bagian 2 - Yoon Jeno

6.7K 395 14
                                    

Hanlim Multi Art School, South Korea –05.00 P.M



"Ingin pulang bersama?" Ajak Jeongin kepada Joshua yang sedang sibuk merapikan buku.

Tak terasa waktu pulang pun telah tiba. Padahal Joshua merasa ia baru saja memulai hari pertamanya di SMA. Jika seperti ini, Joshua sangat yakin dapat melewati masa SMA  dengan mudah.

"Dimana arah rumahmu?" Jeongin menatap Joshua sembari menunggu jawabannya.

"Gangnam-gu."

"Rumah kita satu Distrik!"

Joshua langsung semangat seketika. Oh baiklah, sangat menyenangkan berteman dengan Jeongin. Ditambah lagi mungkin setiap hari Joshua akan mengajak Jeongin untuk berangkat dan pulang sekolah bersama. Jujur saja, tidak buruk berteman dengan Jeongin. Jeongin adalah tipikal teman yang baik.

"Kalau begitu, ayo ke halte sekarang!" Joshua menarik tangan Jeongin menuju halte.Namun, Jeongin masih berdiam di tempatnya tidak mengikuti Joshua. Jeongin lalu menahan lengan Joshua.

"Hm, ayo ke parkiran. Supirku telah menunggu." Ucap Jeongin dan segera menarik kembali lengan Joshua menuju parkiran. Joshua yang lengannya ditarik hanya bisa diam kemudian mengikuti Joshua. 

Eh? Apakah Yoon Jeongin adalah orang yang sangat kaya hingga memiliki supir pribadi?

Seketika kekhawatiran mulai muncul di benak Joshua. Jika Jeongin memang orang kaya, bukankah Jeongin bisa dengan mudah meminta bawahan ayahnya atau dengan sendirinya mencari tahu identitas asli Joshua. Bagaimana jika akhirnya Jeongin mengetahui umur asli Joshua?

Ah, semua ini benar-benar membuat Joshua gila.

Parkiran sekolah mulai dipenuhi oleh kendaraan beroda empat dan sepeda. Jeongin menelpon supirnya untuk menjemput mereka di parkiran selatan Hanlim. Tak lama kemudian, mobil BMW SUV datang di hadapan mereka. Pintu mobil pun terbuka, kemudian keluarlah supir dengan memakai setelan jas serba hitam layaknya bodyguard. Supir itu menunduk hormat saat berhadapan dengan Jeongin dan Joshua. 

Joshua tercengang seketika. 

Siapa Jeongin sebenarnya?

"Mobilnya sudah siap tuan." Supir tersebut membuka kan pintu mobil untuk Jeongin dan Joshua. Mereka pun masuk ke dalam mobil. Setelah itu, mobil pun berjalan keluar dari area sekolah.

"Kita mampir sebentar ke SD keponakanku ya, kakakku tidak bisa menjemputnya hari ini." Ucap Jeongin.

"Oke."

Setelah 30 menit, kini mobil BMW SUV milik Jeongin berhenti disebuah sekolah internasional bertulisan Dwight School Seoul. Supir Jeongin memarkirkan mobilnya di basement khusus sekolah dasar. Jeongin pun turun dari mobil, begitu pula dengan Joshua. Mereka lalu berjalan memasuki lorong sekolah menuju ruang jemput siswa yang berada di lantai kedua basement.

 Mereka lalu berjalan memasuki lorong sekolah menuju ruang jemput siswa yang berada di lantai kedua basement

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku yakin kau akan menyukai keponakanku, dia sangat imut." Jeongin membuka percakapan dengan antusias saat keduanya sedang menunggu di ruang jemput siswa.

"dia perempuan?" Tanya Joshua.

"Tidak, dia laki-laki. Umurnya baru 7 tahun. Tapi dia masuk ke kelas akselerasi karena kepintarannya yang diatas rata-rata. Kau tahu, bahkan dia sudah bisa materi Logaritma saat masih duduk di taman kanak-kanak." Jeongin menceritakan betapa pintar keponakannya itu kepada Joshua.

Joshua yang mendengar cerita gila tersebut hanya dapat menggeleng tidak percaya. Bahkan Joshua yang dahulu juga mengikuti kelas akselerasi tidak sampai sepintar ini. 

"Siapa namanya?" Joshua kembali bertanya.

"Jeno, Yoon Jeno lebih tepatnya." Jawab Jeongin.

Joshua hanya mengangguk kemudian kembali memikirkan Jeno. Entahlah, Joshua semakin tidak sabar untuk melihat Jeno setelah mendengar kisahnya dari Jeongin.

"Hei, itu Jeno!" Pekik Jeongin saat beberapa siswa sekolah dasar mulai berhamburan keluar kelas dan memasuki ruang jemput siswa.

Seorang anak lelaki mungil berwajah blasteran itu berlarian dengan temannya. Ketika anak itu melihat Jeongin, ia langsung pamit kepada temannya dan berlari menuju Jeongin. Namun, hal yang tidak terduga pun terjadi..

"MAMA!!!" Teriak Jeno riang. Jeno kemudian memeluk Joshua dengan wajah polosnya.

Hah?! Mama?!

Jeongin menatap kaget Jeno saat ia memanggil Joshua dengan sebutan mama. Joshua yang dipeluk hanya diam mematung, ia masih mencerna perkataan Jeno barusan. 

Sejak kapan dirinya memiliki seorang anak? 

Joshua bahkan belum pernah menikah! Pacaran saja ia belum pernah merasakannya.

"Heh, kok Uncle Joshua dipanggil mama? Sini sama Uncle Jeongin aja..." Jeongin berusaha melepas pelukan Jeno yang masih bertengger di pinggang Joshua.

"Ih Uncle Jeongin, ini kan memang mamanya Jeno." Jeno semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Joshua. 

Joshua kemudian tersenyum canggung, ia tidak tahu harus berkata apa sekarang. Jeongin lalu memutarkan matanya kesal, ia kembali berusaha melepaskan pelukan Jeno dari pinggang ramping Joshua.

"Jeno, jangan drama deh. Uncle udah cape, pulang sekolah harus main sinetron bareng kamu." Cibir Jeongin.

"Iya Jeno, kita langsung pulang aja yuk" Ajak Joshua kemudian mencoba melepaskan pelukan Jeno. Namun, lagi-lagi Jeno semakin mengeratkan pelukannya pada Joshua.

"Oke, Jeno bakal lepas pelukannya." Joshua dan Jeongin pun tersenyum senang.

".....Tapi Mama harus ikut Jeno pulang yaaaa!" Lanjut Jeno kemudian melepaskan pelukannya. Ia lalu menggenggam tangan Joshua dan menariknya menuju basement.

Hah?!

Joshua menatap horror Jeongin dan mengkode untuk meminta bantuan Jeongin. Jeongin yang mendapat sinyal permintaan tolong dari Joshua hanya bisa membuat wajah sedih seakan-akan berkata 'sudahlah ikuti saja'. 

Joshua menghembuskan nafas beratnya. Ia lalu membalas genggaman tangan Yoon Jeno dan berjalan perlahan.

"Yaudah ayo pulang bareng Mama."




To be continue~

hai hai hai! Gimana nih bagian 2 nya, seru gak? hihihi, semoga seru yaaaa... Lanjut gak nih part 3? 

Redicate [JIHAN] -Jeonghan Joshua-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang