AWALAN

1K 77 37
                                    



Narator POV (inget ye, NARATOR bukan AUTHOR).....

Suatu hari yang sangat cerah di sebuah pedesaan yang sangat asri dan sejuk, tinggalah sebuah keluarga kecil yang kurang harmonis. Namun ketidak harmonisan di sini hanya terjadi antara sang adik tiri dengan ibu dan kakak tirinya.

Sang adik tiri selalu di perlalukan seperti halnya seorang pembantu oleh sang ibu dan sang kakak tirinya. Tetapi, ketika ada sebuah kesalahan dalam pekerjaannya, ialah yang akan selalu di salahkan dan menerima hukuman.

Gadis malang itu bernama Shani Indira Natio..

"Maaf om, Shani itu gadis Jogja bukan gadis Malang." Sanggah seorang reader.

"MALANG SAMA DENGAN SEDIH MAKSUDNYA WOYYY..!! BUKAN MALANG NAMA KOTA..!!" teriak si Narator cerita sekaligus si tukang ketik.

"Maaf Om.."

"Oke di maaf kan, dan mari kita ganti kata-katanya.."

Gadis menyedihkan itu bernama Shani Indira Natio. Warga sekitar biasa memanggilnya Shani, dan julukan dari para lelaki muda di sana adalah 'si cah ayu'.

Seperti sekarang ini, Shani yang sedang menyuci piring di washtufel tiba-tiba di hampiri sang kakak tiri yang membawa ember berukuran sedang yang berisi pakaian kotor miliknya.

"Heh anak ayam..!" panggil sang kakak.

"Ih nama aku Shani tau, kak Lidya.." jawab Shani dengan suara memelas pada sang kakak tiri bernama Lidya.

"Suka-suka gua dong, mau manggil lu anak cicak, mau anak buaya, mau anak T-Rex, mau anak telor..-"

"Telur ga bisa beranak kak." Potong Shani hati-hati.

"Di bilang suka-suka gua kok ngeyel sih lu."

"Maaf kak.." ucap Shani menundukan kepalanya.

"Ya ampun Lidyaaa.... ada apa sih nak..??" teriak sang ibu yang berjalan dari arah dalam rumah.

"Ini loh mamah Yons, si anak ikan citul itu berani-beraninya motong ucapan aku." Adu Lidya pada sang mamah yang bernama Yona, namun ia sering memanggilnya mamah Yons dengan alasan 'agar lebih gaul'.

"Ikan citul." Desah Shani pelan mendengar julukan barunya.

"Heh kamu anak ga tau di untung, kalau kakak kamu ngomong tuh di dengerin dan di pahamin bukannya malah asal potong-potong aja. Ngerti?" omel Yona.

"Iya mah, maaf." Jawab Shani yang masih menunduk.

"Yaudah nih, sekarang cuciin baju-baju gua. Dan sekalian baju-baju mamah tuh juga di cuci.." jeda Lidya sempat berfikir sejenak memegang dagunya.

"Dannnnn..... yang paling penting dan harus lu ingat. Jangan sampai rusak baju itu, karna harganya mahal. Dan yang juga paling penting lagi, lu harus nyuci di mata air pinggir gunung sana. Paham?" lanjut Lidya.

"Tapi kan kak, kita punya mesin cuci. Kenapa aku masih harus pergi ke gunung dan mencari sebuah mata air untuk mencuci pakaian kakak." Jawab Shani dengan nada dan ekspresi yang sangat di dramatisir.

"Lebay lu anak singkong." Toyor Yona tepat di dahi Shani.

"Anak singkong lagi.." gerutu Shani.

"Yaudah itu dulu aja dari gue, mamah ada yang mau di suruh ga ke anak bawang ini."

"Anak bawang sekarang, huh..." kembali gerutuan Shani terdengar pelan.

Yona nampak berfikir sejenak, memikirkan perintah apa yang belum ia berika pada Shani hari itu. "Ohhh,,, jangan lupa setelah nyuci baju, rumah di sapu dan di pel."

INDIRAlellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang