Suara dentuman musik yang keras terdengar mengisi sebuah rumah pantai milik pengusaha kaya. Anak pengusaha kaya itu mengadakan pesta malam tahun baru yang mengundang hampir seluruh murid di SMA Pemuda Pemudi.
Seorang wanita berambut panjang, masih menggunakan seragam sekolah ikut meramaikan acara tersebut dengan menari-nari di atas pasir putih.
"PARTY LIKE THERE IS NO TOMORROW!" Teriak wanita itu dengan mengacungkan satu botol besar minuman berwarna merah.
"Wohoooo!" Teman-temannya menyemangatinya untuk meminum botol itu.
Dengan bantuan teman lainnya, wanita itu meminum minuman dalam botol itu dengan gerakan cepat.
"Soda?!" ucap Deana, sang pemilik rumah dengan wajah teraneh-aneh.
Semua orang berhenti meneriakinya. Namun suara dentuman lagu bergenre electro dance music terus menerus membuat kepala wanita itu pusing.
Entah dimana akal sehat wanita itu, ia malah berlari mendekati ombak yang masih ikut menari-nari. Seperti sedang menyambutnya.
"Shaqueen! Mending pulang," Virgo, teman terdekat Shaqueen muncul dari dalam rumah sambil berlari-lari mendekati Shaqueen yang tersenyum-senyum seperti orang gila.
"Gue gak mabuk kok, I'm still 16 years old." Shaqueen menenggelamkan dirinya begitu saja ke dalam ombak kecil yang menggelitik kakinya.
Virgo menggeleng kesal, "Besok itu masih hari sekolah, gue bisa dimarahin bonyok lo."
Dengan kekuatan penuh, Virgo menggeret Shaqueena untuk berdiri. Lalu membantunya untuk berjalan menjauhi kerumunan.
"Lo ngoplos soda sama jus? Gila, udah kita harus balik." Virgo mengelus punggung Shaqueena pelan.
Teman masa kecilnya ini memang menjadi agak gila akhir-akhir ini, mengingat kedua orang tuanya yang akan bercerai. Hal itu memang terlalu berat untuk Shaqueena, anak semata wayang keluarga Wirayudha.
Yang membuat Virgo miris melihat temannya ini, keluarga Wirayudha dipandang sebagai keluarga sukses di kalangan kota mereka. Orang tua Shaqueena berprofesi sebagai pengacara, itu menambah ketegangan di antara kedua pihak.
"Go, ayo kita DVD marathon." Shaqueena merengek dalam gendongan Virgo.
Virgo hanya terkekeh, "Gak, sekarang bukan malem minggu. Kita cuman boleh DVD marathon di malem minggu."
Saat sampai di jalan raya, Virgo memajukan tangannya untuk membuat mobil berwarna kuning berhenti.
Virgo memang bukan cowok pembawa mobil mahal, tadi saja ia di antar oleh Ibunya ke acara ini. Seharusnya ia masih dihukum, berkat mobil Papa yang ia buat penyok saat belajar mengendarai. Virgo datang ke sini hanya untuk menemui Shaqueen, jaga-jaga jika ia melakukan hal gila seperti tadi.
Sebuah taksi pun berhenti di depan Virgo.
Dengan gerakan hati-hati, Virgo membuka pintu itu dan membawa Shaqueena susuk di atas jok. Namun Virgo tidak masuk ke dalam mobil itu.
Setelah Shaqueen sudah duduk dengan nyaman, Virgo memberikan uang selembaran kepada supir taksi tersebut.
"Pak, ke jalan Kenanga ya. Rumah nomer 13."
Shaqueena yang setengah sadar, langsung refleks menarik kerah baju Virgo.
"Go, lo gak balik juga?" Shaquenna menatap Virgo dengan matanya yang setengah teler.
Virgo menampilkan deretan giginya, merasa bersalah. "Sorry, gue harus ikutan acara countdown tahun baru. Cepet pulang ke rumah, Pak jalan Pak."
Pak supir berkumis tipis itu pun tersenyum lalu menancapkan gasnya. Mobil pun berjalan menjauhi Virgo yang melambaikan tangannya kepada Shaqueen.
Itu adalah hal terakhir yang Shaqueen ingat.
***
Aroma rumah sakit menusuk hidung Shaqueen. Membuat matanya perlahan terbuka. Namun yang ia lihat bukanlah gedung rumah sakit ataupun daerah berbau obat.
Shaqueen berada di ruangan serba putih, hanya ada dia yang sedang berada di atas kasur.
"Sumpah, Ya Tuhan, gue dimana?!" Shaqueen mencoba duduk karena panik dia tidak bisa ingat apa-apa.
Terakhir kali ia hanya mengingat ia sedang meminum soda, lalu ada pasir pantai. Iya dia ingat ia menghadiri pesta tahun baru di rumah Deana. Deana memang tidak mengenalnya, namun Deana mengundang seluruh murid termasuk Shaqueen.
Suara dentuman keras langsung terdengar di telinga Shaquen. Bertepatan dengan sebuah pintu yang entah dari mana langsung terbuka.
"Halo Shaqueen." Seorang lelaki muda dengan stelan jas berwarna serba hitam dan dasi merah mendekati tempat Shaqueen berbaring.
"Gue dimana? Plis jangan culik gue, bonyok gue gak bakalan nebus." Shaqueena memohon kepada lelaki berkulit pucat itu.
Lelaki itu hanya tertawa.
"Gue Devil. Dalam kehidupan nyata, lo lagi koma. Dan gue mau bikin penawaran buat lo." Devil duduk di pinggir kasur, Shaqueena pun langsung menekuk kakinya. Mencoba menjauh.
Shaqueena langsung teringat bahwa lelaki ini adalah supir taksi berkumis tipis. Ini pasti hanya mimpi, lima menit lagi ia pasti akan bangun.
"Ini bukan mimpi, lo abis kecelakaan. Mobil taksi tadi malam masuk jurang." Lelaki itu berbicara tanpa nada. Membuat Shaqueen merinding di tempat.
Apa yang ia bicarakan?
Shaqueena langsung teringat detik-detik terburuk dalam hidupnya, sepertinya. Tadi malam sepertinya ia mati karena shocked, mobil yang ia tumpangi mengerem mendadak. Masuk jurang dengan gaya bebas.
"Lo setan?!" Shaqueena menyentuh dadanya, jantungnya berdetak makin cepat. Tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi.
Devil menggeleng malas, lalu mendekatkan wajahnya ke dekat Shaqueena.
"Lo mau hidup atau mati?" Devil berbicara dengan penuh penekanan di setiap suku kata. Membuat Shaqueen membeku di tempat.
Dengan susah payah Shaqueen menelan air liur di tenggorokannya, "Hidup." Nyalinya langsung ciut di depan setan ganteng ini.
"Good. Kalo gitu, lo harus ngebuat empat tipe cowok di sekolah, jatuh cinta sama lo. The Athlete, Bad Boy, Cool Boy, dan Nerd Boy. Gue cuman ngasih waktu dua bulan, kalo lo gagal gue bakal ngejemput lo."
Devil tersenyum penuh kemenangan.
Shaqueen menatap Devil tanpa berkedip, "Lo udah gila? Selama 16 tahun gue hidup, gak ada yang ngelirik gue. Gimana gue bisa bikin orang lain jatuh cinta sama gue?!"
Devil hanya menggidikan bahu, ada banyak hal yang harus Shaqueen lakukan untuk tetap hidup. Dan Devil tidak ingin tau bagaimana prosesnya, mereka sudah melakukan kontrak.
"Kalo lo gagal, mungkin lo bisa jadi partner gue, jadi asisten penyabut nyawa."
"Hell no!"
Shaqueen benar-benar tidak mengerti dengan Devil ini. Mengapa harus dirinya? Sebenarnya tidak masalah jika ia meninggal. Tapi ia ingin melihat orang tuanya kembali rukun, dan ia tidak ingin mati di usia muda.
"Dua bulan." Devil mengangkat kedua jarinya. Tampilan itu terus berputar-putar dalam penglihatan Shaqueen. Membuat dirinya kembali pingsan.
***
A/N :
Haiiii, ini aku bikin cerita baru lagi.
Gimana-gimana? Sepertinya aku akan sering update cerita ini. Hoho ^o^ Karena lebih ringan
Semoga kalian suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Alive
Teen FictionShaqueena mengalami kecelakaan mobil setelah menghadiri pesta malam tahun baru. Dalam kondisi yang kritis, Shaqueen membuat kesepakatan dengan Devil, antara hidup atau mati. Jika ia ingin hidup, ia harus membuat 4 orang cowok jatuh cinta padanya. ...