AUGRAY DAN SABU

579 9 0
                                    

"Throughout life, people will make you mad, disrespect you, and treat you bad. Let God deal with the things they do, because hate in your heart will consume you too." – Will Smith (American actor, producer, and rapper.)

Waktu menujukkan bahwa sekarang sudah pukul 19.15. Sudah sekitar setengah jam Augray dan Sabu berbincang.

"Hahaha, oh jadi gitu? Beda banget hidup lo sama hidup gue. Enak banget lo bisa punya banyak temen yang memang temen. Gue aja nih ya, jujur nih... temen aja gue milih, maunya sama yang good looking and smart, selebihnya mah ya gue sapa-sapa doang." Celoteh Augray setelah medengar cerita Sabu mengenai teman-temannya dengan nada sombong bercandanya.

Sabu memang tergolong mudah bergaul, dia pintar dalam bergaul dengan wawasan dan kerendahan hatinya. Karena hal itu, tak sedikit pula orang yang benci padanya, tapi ah... Sabu tidak memikirkan hal tersebut, biarlah Tuhan yang membereskan segala hal yang aneh itu. Sabu hanya tahu satu hal, selama jalan yang ditempuh memang benar, jangan takut dan jangan pikirkan hal lain yang akan menjatuhkanmu.

"Loh? Tapi kamu mau bergaul dengan saya. Kalau penggambaran diri kamu memang seperti yang kamu bilang ke saya tadi, kamu pasti tidak akan mau bergaul sama saya." Jawab Sabu seputar pertemanan yang digambarkan menurut pandangan Augray.

"Man, you are different. Mungkin lo gak kaya raya. Mungkin lo gak setampan gue, tapi lo menarik. Maksud gue good looking itu bukan yang tampan-tampan saja, tapi yang catchy, jadi ketika lo liat seseorang lo bisa tahu mereka itu menarik atau gak. Apalagi lo mengagetkan gue dengan kemampuan bahasa Inggris lo." Timpal Augray dengan kepercayaan dirinya. Ya, Augray memang laki-laki dengan porsi badan yang pas, enak dilihat, kulitnya putih, wajah yang tampan, plus kaya raya.

"Tapi saya sebenarnya agak kasihan sama kamu setelah mendengar cerita kamu." Tiba-tiba Sabu merasa sedih, sangat terlihat di wajahnya. Ketika Augray tertawa, dia sedih. "Kamu itu kesepian, kurang perhatian. Terlihat banyak paksaan. Hidup kamu sudah enak, tapi kenapa saya melihat hidup saya lebih enak dari kamu, ya?" Timpalnya lagi.

Kemudian mulailah Augray bercerita tentang hidupnya. Bagaimana orang tuanya menentukan hidupnya, harus mengambil jurusan ini dan itu. Harus bisa seperti ini dan itu. Bagaimana orang tuanya selalu membandingkan dia dengan orang lain, seakan tidak mau kalah. Padahal, tidak ada satu orang pun di dunia ini yang sama, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan, tidak akan pernah bisa apabila si B ingin menjadi si A, itulah yang selalu di pikirkan Augray. Bagaimana dia merasakan hidupnya dibatasi. Tetapi ada satu hal yang Augray syukuri, yaitu orang tuanya selalu sibuk akan kegiatan masing-masing. Umumnya, jika seorang anak memiliki orang tua seperti itu, anaknya pasti merasa sepi. Tetapi tidak dengan Augray. Karena, ketika orang tuanya tidak ada, dengan uang saku yang memang banyak, Augray mulai les untuk menjadi seorang DJ.

Setelah itu, mulailah Sabu bercerita.
"Gray, your life is a life that I want, except your parents hahaha sorry, but I can't lie about it. Seperti yang kamu bilang tadi, masing-masing manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Kalau aku? Kamu pasti melihat aku sebagai orang yang banyak kekurangannya. Aku memliki orang tua, tetapi pergi meninggalkanku pada saat aku mulai SMA, dengan alasan tak sanggup mengurusiku. Aku harus kerja sendiri sejak saat itu, mencari uang untuk makan. SMA hanya bertahan hingga kelas dua karena sibuk mencari uang dan tidak punya waktu untuk mengerjakan PR. Aku memiliki hidup yang bebas. Banyak pilihan yang ingin aku pilih. Cita-citaku bertaburan, tapi tak satupun yang aku gapai. Lucu ya, kalau kita mau berandai, kita bisa di gabungkan, it would be so perfect if we're become one. Tapi sekarang aku tidak merasa sepi, ada kamu yang lebih menyedihkan ternyata, hahaha..."

Mendengar kisah Sabu, Augray sama sekali tidak melihat hal itu sebagai hal yang menyedihkan. Dia senang, sebab Augray memang pada dasarnya bukanlah anak yang bisa di atur. Dia lebih senang bebas, bebas seperti Sabu.

"I feel like... having you as best friend. Could I?" Tiba-tiba Augray mengatakan hal yang mengejutkan bagi Sabu.

"I don't know. I just knew you and so do you. Do you trust me? Do I trust you?" Jawab Sabu dengan nada bingung.

"Lo banyak banget mikir, dah! I never steal anything in my life, never use my own best friend for my own goodness, and never do such bad things. Lo bisa percaya gue. By the way, gue mau bantu lo. Umur lo berapa sekarang?" Timpal Augray.

"Saya 25 tahun." Jawab Sabu singkat dengan nada bingung.

"Umur kita sama. Wah, kalau gitu gimana kalau lo kerja di kantor gue bukan sebagai cleaning service? How about as my personal assistant, I need someone who I can trust and smart, just like you." Kali ini pernyataan Augray membuat Sabu semakin bingung.

"Could you give me time to think? I need time." Jawab Sabu.

"Take your time. Tomorrow, at this very time, I'll be right here, waiting for you bringing your answer about my offer. Ok?" Tegas Augray kepada Sabu yang hanya di jawab dengan anggukan bingung dan sedikit senyuman. Dia pikir, tawaran ini terasa tidak adil. Apalagi jika pegawai yang lain tahu.

This is so Gray Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang