PART 3. DIMULAINYA SEBUAH TAKDIR

1.5K 77 12
                                    

California, Amerika Serikat......

Queen keluar dari Terminal International di Bandara Amerika. Dia tidak membawa banyak barang. Hanya sebuah tas punggung kecil dan sebuah koper kecil ditangan kanannya. Queen mengedarkan pandangannya disekelilingnya. Ini adalah pertama kalinya dia pergi ke Luar Negeri. Tapi Queen tak perlu khawatir karena bahasa Inggrisnya cukup baik.

Queen mengedarkan pandangannya setelah sampai didepan Bandara. Dia mencari taksi atau kendaraan apapun yang bisa mengantarnya ketempat Kakak Sepupunya. Pandangan Queen terhenti pada sosok gadis yang berdiri tak jauh disampingnya sedang menelpon dengan bahasa Indonesia.

"Aku baru ajha sampai Ma. Aku akan menginap di Hotel..... Dia tidak menjemputku. Dia nggak tau aku akan kesini. Aku sengaja ingin memberikan kejutan padanya...... Mungkin aku akan ketempatnya besok..... Oke aku tutup dulu Ma. Bye." Kata gadis itu yang ternyata adalah Stella berbincang ditelpon lalu menutupnya dan mengalihkan pandangannya dan tepat saat Queen masih menatapnya.

Queen langsung mengalihkan pandangannya kearah lain begitu tatapannya bertemu dengan gadis itu. Stella melangkahkan kakinya lalu berhenti didepan Queen dan memperhatikan penampilan Queen dari atas kebawah lalu keatas lagi. Penampilan Queen saat ini memang sangat sederhana. Hanya celana jeans panjang dan kemeja lengan panjang dengan sepatu kets.

"Lo orang Indonesiakan?" tanya Stella dengan angkuh. Queen mengalihkan pandangannya pada Stella.

"Jangan menatap orang seperti itu! Lo taukan kalo itu membuat orang lain tidak nyaman?" lanjut Stella lalu berbalik dan meninggalkan Queen yang menatapnya dengan tatapan tak percaya.

"Wah.. baru ajha sampe udah ketemu sama orang kayak gitu?" gumam Queen tak percaya. Queen menghembuskan napasnya pasrah.

"Hah. Gue nggak punya waktu untuk ini." Lanjut Queen lalu menghentikan taksi dan segera masuk kedalamnya.

_____

"What?" pekik Queen kelewat heboh. Queen menghembuskan napasnya tak percaya. Baru saja dia diberitahu oleh resepsionis diasrama tempat tinggal Elena jika saat ini Elena sedang tidak ada. Dia dan teman-teman kampusnya sedang kunjungan study selama 1 minggu dan baru saja berangkat beberapa saat yang lalu. Dan tidak mungkin untuk Queen masuk kedalam kamar Elena karena itu dilarang oleh pihak asrama.

"Lalu bagaimana denganku?" gumam Queen putus asa.

_____

["Ayolah Dev tolongin gue! Lo taukan nggak mungkin buat gue balik keasrama dan ambil itu. Ya. Gue minta tolong lo ambilin diresepsionis. Gue tadi udah ngubungin sana kalo akan ada yang ambil sebentar lagi. Jadi lo nggak akan ditanya macem-macem. Oke! Thanks ya Dev. Lo emang yang terbaik!"]

Devon masuk kedalam asrama tempat tinggal Elena dengan langkah malas. Dia sama sekali tak mengerti kenapa dia mau-maunya menuruti perintah gadis itu. Devon benar-benar tak habis pikir dengan dirinya sendiri. Dan belom lagi dia harus mengantar barang yang katanya sangat penting itu ke Los Angeles. Cukup jauhlah dari tempatnya berada saat ini.

"What?" Devon sedikit berjingkat kaget saat mendengar pekikan itu. Devon mengalihkan pandangannya kesamping kirinya. Devon memperhatikan gadis itu dengan seksama.

"Lalu bagaimana denganku?" Devon menautkan alisnya saat mendengar gumaman gadis itu. Devon kembali memperhatikan gadis itu dari atas kebawah lalu keatas lagi. Gadis itu menundukkan kepalanya dalam.

"Devon. This is a Elena's Book." Devon mengalihkan pandangannya kearah resepsionis itu dan menatap buku yang kini ada didepannya dengan tatapan tak percaya.

The Crown Prince Of Elder [#Sequel Love The Elder Princes]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang