"My mom always tell me that a boy, usually, not giving his best or everything he has to a girl he loves. But a girl will give everything she has, even the best thing in her life to a boy she loves. Do you know why? Because a boy uses logic first then heart, but a girl uses heart and less logic. But a man, he will use his heart and logic equally, he will know that if he gives everything he has, then a woman will do the same, even more. And a woman, still using her heart first and her logic after that. That's why I need to treat a woman right. Or it will be a big disaster for me, because if I hurt a woman, it means I hurt her feelings, I hurt my mom, I hurt the most beautiful creature who loves me with all her heart. I need a woman so I can act equally, using brain and my heart." –Ren from his diary's epilogue for a woman he loves.
3 tahun yang lalu...
Rambutnya ikal pendek, terpotong rapi. Dia tidak tampan, akan tetapi pembawaannya yang penuh wibawa membuatnya menarik. Rambut ikal dia dapatkan dari Ibunya, kulitnya yang putih dia dapatkan dari Ayahnya. Matanya agak sipit, berwarna coklat tua. Tinggi badannya 175cm, lumayan tinggi untuk seseorang laki-laki. Melihat ke sekitar kafe, dia hanya sendiri di sana. Dia memang selalu sendiri di sana. Dia tidak pernah punya kekasih, atau menyukai wanita sebelumnya. Di kafe itu dia selalu terduduk, membayangkan bahwa ada sosok wanita yang dia idam-idamkan.
Namanya Ren, Katou Ren. Dia tinggal di Jepang. Ayahnya seorang Jepang, Ibunya seorang Indonesia. Ren mencari sosok wanita yang seperti Ibunya, lembut dan ramah.
Ren tidak pernah suka dengan sekolah, kuliah hingga sekarang pun dia lanjutkan hanya karena permintaan Ibunya. Dia tidak mengerti kenapa banyak orang yang ingin bekerja dengan orang lain ketika mereka sendiri bisa membuka usaha, itulah yang Ren inginkan. Memiliki usaha sendiri. Ibunya selalu mengingatkan bahwa Ren harus bisa mengerti tentang hidup, di tempat dia sekolah, dia belajar banyak, dari mata kuliah hingga pertemanan. Dia bisa belajar banyak di sana hingga dia siap untuk membuka usaha sendiri, setelah mengenal orang dan memiliki pengetahuan yang cukup banyak selain mengenai usaha, sehingga orang lain juga segan melihatnya. Ibunya selalu berkata padanya, "Kamu tidak boleh sombong, dan kamu itu harus tahu kalau kamu berharga, jadi jangan mau apabila direndahkan orang. Setiap orang memiliki value diri mereka masing-masing."
Untuk masalah pendidikan, Ren masih keras kepala. Sampai Ren berfikir bahwa dia harus mendapatkan alasan untuk dirinya sendiri agar dia bisa semangat dalam mengenyam pendidikannya. Wanita. Itulah alasan yang didapatkan oleh Ren. Dia harus bisa lulus kuliah, apabila dia ingin wanita yang bersamanya kelak bahagia. At least, merasa Ren berisi. Dia ingin membahagiakan wanita yang kelak bersamanya seperti dia ingin membahagiakan Ibunya. Itulah alasannya kenapa Ren selalu pergi dari satu kafe ke kafe lain hanya seorang diri, duduk dan melihat-lihat ke sekitar. Sudah dua bulan dilakukannya hal ini. Mencari wanita yang tepat.
Siang itu dilihatnya dua orang wanita asing masuk ke dalam kafe yang sedang dia datangi. Mereka berdua tampak bukan dari Jepang. Yang satu berambut ikal panjang, yang satu lagi berambut lurus panjang. Mereka berdua sama-sama cantik meskipun mereka sedang tidak mengenakan make up. Cukup lama Ren memperhatikan kedua wanita tersebut, dia memang menunggu saat yang tepat untuk mendatangi mereka sambil dia mempelajari tingkah laku mereka. Semakin Ren melihat, semakin Ren suka. Mereka berdua lembut, banyak diam, dan kadang saling tersenyum. Apabila mengobrol tidak seheboh wanita-wanita kebanyakan. Mereka tampak damai. Tapi ada satu orang yang sangat menyita perhatiannya, wanita yang berambut ikal. Ikal, sama seperti Ibunya. Sosok yang sangat dia cari, seperti ibunya. Sudah 30 menit dia menunggu dan memperhatikan kedua wanita tersebut, sampai akhirnya dia memberanikan diri untuk mendatangi mereka.
"Excuse me, are you Indonesian?" Kata Ren menyapa mereka, dengan senyuman ramah dan berharap agar mereka menyambut Ren dengan ramah pula.
"Yes, we are." Jawab wanita yang berambut lurus panjang, singkat. Terlihat mereka sangat bingung dengan kedatangan Ren yang tiba-tiba.
Ren sangat menyadari bahwa mereka sangat bingung dengan kedatangannya, kemudian dia pun berusaha meng-akrab-kan diri, "Kenalkan, saya Katou Ren. Ayah saya orang Jepang, Ibu saya orang Indonesia, nama keluarga saya Katou, jadi kalian bisa panggil saya dengan Ren saja karena kita sudah akrab. Saya sangat senang bertemu dengan kalian yang dari Indonesia. Ibu saya pasti senang juga. Kalian disini pelajar? Student exchange?" Tanyanya sambil duduk di bangku kosong yang telah dia ambil dan dia tempatkan semeja dengan kedua wanita tersebut.
"Saya Giesta, dan ini teman saya..." Kata wanita yang berambut ikal tampak ragu ketika ingin menyebutkan nama temannya sambil melihat ke arah temannya.
"It is okay, Gies." Kata temannya yang berambut lurus. "Bilang saja nama asliku ke dia." Tambahnya. Kemudian Giesta melanjutkan perkenalannya, dia juga jujur mengenai siapa dia dan temannya tersebut. Mereka bercerita panjang lebar. Mereka tidak peduli apabila Ren yang baru saja mereka temui itu adalah benar-benar orang asing. Mereka hanya ingin di dengar, karena selama ini memang mereka sudah cukup lelah. Mereka hanya tahu bahwa sepertinya Ren adalah orang baik-baik.
Ren sangat senang karena dapat bertemu dengan mereka, khususnya Giesta. Wanita tersebut terus bercerita, dan terkadang terlibat tanya jawab dengan Ren. Sedangkan temannya yang berambut lurus panjang, dia hanya banyak diam. Ren mengerti, dari cerita yang dia dengar. Ren mengerti bahwa temannya Giesta tersebut pastilah sangat sedih, sangat shock dengan keadaannya sekarang yang jauh berbeda dengan apa yang dia impikan. Seperti mimpi buruk. Sehingga dia banyak diam.
Kasihan dengan keadaan mereka, apalagi setelah Ren mendengar bahwa mereka tidak punya tempat tinggal karena memilih Jepang secara acak dalam pikiran mereka, Ren pun mengusulkan agar mereka tinggal di rumahnya. "Kalau kalian tidak enak, kalian bisa membayarnya dengan menjadi pegawai di rumah makan yang dikelola Ibu saya. Rumah saya cukup besar dan dapat menampung kalian. Saya tidak akan tega..." Kata Ren yang kemudian di sanggah oleh Giesta.
"Maaf, kamu sadar kan kamu barusan bilang apa? Kita nggak..." Giesta pun di sela kembali oleh Ren.
Ren sadar bahwa mungkin dengan menawarkan tempat tinggal membuat mereka tidak nyaman, atau mungkin Ren bisa dikira orang jahat. Dia pun berusaha menegaskan tentang niat baiknya kepada dua wanita tersebut, "Tidak apa, saya benar. Saya jujur. Saya baik. Saya tidak jahat."
Ren dapat melihat bahwa kedua wanita tersebut sempat agak berfikir pada awalnya, dan kemudian mereka setuju. Seperti mendapatkan harta karun yang selama ini dia tunggu dan dia cari, dengan senyuman bahagia dibawanya kedua wanita itu ke rumahnya. Dia sangat ingin mengenalkan mereka kepada Ibunya, khususnya Giesta.
Saking bahagianya dia, dia tidak menyadari bahwa selama perjalanan menuju rumahnya, dia banyak berbicara. Berbicara mengenai keluarganya. Bercerita panjang lebar dengan nada yang sangat excited. Sampai akhirnya mereka sampai di rumah dan dia mengenalkan mereka kepada Ibunya.
***
Sudah seminggu kedua wanita tersebut tinggal dirumahnya. Selama itu juga dia memperhatikan Giesta. Memperhatikannya secara diam-diam sehingga Giesta pun tak sadar apabila dia sedang diperhatikan. Ren sudah bercerita mengenai wanita yang disukainya kepada Ibunya. Ibunya Ren setuju selama Ren bahagia, apalagi setelah diperhatikan, Giesta memang adalah seorang wanita yang baik. Hingga setahun kemudian, sesuai perjanjian yang mereka katakan bahwa mereka akan kembali ke Indonesia, mereka pun berpamitan. Dia pun harus rela melihat Giesta tidak lagi berada dirumahnya. Setelah berpamitan, Ren berkata kepada Giesta dan temannya bahwa setelah dia selesai S2, dia ingin ke Indonesia, bertemu mereka. Padahal tujuan Ren bukanlah bertemu mereka, melainkan melamar Giesta.
***
Dua tahun kemudian...
Ren sangat senang, dia mendapatkan email dari Giesta yang berkata akan datang ke Jepang. Dia sangat menantikan hari ini, karena dia belum bisa datang ke Indonesia untuk menemuinya. Giesta berkata bahwa dia sangat merindukan suasana Jepang dan merindukan kehangatan keluarganya Ren. Such a beautiful place to go. Katanya.
Akan tetapi keesokan harinya Ren mendapatkan email lagi dari Giesta yang mengatakan bahwa dia tidak jadi pergi ke Jepang karena ada suatau urusan penting yang harus dia kerjakan di Indonesia. Ren kecewa. Dia sedih. 3 bulan lagi dia menyelesaikan pendidikan S2nya, dia harus sabar. Dia akan datang ke Indonesia sesuai dengan janjinya kepada Giesta dan temannya. Khususnya Giesta. Dia harus sabar.

KAMU SEDANG MEMBACA
This is so Gray
General FictionKetika kehidupan tidak bisa kamu tebak. Ketika akal tidak lagi mampu menyamai permintaan dunia. Ketika masa lalu dan kamu menjadi satu. Cinta dan harapan, mimpi-mimpi yang panjang. Bangunkan kami dari semua kenyataan yang ada. -Augray, Sabu, Shaulia...