AKHIRAN

585 52 74
                                    

Setelah melewati banyak rintangan menghadang, akhirnya Shani bisa masuk ke dalam gedung pesta dengan tergesa-gesa. Ia masuk ke dalam gedung itu dengan senyum terpatri di bibir manisnya walau wajahnya tertutup topeng di bagian mata hingga hidung.

Setelah berkeliling sejenak, ia melihat si kakak dan ibu tirinya. Ia sudah hapal dengan gaya dan baju dari sang kakak dan ibu tirinya walau tanpa perlu melihat wajah mereka, karna ia merasa pernah mencuci baju-baju itu *Hehehe tukang cuci...

Tetapi ia dengan cepat menghindar dan bersembunyi di belakang sebuah tirai besar. Namun saat ia sedang fokus untuk bersembunyi, ia merasa ada sebuah getaran yang berasal dari dalam tasnya.

Ternyata getaran itu berasal dari smartphone miliknya yang ia simpan di tas kecil miliknya. Setelah melihat siapa yang menelponnya, sebenarnya ia malas mengangkatnya. Tetapi karna terus-terusan di teror, *eh maksudnya di telpon. Akhirnya Shani pun mengangkat telpon dari seseorang itu.

"Halo Kak Ve, ada apa?" jawab Shani pada telpon dari si kakak peri.

"Aku lupa bilang tadi. Pada jam sembilan malam kamu harus udah keluar dari gedung itu, dan jam sepuluh malam kamu harus udah berada di rumah. Kalau kamu terlambat satu detik aja." Gantung Ve.

"Kalau telat?"

"Semua yang aku berikan itu akan hilang."

"Tapi ini semua kan punya aku dan keluarga aku, kok ada batas waktunya?" protes Shani.

"Udah ikutin aja apa kata gue kalau lo ga mau pulang Cuma pake daleman doang dan nyeker." Jawab Ve santai dari sebrang telpon.

"PERI GILA...!!" teriak Shani, namun percuma karna telponnya sudah di matikan oleh Ve.

"Ih dimatiin lagi." Monolog Shani, kemudian ia melihat ke arah jam di smartphonenya.

"Peri sialan, sekarang udah jam delapan lewat lima sembilan. Satu menit lagi dong." Panik Shani ketika sadar waktunya tinggal satu menit lagi.

Namun di tengah kepanikannya, tiba-tiba bahunya seperti di sentuh oleh seseorang dari arah belakang. Shani sebenarnya hendak ngomel dan protes karna berani-beraninya orang itu menyentuh bahunya yang tak tertutup apa pun.

Tetapi saat mengengok dan melihat siapa yang melakukannya.......

"Heh, berani-beraninya pegang-peg......gang aku" lirih Shani di akhirnya karna terkejut dengan siapa yang menyentuhnya.

"Eh maaf, ga maksud pegang-pegang kamu." Senyum orang itu.

"E-eum engga apa-apa kok hehehee..."

"Nama aku Vino, siapa nama kamu wahai wanita terindah yang pernah aku lihat?" tanya orang itu yang bernama Vino itu memuji Shani walau ia menggunakan topeng.

"Nam..."

Dung.... dung... dunggg...

Jam dinding di sana menunjukan tepat di pukul sembilan. Shani pun langsung berlari untuk keluar dari pintu saat jam itu berbunyi tanpa pamitan terlebih dahulu pada Vino. Tetapi....

"Oiya nih sepatu aku, nanti cari ya." Teriak Shani dari depan pintu gedung.

Vino yang bingung maksud dari Shani pun sedang diam mencerna maksud dari teriakan Shani tadi. Saat ia sedang sibuk berfikir, tiba-tiba...

Swwiiiiingggg.... plakkk...

Sebuah sepatu mendarat telat dan tepat di wajah Vino yang membuat si lelaki itu paham dan sadar maksud ucapan gadis yang baru saja ia ajak bicara.

"Perempuan pea, untung cantik. Eh gimana?" monolognya.

"Ini sepatu dia? Oh jadi dia berniat buat aku mencarinya ya? Boleh juga." Senyum Vino.

INDIRAlellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang