CHAPTER 2

180 40 33
                                    

Memang sisir menurutnya benda yang sakral dan sangat penting yang tidak boleh terlupakan. Sehari ia melupakan sisir,  kiamat sudah hidupnya. 

Elis segera menuruni anak tangga dengan seragam nya yang sedikit berantakan. Elis langsung  ikut bergabung dalam acara makan pagi itu.  Dengan tas yang setengah sudah ada dibahunya layaknya bad girl. Elis menuruni satu persatu anak tangga dengan tidak ada gairah.

Elis sudah bergabung dimeja makan bersama Donna, Ayahnya yang bernama Andrew,  dan adenya yang masih berstatus 3 SD , Emily grachel, biasa sih di panggil Mily. 
Sarapan pagi itu terlihat cukup hening, sampe kemudian Donna memulai obrolan untuk meramaikan suasana.

"Elis, kamu jagain ade ya." Elis mengangguk

"Asik, aku satu sekolah sama ka Elis." sahut Emil kegirangan dan langsung memeluk tubuh mungil kakanya.

"Mily apaan si, lebay tau ga." Dengan nada yang sedikit membentak. 

Seketika Mily mendengarnya langsung melepaskan pelukannya dan mengerucutkan bibirnya. 

"Papa, anterin aku sama ka Elis ke sekolah ya,  boleh ya ya ya?" pinta Mily dengan nada manja.

"Mily, dengerin mama ya, papa kamu kan mau istirahat, kasian kan tuh papa baru pulang dari kerja, kalian di anter sama mas Yanto aja ya." Mily pun langsung memasang muka sedih.

Andrew adalah pemilik perusahaan besar ternama di Jakarta. Tidak heran jika ia jarang pulang dan sering berpergian keluar kota maupun luar negeri demi kesuksesan bisnisnya tersebut, sehingga jarang meluangkan waktu untuk keluarganya.

"Mas Yanto!" teriak Donna

"I..iya bu," dengan nada yang ngos ngosan

"Sekarang Elis sama Mily uda satu sekolah,  jadi mas Yanto anterin mereka berdua ya jangan sampe telat."

"Siap bu." Jawabnya sambil tangannya terangkat seperti sedang hormat.

" Ma, Pa, Elis berangkat dulu ya."

"Mily juga ya ma, pa, pergi dulu dadah."

Mereka berdua pamit sambil mencium tangan kedua orangtuanya.

🐇🐇🐇

Sepanjang perjalanan, Elis terus bengong menatap langit yang kala itu sedang mendung. kalo bukan mama yang nyuruh sekolah disini juga gua gaakan mau

"Ka Elis, mikirin apa sih? Kok dari tadi natapin awan terus? Emang awannya ada apa kak?" tanya Mily dengan polosnya. Elis hanya menggeleng.

"Ka aku seneng deh, bisa satu sekolah bareng kakak,  jadi tiap hari aku bisa berangkat bareng kakak deh. Bisa pulang bareng kakak." Elis hanya mengacuhkan pembicaraan adiknya itu.

"Udah sampe Non Elis, dek Mily."

"Makasih ya mas Yanto" sahut Mily

Elis yang masih bengong menatap awan, tidak sadar kalo sudah sampai.

"Ka Elis,  ayo turun udah sampe" Mily menarik baju Elis agar ia tersadar dari lamunannya. Elis hanya mengangguk.

Elis berjalan menuju dalam,  tetapi langkahnya terhenti saat ia tepat didepan gerbang sekolahnya.

SOMEDAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang