Bab 3 - Yoon Jeno (2)

6.5K 365 24
                                    

Mobil BMW SUV itu berhenti di sebuah mansion besar milik keluarga Yoon. Joshua menghembuskan nafasnya kasar. Ia semakin takut untuk memasuki mansion yang berada di hadapannya. Pemilik surai hitam itu takut jika ternyata pemilik mansion tersebut adalah rekan kerjanya. Jika hal itu terjadi, Joshua sudah dipastikan akan mati kutu dan tidak tahu harus menjelaskan apa pada Jeongin.

"Mama ikut masuk ya! Jeno sendirian di rumah. Papa selalu kerja dan pulangnya pasti sangat malam." Anak kecil berparas lucu itu memohon kepada Joshua saat mereka sedang berjalan memasuki mansion.

"Tidak boleh Jeno! Kak Joshua harus pulang. Bukankah selama ini bibi Liu selalu menemanimu?" 

Jeno mendelik kesal mendengar pertanyaan Jeongin.

"Ih Uncle Jeongin jahat...Huaaaaaaaaaaaaa Mama!!! Jeno mau sama Mama!!!" Jeno lagi-lagi menghamburkan pelukannya kepada Joshua. Anak kecil itu menangis keras saat Jeongin kembali menyuruh Jeno melepas pelukannya di pinggang Joshua.

"Jeno maunya sama Mama! Jeno kangen Mama..Jeno mau Mama!!" Jeno berteriak sembari menangis kejar.

Hati Joshua seketika bergetar hebat. 

Jeno ternyata begitu merindukan keberadaan seorang ibu dalam hidupnya. Joshua tidak tega melihat butiran air mata mulai mengalir dengan derasnya menghiasi wajah lugu anak itu.

Akhirnya dengan perlahan, Joshua memeluk Jeno dan menggendongnya memasuki mansion. Jeongin sempat melarang Joshua, namun Joshua mengacuhkannya dan mengisyaratkan Jeongin agar membiarkan dirinya menuruti Jeno sebentar saja.

Tangisan Jeno kemudian berhenti saat Joshua mulai menepuk punggung Jeno pelan.

"Oke Mama masuk bareng Jeno. Tapi Jeno janji langsung ke kamar dan tidur ya?" Titah Joshua sembari menghapus air mata Jeno yang masih tersisa.

Jeno yang mendengar hanya mengangguk pelan. Joshua tersenyum, kemudian ia meminta Jeongin menunjukkan arah menuju kamar Jeno.

Setelah sampai di kamar, Joshua membaringkan tubuh Jeno yang masih memakai seragam sekolah di atas kasur king size hitam. Joshua mendelik tajam melihat setiap inci ruangan. 

Kamar Jeno sangat berbeda dari kamar anak-anak pada umumnya.

Semua aksesoris serta warna furniture yang ada di kamar Jeno seluruhnya berwarna hitam dan putih. Ditambah lagi, tidak ada setitik pun Joshua menemukan mainan khas anak-anak ataupun pajangan kartun seperti yang ada pada kamar anak-anak. 

Justru yang Joshua temukan adalah rak buku besar berisi buku bacaan berat, seperti ensiklopedia dan buku pelajaran lainnya. Di meja belajarnya pun hanya ada komputer dan tablet mini. 

Apakah Jeongin tak salah kamar?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apakah Jeongin tak salah kamar?

Seolah membaca pikiran Joshua, Jeongin mendekatinya kemudian berbisik kecil.

"Ayah Jeno sangat keras dalam mendidik anak. Terutama Jeno adalah anak laki-laki dan penerus utama perusahaan keluarga." 

Jeongin kemudian membuka lemari Jeno dan mengambil baju tidur milik. Joshua membantu Jeongin mengganti seragam sekolah Jeno menjadi baju tidur. 

"Jeno mengantuk mama.." Tangan kecil itu menarik ujung seragam Joshua dengan pelan. Joshua tersenyum dan meraih jari jemari Jeno.

"Tidurlah, mama disini." 

Setelah berkata seperti itu, mata mungil Jeno mulai terpejam dan dengkuran halus mulai terdengar memenuhi ruangan.

Jeno sudah masuk ke alam mimpi rupanya. Perlahan, Joshua dan Jeongin keluar dari kamar Jeno. Tak lupa, Joshua mengecup kecil pipi Jeno dan mematikan lampu kamar. 

o)(o

"Huh, akhirnya selesai juga.." Jeongin menepis keringat di dahinya dengan tissue sembari mengambil air untuk minum. Tenaganya cukup terkuras hari ini karena tingkah Jeno yang sangat merepotkan.

"Jeno sebenarnya penurut. Tapi aku tidak tahu kenapa, baru kali ini dia memanggil orang lain dengan sebutan nama. Bahkan dengan orang yang baru ia temui!" Jeongin melanjutkan perkataannya.

Joshua hanya diam mendengarkan sembari duduk di samping Jeongin.

"Ku harap kau mau memaafkan Jeno. Ia memang tidak memiliki ibu sejak lahir." Jeongin menatap Joshua sendu.

Sebenarnya Jeongin sedikit heran dengan perlakuan Jeno hari ini. Bukan heran lagi, lebih tepatnya benar-benar tidak habis pikir atas kelakuan keponakannya yang dengan lancang memanggil Joshua dengan sebutan Mama. 

Jeno tak pernah seperti ini sebelumnya.

Dulu, pernah terjadi keributan antara Jeno dengan sang ayah, Yoon Jeonghan. Jeno terus-terusan bertanya mengenai Mamanya yang tak pernah ia lihat sedari kecil.Sang ayah lalu memaki Jeno dan mengancam anaknya agar tak membicarakan hal tersebut.

Sejak saat itulah Jeno mulai memendam semua kerinduannya terhadap kasih sayang orangtua, terlebih kasih sayang ibu yang tak pernah ia dapat. Tak ada sekalipun si kecil bermata coklat itu membicarakan perihal eksistensi seorang wanita dihadapan Jeonghan maupun Jeongin.

Tetapi, hari ini anak kecil itu hilang kendali di depan seorang lelaki berwajah cantik dalam sekali pandang. Keponakannya itu menginginkan Joshua tetap berada disisinya. 

Jeongin kepalang bingung, ia tidak tahu harus mengatakan apa kepada kakaknya jika Jeno membicarakan Joshua nanti.

"Apakah kakakmu bercerai?" Tanya Joshua.

"Ceritanya rumit. Kakakku memang belum pernah menikah sebelumnya dan Jeno adalah anak yang terlahir dari kesalahan kakakku"

Lelaki cantik itu terdiam sejenak mendengar jawaban Jeongin. Ah, mungkinkah maksud Jeongin adalah Jeno terlahir tanpa prediksi atau dengan kata lain, Jeno terlahir dari hubungan di luar nikah. Kalau begitu, Joshua tak ingin membahas lebih tentang ini. Lelaki itu tak ingin terlalu mencampuri urusan rumah tangga orang lain. Toh setiap keluarga memiliki privasi untuk dijaga bukan?

"...Kakakku adalah seorang pembisnis. Ia mempunyai perusahaan yang kini menjadi perusahaan terbesar di Korea. Ia sibuk dan tak memiliki waktu untuk melakukan hal-hal di rumah, termasuk mengurus anaknya. Hm, kurasa Jeno kesepian." Jeongin melanjutkan perkataannya.

"Kenapa kakakmu tidak menikah lagi?" 

"Si Yoon Jeonghan sialan itu tidak mau menikah. Kau tahu, bahkan ibuku telah mengenalkan beberapa aktris korea dan anak konglomerat cantik kepadanya. Tapi ia tetap menolak mereka dengan alasan pekerjaan. Huh, kak Jeonghan memang besar kepala." Cibir Jeongin.

Joshua hanya tertawa mendengar cibiran Jeongin. Sepertinya, kakak seorang Yoon Jeongin memang begitu sibuk hingga artis pun di tolaknya untuk berkencan. Lelaki cantik itu kemudian mengernyitkan dahinya sebentar. Atau mungkin Jeonghan memiliki kelainan seksual? Entahlah, yang pasti itu bukan urusan Joshua.

"Ayo kuantar kau pulang." Ucap Jeongin setelah topik obrolan mulai meringan.

Joshua mengangguk kecil dan menatap arloji di tangannya.

07.05 PM

Cukup lama juga dirinya berada di mansion ini dan entah mengapa waktu terasa berjalan begitu cepat. 

Apakah secara tidak langsung ia nyaman berada di tempat ini?

Redicate [JIHAN] -Jeonghan Joshua-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang