“… keadaannya bagaimana, Dok?”
Shaqueen membuka matanya secara perlahan. Walaupun penglihatannya masih terlihat berbayang, ia bisa mengenali bahwa itu adalah Mama dan Papanya, Luna dan Petra. Masih lengkap dengan setelan kerja mereka yang serba rapi.
“Ma.. Pa..” Shaqueen mencoba menggerakan tangannya. Suaranya terasa serak, ia butuh air.
Luna yang sedang berbicara dengan dokter langsung terdiam. Petra yang sedang duduk di sebelah Shaqueen langsung mengambil segelas air.
“Perlahan, Queen.” Papa Shaqueen mencoba membantu Shaqueen untuk meminum air tersebut menggunakan sedotan.
Dokter yang belum menjawab pertanyaan Luna hanya tersenyum, lalu izin pergi meninggalkan mereka bertiga.
Shaqueen yang sedang bersusah payah meneguk air, menatap kedua pasang mata Luna dan Petra yang terlihat merasa bersalah.
“Sekarang hari keberapa?”
Shaqueen mengembalikan gelas itu kepada Petra.
“Tiga.” Luna mencium tangan Shaqueen. Binar matanya mencerminkan raut takut kehilangan.
Shaqueen hanya tersenyum melihat kedua orang tuanya tampak akur. Pemandangan yang jarang sekali Shaqueen lihat beberapa bulan ke belakang. Momen pergi bertamasya bersama saat Shaqueen masih SD tiba-tiba terlintas dipikirannya.
“Ma, Pa, sebelum sidang perceraian.” Shaqueen terdiam sejenak, matanya menangkap sosok Virgo di kaca pintu.
Virgo hanya melambai, lalu hilang dari pandangan Shaqueen. Virgo tidak ingin mengganggu mereka.
“Ya?” Luna berharap cemas dengan ucapan Shaqueen. Apa pun akan ia lakukan untuk membuat putri semata wayangnya kembali ceria.
Luna merasa bersalah telah membiarkan Shaqueen terluka.
Shaqueen menggigit bibir bawahnya, “Boleh gak, kita pergi jalan-jalan bareng? Terus Virgo juga diajak.”Petra langsung mengangguk setuju, sambil melirik Luna dengan tatapan seratus persen setuju di sebelahnya.
Ada beberapa hal yang membuat mereka berdua berkeras hati untuk tidak saling mencintai. Namun Shaqueen lebih berarti dari pada perceraian mereka.
Setidaknya, Shaqueen mengingatkan mereka berdua, bahwa dulu mereka pernah saling mencintai.
“Panggilin Virgo, Queen mau ngomong.”
Selagi Petra memanggil Virgo, Luna merasa enggan melepaskan genggaman tangannya pada tangan Shaqueen. Rasanya ia ingin bolos kerja hari ini.
“Balik lagi aja ke tempat kerja, udah ada Virgo kok Ma.” Shaqueen tersenyum saat melihat Virgo dan Petra kembali masuk ke dalam ruang rawat inap.
Petra menepuk punggung Virgo keras, “Awas kalo kamu ngebiarin Shaqueen terluka lagi. Mau dikebiri kamu?”
Virgo menegang di tempat. Dirinya memang tidak sedekat itu dengan Petra, karena yang berteman dekat dengan keluarga Shaqueen adalah Mamanya. Luna dan Kalani.
Luna langsung melotot mendengar ucapan calon mantan suaminya itu.
“Hush kamu, kalo ngomong! Udah sana balik kerja.”Luna tersenyum kepada Virgo sambil mengelus kepalanya, “Jagain Shaqueen buat Tante ya, Go. Dan kamu Queen, jangan ngoplos minuman lagi.”
Luna dan Petra menatap tajam ke arah Virgo dan Shaqueen sampai menghilang dari balik pintu.
Kilatan kacamata milik Petra membuat Virgo tersenyum tipis kepada Luna. Papa yang memiliki anak cewek memang kadang semenyeramkan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Alive
Teen FictionShaqueena mengalami kecelakaan mobil setelah menghadiri pesta malam tahun baru. Dalam kondisi yang kritis, Shaqueen membuat kesepakatan dengan Devil, antara hidup atau mati. Jika ia ingin hidup, ia harus membuat 4 orang cowok jatuh cinta padanya. ...