CHAPTER 3

166 39 46
                                    

Kadang, sesuatu yang bukan berdasarkan pilihan hati memang sulit untuk kita jalankan.

Elis berjalan menuju dalam, tetapi langkahnya terhenti saat ia tepat di depan gerbang sekolahnya.

'Selamat datang sekolah baru, temen baru, masalah baru, doi baru. Ya kalo ada.'

Raut muka Elis kala itu sama mendung nya dengan cuaca alam. Ingatannya kembali berputar seperti film. Mengingat kejadian yang ia alami semasa SMP dulu.

'Terpaksa deh gua sekolah disekolah yang bukan menjadi pilihan gua'

Sebelumnya Elis menolak untuk melanjutkan di sekolah Bluemoon. Ia dan teman segerombolannya dulu sudah berencana ingin melanjutkan di sekolah Moonlight. Tapi harapan Elis pun pupus, saat kedua orang tuanya Elis tidak menyetujui sekolah yang Elis inginkan.

Setelah melakukan adu pendapat dengan kedua orang tuanya tersebut, Elis kalah suara. Alhasil, Elis mau tidak mau harus menuruti perkataan orang tuanya dengan perasaan berat hati.

Donna dan Andrew memang mempunyai alasan tersendiri , Mengapa mereka menyekolahkan anaknya di situ.

Donna hanya tidak mau jika ia menuruti permintaan anaknya untuk bersekolah di SMA Moonlight, yang merupakan sekolah milik Kakeknya Elis, Elis akan bersikap semena mena bagaikan putri dan disegani banyak orang disana.

Donna ingin mendidik Gadis remaja nya itu menjadi sosok pribadi yang mandiri.

🐇🐇🐇

Elis sungguh tidak bersemangat hari ini. Iya langsung melemparkan tas nya ke tempat duduk yang berada di tengah tengah itu, dan langsung pergi menuju balkon yang berada ditepat luar kelasnya. Orang yang melihatnya, mengerenyitkan dahinya dengan tatapan bingung.

Sesekali ada yang berbisik-bisik melihat tingkah Elis yang menurut mereka sedikit aneh.

"Eh liat deh itu cewe kenapa coba? dateng dateng muka kayak layangan kusut." Celetuk shiera

"Cantik sih tapi sayang JUTEK!" sahut Janice

"Temenin yuk temenin kasian gua liatnya," balas Shiera

"Lo ga liat mukanya kaya singa yang lagi mau nerkam mangsa nya, takut gue." Ujar Janice sambil menggeleng.

Sedangkan Elis yang sedang bersender di balkon dan melihat kearah lapangan, sesekali ingin meneteskan air matanya.

SOMEDAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang