Pagi itu, sekitar 2 jam Augray dan Sabu berbincang mengenai wanita yang berkencan dengan mereka dimalam minggu itu. Augray sangat bersemangat dalam berbicara, karena ini soal Shaulia. Seakan-akan hidupnya penuh dengan Shaulia sejak lama. Ya, Shaulia memang mengagumkan. Wanita idaman pikir Sabu dalam hati. Sedangkan Sabu, Sabu sangat tidak bersemangat ketika berbincang mengenai Giesta. Bukan tidak menyukainya, Sabu sangat menyukai gadis itu, tapi dia tidak tertarik untuk berhubungan lebih dengannya. Mungkin belum, pikir Sabu dalam hati.
Cerita Augray tentang Shaulia membuat Sabu semakin suka dan semakin mengagumi Shaulia. Dia sangat ingin memiliki hubungan dekat dengan Shaulia, seperti Augray. Tapi dia tidak mungkin mengkhianati sahabatnya sendiri. Jadi dia hanya bisa menikmati setiap kisah yang terlontar dari mulut Augray mengenai Shaulia.
"Kalau lo jadi gue dan lo lagi di mobil pas Shaulia ngomong kayak gitu, lo pasti kayak gue deh, Sab! Melting! Tapi cuma bisa diem aja. What a perfect reason!" Kata Augray menyudahi pembicaraan.
"She is a perfect human being, Gray. And I mean it. Saya akui dia itu seperti sosok yang sangat sempurna. Kalau kamu suka dan ingin melanjutkan dengan dia. Saya setuju!" Kata Sabu mencoba untuk terlihat bersemangat dalam menanggapi ceritanya.
"Dan lo sendiri sama Giesta, gimana?" Tanya Augray.
"Saya kemarin jalan sama dia, sebentar saja sih. Cuma makan malam saja. Kami lebih banyak diam, tapi dia terus memperhatikan saya. Saat saya bernafas, makan, minum, menoleh, pokoknya semuanya deh! Saya jadi agak risih." Jawab Sabu.
"Kok lo gitu sih? Tandanya dia suka sama lo." Jelas Augray.
"Well, let's see. Saya butuh waktu kayaknya, Gray. Hehe, yuk tidur." Kata Sabu untuk menyudahi pembicaraan mereka.
***
Hari senin ini jadwal Augray sangat padat, Shaulia yang tidak mengetahui hal tersebut sudah terlanjur datang ke kantornya Augray untuk mengajaknya makan siang.
"Sha, kok kamu disini?" Tanya Augray kebingungan. Bukan hanya Augray, Sabu pun bingung dan canggung melihat mereka.
"Aku mau ajak kamu makan siang. Aku masak loh, makan di kantor aja yuk biar Sabu juga ikutan. Mau cicip suasana kantor juga." Jawab Shaulia.
"Sha, maaf. Tapi aku sudah ada janji ingin makan siang bersama klien. Harusnya Sabu ikut aku sih, tapi aku rasa aku bisa handle klien ini sendiri tanpa Sabu. Kalau gitu, kamu makan sama Sabu aja dulu aja, gak apa kan?" Kata Augray dengan nada segan. Dia tidak enak menyuruh Shaulia pulang dengan masakan yang sudah dia bawa, ini lah salah satu jalan keluar yang tepat. Pikirnya.
"Oh iya, Sha. Sama saya saja." Timpal Sabu dengan senyuman canggung.
"Wah, maaf ya. Aku gak tau. Yaudah kalau gitu." Jawab Shaulia dengan nada sedikit kecewa.
***
"Kamu gimana sama Giesta?" Tanya Shaulia memulai pembicaraan dengan Sabu. Dia merasa agak canggung karena daritadi mereka hanya makan dengan ruangan yang sunyi tanpa suara. "Kalian sudah dekat? Giesta bilang kemarin dia habis malam mingguan sama kamu." Tambahnya lagi.
"Iya, hehe." Jawab Sabu singkat. Dia terlalu malu berhadapan dengan Shaulia. Apalagi hanya berdua di ruang kantor yang sebesar ini.
"Kamu suka dia? Dia anaknya sangat baik. Dia banyak bantu aku, anaknya penyayang dan ramah. Aku sayang sama dia. Awas ya kalau kamu jahat sama dia." Kata Shaulia yang hanya di jawab dengan tertawa sebentar lalu senyum. "Eh, tapi kamu belum punya pacar kan?" Tambahnya lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
This is so Gray
General FictionKetika kehidupan tidak bisa kamu tebak. Ketika akal tidak lagi mampu menyamai permintaan dunia. Ketika masa lalu dan kamu menjadi satu. Cinta dan harapan, mimpi-mimpi yang panjang. Bangunkan kami dari semua kenyataan yang ada. -Augray, Sabu, Shaulia...