ojek ini. Aku ga suka urusanku di campuri orang lain.
"Sori, tapi aku bukan ojek", ucapnya dingin. "Kalo bukan karena kasihan liat kamu sendirian di jalan tadi, aku ga bakal nganter kamu sampe rumah", lanjutnya dan segera melanjukan motor ninjanya itu.
"Gila, jadi ojek doang udah belagu. Ntar gue jadi sopir taksi biar ngalahin lo", gerutuku kesal, eh tapi untung juga ya uangku masih utuh.
Setelah mandi dan sebagainya. Aku duduk di ruang tamu, sebenarnya bukan ruang tamu tapi hanya ruangan kecil berisi sebuah meja kecil tempatku menyimpan semua buku pelajaran dan sebuah karpet di pojok ruangan. Ku lihat jam menunjukan pukul 08.00, masih terlalu sore untuk tidur. Aku memutuskan untuk keluar rumah mencari udara segar.
Sebenarnya, di daerah perumahanku yang kumuh ini juga terdapat taman, jangan berharap seperti taman-taman kota yang romantis, ini hanya sebuah taman kecil dengan sebuah bangku di pinggirannya. Ku putuskan untuk menduduki bangku tersebut, sendirian.
Hampa, itu yang kurasakan sekarang, meski aku brutal dan nakal tapi aku juga manusia yang bisa merasa sedih. Aku iri melihat keluarga lengkap yang bahagia dan menghabiskan waktu dengan gelak tawa.
Ku pandangi langit malam yang dipenuhi para bintang, terlihat tenang. Pandanganku beralih pada perempuan yang berjalan tegesa-gesa tanpa ekspresi. Aku sepertinya pernah melihatnya, ah ya itu kakak kelas ku, Anya yang menduduki bangku kelas 12 IPS-3. Tapi dia terlihat berbeda, setahuku dia orang yang berwajah ceria dan alim, masa iya dia keluar rumah malam-malam begini. Dan dari baju yang di pakai koo aku merindingnya, warnanya putih semua, untung kakinya masih terlihat.
Untuk membuktikan dugaanku, aku berlari mengejarnya. Ku coba meneriaki namanya tapi dia tak tampak ingin berhenti, aku merasa Anya seperti sedang dipanggil sesuatu. Mungkin karena terlalu memperhatikan Anya dan tidak memperhatikan jalan, aku menabrak sesuatu hingga terjatuh dan pandanganku terlepas dari Anya.
Ketika aku sudah berdiri, ku cari sesuatu yang menabrakku tadi. Tapi tidak ada apa pun didepanku dan ku sadari aku kehilangan jejak Anya tepat di sebuah pertigaan. Instingku berkata, bahwa sesuatu yang menabrakku tadi hanya pengalihan perhatian, sepertinya ada yang mengawasi Anya untuk sampai di tempat tujuan.
Karena tak tau harus mencari Anya kemana, aku berjalan berbalik arah menuju rumah. Ku tenggelamkan pikiranku saat meniduri kasurku. Ku coba memejamkan mata tapi tak bisa, pikiranku masih tertuju pada Anya.
Kemana dia ?
Kenapa dia memakai pakaian serba putih ?
Dan..........
Kenapa liontin sekolah miliknya berwarna hitam ?
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Liontin Hitam Club Kesenian.
Teen FictionChalyn Vindya Levara, cewek brutal dengan sikap nakal yang siap menghajar siapa pun lawannya tanpa terkecuali. Veronica Alondra Joclyn, cewek lugu dan pendiam yang bisa mengubah nasib seseorang dengan hartanya tanpa terkecuali. Kedua cewek yang berb...