3

5 1 0
                                    

Hafizh menyusuri pemakaman sendirian. Dia membawa 4 bungkus bunga tabur, 4 botol air mineral dan 2 bunga tangan.
Dan menemukan dua makam berdampingan, yang bertuliskan nisan bernama kedua orang tua kandungnya yang meninggal secara kecelakaan 9 tahun silam.
Hafizh tersenyum.
Ia duduk disamping makam Ibunya. Rahayu Insadia.
Hafizh membelai nisan tersebut. Dia juga menatap nisan almarhum Ayahnya,
Altio Krataniwira Hartono.
Air matanya jatuh bebas, Hafizh menatap langit dengan maksud untuk menahan air matanya keluar lebih banyak lagi. Matanya kali ini benar-benar seperti keran.
"Ayah, Ibu. Apa kabar? Hafizh kangen. Banget" Ia lagi-lagi menatap langit.
"Hari ini Hafizh pulang siang Yah,Bu. Dulu kan waktu Hafizh SD juga pulang jam segini. Inget gak?" Hafizh menyeka air matanya.
"Dulu biasanya abis Hafizh pulang sekolah, Ibu suka bikin makanan. Hafizh makan bareng Mas Fernando, makanan ibu banyak banget. Enak-enak semua. Hafizh sama Mas suka sampe nambah 5 kali dan Ibu sampe kewalahan masak terus masak terus" Hafizh tertawa mengingat semuanya
"Terus jam 5 Ayah pulang kerja, ayah juga suka bawain mainan buat kita berdua, kadang kita rebutan padahal udah punya masing-masing" Hafizh terkekeh mengingat masa lalunya itu, otaknya langsung teringat bagaimana jasad kedua orangtuanya terbujur kaku dihadapan seorang Hafizh Pratama, bocah berumur 7 tahun itu. Fernando yang kala itu sudah menginjak kelas 5 tidak menangis. Ia berusaha tidak menangis didepan adik lelakinya yang kala itu memeluknya dan benar-benar terpuruk.
Hafizh menaburkan 4 bungkus bunga itu diatas makam kedua orang yang benar-benar ia cintai dan menyiramnya dengan air didalam botol yang ia beli. Hafizh melantunkan doa untuk mereka didalam hati. Setelahnya, ia menatap kembali makam itu.
"Dateng lagi dong ke mimpi Hafizh, masa terakhir pas Hafizh mau UN kelas 9 doang? Kalian gak kangen apa sama anak yang paling ganteng ini?"
Hafizh menaruh kedua bunga tangan ditengah makam tersebut.
"Doain biar Hafizh hidupnya tenang ga digangguin terus sama keluarganya Irsan. Capek"
Irsan adalah ayah tiri yang membayarkannya sekolah, dan segala fasilitas yang Hafizh miliki sampai saat ini.
"Yaudah, Hafizh pulang ya? Yang tenang disana."
Hafizh beranjak dari tempat duduknya berlalu menuju parkiran dan melaju dengan motor hitamnya.

Incoming Call from Naufal...

"Busetdah mager bener gua yaallah angkat ga ya" ucap Alisya, ia terbangun dari tidur siangnya karena telfon dari Naufal yang tiba-tiba.
Alisya mereject telfon tersebut dan mengirimkan SMS berbunyi:

Nanti aja Fal. Gua ngantuk wkwk

"Beuhhh ngantuk dia Fal ngantuk haha tidurin Faaal" Sahut Haikal kepada Naufal yang sedang menghisap vape kuningnya itu.
Naufal tertawa renyah sambil membuang asap vape tadi, "Sok kecantikan jir. Gatau aja gua mainin doang" dan disahut gelak tawa dari Haikal.

Am I Too Late?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang