Chapter 2

19 6 8
                                    

Xandra sudah pulang pada jam 6 pagi tadi. Syukurlah dia tidak mengetahui tentang surat misterius itu.

Pergi kesana atau tidak ya...

Tetapi di surat itu ada sehelai bulu seperti sayapku... Mungkin yang mengirim surat ini sesamaku. Sepertinya begitu...

Baiklah kuputuskan untuk pergi.

Aku pergi ke Love Garden dengan mobil smart berwarna pink ku. Love Garden ini memang indah, banyak bunga berwarna merah, pink dan putih. Dan sesuai namanya, tempat ini sering dijadikan tempat pacaran, hehehehe.

Aku memarkirkan mobilku dan segera turun untuk menemui orang ini. Eh, tapi dimana ya?

Di ice cream corner.

Eh? Tiba-tiba ada yang masuk di pikiranku. Aku turuti saja. Aku berjalan menuju ice cream corner dan mendapati ada seorang laki-laki memegang dua ice cream berdiri di dekat ice cream corner. Dia sangat tampan, hehehe. Dia tampak melihat kekanan kekiri seperti sedang mencari seseorang. Lalu tatapannya bertemu denganku. Kita saling pandang sesaat, lalu ada suara lagi muncul di pikiranku,

Kau kah itu? Rambut pirang dan pink?

Eh? Ya, itu aku...

Ini aku yang mengirimu surat itu, ayo kita duduk di kursi putih itu.

Ha? Siapa?

Yang kau tatap tadi...

Eh? Benarkah?

Aku menuju ke kursi putih di bawah pohon dan melihat dia.
Aku duduk dan diam...

"Ini ice cream untukmu." Dia menyodorkan satu ice cream dan memakan satunya.

Aku menerima dan memakannya.
"Kau siapa?" Tanyaku padanya.

"Kenalkan, aku Aiden Silverstain."

"Aku Coxiella Burnetti."

"Ya aku tau itu."

...

"Eh, by the way, apa kau punya sayap silver itu juga?" Aku teringat akan bulu di surat itu.

"Ya"
"Jadi begini, aku, eh, kita lebih tepatnya, memang bukan manusia biasa."

Ya, kita pun punya sayap.

"Kau benar, tapi bukan malaikat juga sih. Aku sendiri tidak tau apa namanya." "Baiklah, intinya begini, kita memiliki misi untuk menyelamatkan Planet Ore."

Eh? Planet apaan tuh? Ga pernah dengar di pelajaran dan ga pernah lihat di buku, hehehe.

"Aku juga tidak tau planetnya dimana."

"Lalu?" Gimana cara perginya?

"Kita bisa membuat portal menuju sana."

"Wow"

Eh, tunggu, dari tadi dia bisa baca pikiranku deh, aku mau coba juga ah.

Apa? Hehe. Gadis pintar.

Wow, bisa! Aku tersenyum kepadanya. Diapun membalas.

"Kita juga bisa telepati" katanya.

Oh pantas saja tadi suaranya ada di kepalaku.
"Nice" kataku.

"Oh ya, sepertinya kau harus keluar dari sekolahmu."

"Eh? Kenapa?"

"Mulai besok lusa kita akan menjalankan misi kita"

Coxiella BurnettiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang