Bab 4

69 13 9
                                    

Aqilla pov

Di koridor sekolah, aku berjalan dengan buru-buru untuk sampai ke kelas, sebelum guru masuk. Dengan terburu-buru, aku sampai menabrak orang yang tengah berjalan santai untuk ke kelasnya.

"Aduh!! maap gw gak sengaja" ucapku sambil kembali berdiri dan menahan sakit. Tanpa aku sadari bahwa aku menabrak Alvaro.

"Bisa gak si lo, hati-hati kalau jalan!" ucap Alvaro dengan nada tinggi, dan langsung melihat siapa yang menabraknya. "Aqilla?" ucap Alvaro kaget.

Aqillah langsung mendongak ke atas untuk melihat wajah cowo itu, "Alvaro" ucapnya kaget "Sorry Al, gw gak sengaja, tadi gw lagi buru-buru untuk ke kelas sebelum guru mapel dateng" ucapnya lagi dengan rasa bersalah.

"Hmm" jawabnya cuek.

"Yaudah gw ke kelas dulu" ucapku pamit kepada alvaro.

Alvaro tidak menghiraukan omonganku, aku langsung pergi meninggalkan Alvaro.

Sampainya di kelas, aku langsung duduk di kursiku, untung saja guru mapel belum masuk kelas. Jadi aku tidak akan kena marah.

Sahabatku yang tengah memperhatikanku dengan wajah bingung, aku tidak tau apa yang sedang sahabatku pikirkan. Tanpa basa basi aku langsung bertanya kepada mereka.

"Woy, kenapa lo ngeliatin gw kaya gitu?" tanyaku dengan tidak suka.

"Lo abis di kejar-kejar setan?" tanya Bella salah satu sahabatku.

"Gw tadi buru-buru untuk sampai ke kel--" ucapanku terhenti ketika guru mapel masuk kelas.

"Selamat pagi anak-anak" sapa guruku kepada seluruh murid ketika masuk kelasku.

"Pagi juga bu" jawab seluruh murid di kelasku.

"Kalian kedatangan teman baru, silahkan perkenalkan dirimu" ucap guruku.

"Hallo, gw Doni Putra Wijaya" ucap anak baru itu dengan menatap seluruh titik sudut kelas, dan tatapannya berhenti di salah satu seseorang.

"Doni? kok dia bisa sekolah disini? bukannya dia tinggal di surabaya?        -batinku kaget melihat sahabat kecilku sekelas denganku.

"Doni, silahkan kamu duduk di dekat Aqilla" ucap guruku sambil menunjuk kursi di sampingku.

Doni pun berjalan menuju kursi di sampingku.

"Hy, nama gw Doni Putra Wijaya" ucap Doni nyengir

Aku tidak menghiraukan omongan Doni, tetap memperhatikan kedepan, aku masih kesal dengan Doni, karna Doni tidak memberitahuku kalau dia udah ada di jakarta

"Sekarang silahkan buka buku Ipa, kerjakan halaman 60" ucap guruku tiba-tiba membuat seluruh siswa di kelas mengeluarkan buku Ipa, termasuk aku.

"Qill, liat buku lo dong, gw belum ada bukunya" ucap doni kepadaku.

Sebelum aku izikan dia untuk melihat buku ku, dia sudah menarik buku ku duluan.

----


Bel pulang sekolah berbunyi, membuat seluruh murid keluar dari kelasnya masing-masing, termasuk aku. Saat aku ingin keluar kelas tiba-tiba ada yang menarik tanganku, siapa lagi kalau bukan Doni, aku pun melepaskan genggaman tangan Doni tetapi gagal, tangan Doni begitu kuat.

"Apaan si" ucapku sambil berusah melepaskan tanganku dari genggaman tangan Doni.

"Lo marah Qill sama gw? cuma gara-gara gw gak beritahu lo kalau gw ada di Jakarta" ucap Doni kepadaku.

"Mikir sendiri" ucapku dan segera keluar dari kelas untuk meninggalkan Doni sendiri.

Saat aku keluar kelas, sahabatku menatapku dengan tatapan bingung, aku heran kenapa sahabatku menatapku begitu, tiba-tiba salah satu sahabatku Vanya bertanya kepadaku "Lo kenal dia Qill?" aku kaget dengan pertanyaan Bella. Aku langsung menjawab pertanyaan Bella "Dia siapa?" aku pura-pura tidak tau. "Itu, anak baru. siapa namanya? Bela bertanya-tanya "Doni" di jawab oleh Vanya yang tadi terdiam, sekarang ikut akat bicara. " Oh Doni, dia sahabat kecilku" jawabku kepada kedua sahabatku. "Yaudah, sekarang kita pulang yuk" ucapku lagi untuk mengajak kedua sahabatku pulang.

Saat aku dan kedua sahabatku berniat untuk segera pulang, tiba-tiba ada yang memanggil aku dan sahabatku, langkah kaki kita pun terhenti saat mendengar panggilan itu. Ternyata yang memanggil aku dan sahabatku adalah Geri.

"Geri tidak sendiri, Geri di temani oleh Alvaro" -batinku

Geri dan Alvaro mulai melangkah dan mendekati aku dan sahabatku, Geri pun langsung mendekati Vanya, tentu saja dia mendekati Vanya, karena Vanya Pacarnya. Dan Alvaro tetap berada di sampingku, yang membuatku salah tingkah.

"Kenapa lo ada di samping gw Al" -batinku

"Lo selalu bisa buat jantung gw berdebar-debar" -batinku lagi

Aku masih dalam lamunanku, hatiku berdebar-debar sangat kencang, pipiku mulai memerah, salting pula.

"Aqilla?" panggilan Bella membuatku sadar dari lamunanku.

"Iya" jawabku salah tingkah, karna ada Alvaro di sampingku

"Gw pulang duluan ya, nyokap gw udah jemput" ucap Bella langsung pergi begitu aja, tanpa mendengarkan ucapanku.

Sekarang tinggal aku dan Alvaro, Vanya dan Geri pergi ke kantin, padahal tadi aku dan Vanya Berniat untuk pulang, tapi Geri malah mengajak Vanya ke kantin.

Suasana menjadi hening ketika Bella meninggalkan mereka berdua, mereka berdua tidak ada yang angkat bicara, membiarkan suasana menjadi hening.

"Lo masih mau tetap berdiri di sini?" tiba-tiba Alvaro akat bicara, membuat aku salah tingkah untuk menjawabnya.

Ketika aku ingin menjawab Alvaro, tiba-tiba dia langsung meninggalkan aku tanpa bicara apa-apa kepadaku.

"Kenapa lo ninggalin gw gitu aja?" ucapku kesal.

"Lo lama jawabnya" ucap Alvaro cuek.

"Lah gw baru pengen jawab pertanyaan lo, lo udah ninggalin gw" ucapku kesal.

Alvaro tidak menghiraukan omonganku dan melanjutkan langkahnya untuk duduk di meja kantin paling pojok, dab membiarkan aku terus ngedumel.

"Dasar cowo dingin, cowo nyebelin" kataku dengan suara pelan, agar tidak di dengar oleh Alvaro.

💘💘💘


Maap kalo ceritanya gajelas, maap juga kalo ada typo atau kata-kata yang kurang rapi.

Maap ya aku belum menepati janji aku, untuk wajah-wajah pemain Cold Boy. Soalnya aku belum nemui semua Wajah-wajah pemainnya. Tapi aku janji kok:)

Jangan lupa Vote and Commentnya❤

07 Mei






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 07, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cold BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang