Sabrina Della D

25 5 2
                                    

Sabrina Della Desember. Unik ya namanya. Dia seorang gadis belia yang baru saja menginjak umur 17th. Gadis polos yang baru saja merasakan getaran asmara saat pertama kali ia melihat iris mata cokelat pekat milik seseorang yang bernama Bintang. Laki-laki yang berhasil merenggut perhatiannya selama ini, laki-laki yang berhasil membuatnya senyam senyun seperti orang tidak waras saja.

Brina, begitu orang orang memanggilnya. Gadis yang lumayan cantik,walaupun di bilang lumayan, ia memiliki senyum yang sangat manis. Ia memiliki kulit sawo matang dan lesung di bawah bibirnya sebelah kanan. Sangat manis jika ia tersenyum. Ia juga gadis yang pintar, namun ia tidak pernah menyombongkan kepintarannya itu.
Baginya, kepintarannya hanyalah titipan semata yang Allah berikan padanya.

Brina memang bukan gadis hits yang gila populer. Ia hanyalah gadis sederhana yang bahkan tidak perduli dengan kepopuleran.

Pagi ini seperti biasa, Brina berangkat sekolah pukul 06.30 a.m, ia berangkat menggunakan sepeda gunungnya yang setia bersamanya selama 6 tahun ini.

"Bunda, Brina berangkat dulu ya." pamit Brina kepada bundanya sambil mencium punggung tangannya.

"Iya hati-hati di jalan ya nak" jawab bundanya sambil mengusap rambut Brina penuh sayang.

"Iya bun, Brina pasti hati hati kok. Assalamualaikum" kata Brina sambil keluar dari rumah dan mengambil sepedanya yang terparkir di halaman depan.

"Waalaikumsalam" jawab bunda.

Di halaman sudah ada yang menunggu Brina, dia adalah Anisa. Anisa Dian Pratiwi. Sahabat Brina sedari SD sampai SMA kini. Mereka selalu satu sekolah dari SD, bahkan SMA pun mereka satu sekolah. Yah, walaupun beda kelas.

"Eh Bri. Udah selesai dandannya?",tanya Anisa sambil tersenyum miring.

"Apa sih An. Aku tuh tadi baru selesai sarapan. Emangnya aku kamu apa, yang kemana mana pakai bulu mata dulu" jawab Brina sambil menahan tawa.

"Eh. Aku nggak pernah ya pakai bulu mata bulu mataan gitu. Aku tuh pakainya cuma lipgloss"

"Iya deh iya, nggak pakai bulu mata, tapi pakai bulu ayam." kata Brina sambil tertawa.

"Ah tau ah gelap. Ketawa aja terus. Sampe sapi aku bunting anak kambing, aku tinggal kamu." Kata Anisa sambil mengayuh sepedanya menjauhi Brina yang masih setia menertawakannya.

"Eh An,tungguin aku dong. Kamu marah ya. Jangan lama lama marahnya An, nanti bulu ayamnya copot loh" Kata Brina masih menggoda Anisa.

"Tau ah. Aku bilangin Feris kamu ntar."

"Cih. Bilangin aja,aku nggak takut sama dia" jawab Brina sambil mengayuh sepedanya meninggalkan Anisa di belakang.

"Eh Brina. Kok kamu ninggalin aku sih,harusnya kan aku yang ninggalin kamu" teriak Anisa sambil mengayuh sepedanya lebih cepat.

Mereka berdua terus saja bercanda sambil tertawa,sesekali mereka saling mengejek satu sama lain. Walaupun begitu,mereka tahu bahwa apa yang di lontarkan sahabatnya itu hanyalah sebuah candaan semata,jadi mereka tidak akan mengambil hati ucapan itu.

Tidak sadar mereka kini sudah berada di depan gerbang SMA 2 Desember. Yah,pihak sekolah memang sengaja memberikan nama itu untuk sekolahnya, mengingat sekolah itu berdiri tanggal 2 Desember.

Sebuah mobil sport melintas di depan mereka. Memasuki halaman parkir SMA ini. Siapa lagi kalau bukan Si Bintang. Cowok yang di gandrungi dan di idam idamkan para remaja putri. Bintang Kian Albani. Siapa yang tidak mengenalnya? The Most Wanted yang berhasil merenggut hati Brina.

Subhanallah, sungguh indah ciptaanmu ini Ya Allah. Badan tegap,rahang yang tegas,dada yang bidang,alis yang tebal,dan juga punggung yang lebar, beeeh. Sandar-able banget. Oh Bintangnya Brina.

PLOOK

"Aww. Apa apaan sih An. Sakit tau di getok pake buku" kata Brina sambil mengusap dahinya yang mungkin sekarang sudah merah karena di getok buku oleh Anisa.

"Lagian,siapa suruh kamu lihatin si Bintang terus. Hati hati mimisan kamu ntar Bri." Jawab Anisa

"Emang kamu pikir,aku bakal mikir mesum sampai harus mimisan?" Tanya Brina.

"Mungkin aja, kan kamu polos polos bangsatin juga" jawab Anisa sambil tersenyum miring.

"Edan kamu An. Udahlah yuk kita parkir sepeda, keburu bel masuk ntar" kata Brina.

"Yaudah kuy"

Brina dan Anisa sampai di halaman parkir sekolah ini,tepatnya di samping kiri dan kanan gerbang sekolah. Brina sengaja memarkirkan sepedanya di blok kiri. Karna apa? Ya karna si Bintang. Mobil yang Bintang bawa,sekarang terparkir tepat di samping kanan sepeda Brina.

Brina dan Anisa masih mengobrol sedari tadi. Hingga mereka tidak sadar yang empunya mobil sebelahnya itu keluar. Bintang keluar dengan santainya sambil memasang wajah datar. Benar benar Watados.
Walaupun berwajah datar, itu tidak mengurangi pesonanya. Seakan pesona Bintang selalu full 100%.

Brina yang menyadari Bintang keluar dari mobil pun gelagapan sendiri. Pasalnya saat ini ia tepat di samping sang pujaan hati nya. Brina merasa ia habis lari maraton. Jantungnya berpacu dua kali lipat. Brina sulit mengontrol detak jantungnya hingga ia pun memutuskan untuk cepat cepat masuk kelas,meninggalkan Anisa yang sedari tadi memanggil namanya.

Brina terus berjalan sembari menunduk,ia takut orang orang akan melihat wajahnya yang bak kepiting rebus itu. Sampai tidak sadar ia telah menabrak bahu seseorang.

"Busset. Lo kenapa dah. Di kejar Satpol PP?" Tanya orang itu

Brina yang mendengar ada yang mengajaknya berbicara pun mendongakkan wajahnya. Dan benar,ia baru saja menabrak bahu Feris, teman satu kelasnya. Sekaligus pacar Anisa. Feris Adrian.

"Sorry nyuk, aku nggak sengaja. Aku duluan ya. Bye kunyuk" kata Brina sambil melangkah.
Namun, sebelum melangkah tiba tiba tangannya ada yang mencekal. Dengan reflek Brinapun melihat siapa yang mencekal tangannya dan yah, Anisa.

"Kamu tuh ya. Udah ninggalin aku dua kali Bri. Capek aku ngejar kamu." Kata Anisa sambil mengatur nafasnya yang ngos ngosan itu.

"Kamu tadi lari yang?" Tanya Feris tiba tiba.

"Iya tadi aku lari yang,ngejar si Brina noh. Mana cepet banget lagi jalannya." Keluh Anisa

"Lo tuh ya. Gara gara Lo pacar gue harus ikut ikutan lari. Nggak kasian apa sama dia. Udah badan cungkring gini Lo suruh lari. Bisa bisa tinggal tulang sama kulit doang dia Bri." Kata Feris membela pacarnya itu

"Lah, siapa suruh kamu lari larian. Kan kamu bisa panggil aku An buat berhenti" jawab Brina

"Kamu udah aku panggil berkali kali nggak denger Bri. Masyaallah banget kuping kamu." ~Anisa

"Tau Lo. Soak emang kuping Lo tuh. Harus di ganti sama yang baru. Congek Lo udah tebal" ~Feris

"Apaan sih kamu nyuk. Nyamber aja kayak listrik. " ~Brina

Brina yang tidak betah di pojokan begini pun langsung meninggalkan mereka, Brina yang belum jauh dari mereka sempat mendengar sumpah serapah yang di lontarkan oleh couple trouble itu. Mereka terus saja memanggil nama Brina,namun Brina tak mengindahkannya.

"Bri"

"Brina"

"Sabrina"

"Apa lagi sih An?" Tanya Brina.

"An?" Orang itu membeo ucapan Brina.

Brina yang merasa janggal pun membalikkan badannya,dan benar saja. Sekarang dirinya serasa di balik balik. Ia membatu di tempatnya.

Tolong tinggalkan jejak kalian ya.
Jangan jadi sider 😊.
Vote dan coment pendapat kalian.😉. Maaf kalo aku tidak menggunakan bahasa baku.
Sekian dulu ya. Ntar kalo ada yang vote,insyaallah aku lanjut ceritanya.
Kecup Basah dari aku
@Real_Elv

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 08, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Desember Penuh LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang