Baikan

11 1 0
                                    

Gue turun dari motornya, baru saja gue melangkah. Tangan gue di cekal.
"Gue pengen ngomong" kata dio
Dio membawaku ke taman dekat kosan, kita duduk di bangku panjang pinggir danau.

"Gue minta maaff" katanya, dio meluk gue. Gue lagi lagi menangis.
Dio melepaskan pelukannya, tangannya ditangkupkan ke pipiku sehingga pandangan ku tertahan kedepan.

Aku menatapnya, tepat di manik matanya.. mata yang dulu slalu betbinar saat bercerita tentang rencana masa depan kita, mata yang slalu membuatku semakin jatuh cinta padanya.
Kini, mata itu terlihat sayu. Air mata menettes dari kelopak matanya, aku tertengun. Ini pertama kalinya aku liat dio nangis, airmata itu begitu sarat akan kepedihan dan penyesalan.

"Jangan nangis, aku mohon!! Air matamu terlalu berharga untuk menangisi cwo brengsek sepertiku" katanya sambil mengusap airmataku.
Sementara dia, dia masih saja terus menangis. Airmatanya terus menetes

Apa seberarti itu aku untuknya??

Apa sedalam itu dia terluka??

Apa semenyakitkan itu keadaan ini??

Aku cuma bisa bertanya tanya dalam hati, jujur aku kecewa. Taapi, melihat tangisnya yang begitu tulus.
Menunjukkan bahwa dia juga sama sakitnya sepetiku.

Cukup lama kita terdiam dengan posisi begini, saling tatap dan saling meneteskan airmata.
Hening

Dio melepaskan tangannya dari pipiku, di ubah posisi duduknya menjadi menghadap kedepan, pandangannya kosong.
"Apa masih pantas, cowo sebrengsek gue bersanding dengn cwe barhati berlian sepertimu" dio berbicara sendiri, kemudian ia tersenyum getir, airmata nya masih saja terus menetes.
Aku cuma bisa memandangnya dari samping, melihat setiap inchi wajahnya.

Kemudian ia menunduk, menelangkupkan kedua tangannya ke wajah. Bahunya bergemuruh, aku tau dia menangis.

Aku membiarkannya sampai dia tenang, aku masih setia menunggunya. Entah mengapa?? Ada rasa tak rela meninggalkannya.

Gue sebisa mungkin menahan airmata agar ngga netes lagi.

"Aku heran deh, yang tersakiti kan aku. Kok kamu yang nangis?". Gue mencoba mencairkan suasana, gue adalah orang yang benci banget situasi melankolis cem drama korea kek gini.

Dio mendongak, natap gue dalem. Lalu dia tersenyum, senyumannya tulus.
"Aku tau, kamu sakit banget!! Maaf atas kebodohanku yang menyakitimu"
Dio ngenggam tanganku ditaruh diatas pangkuannya.
"Maafin aku ya gis, maaf untuk semuanya. Maaf karna selama 2 tahun kita pacaran aku slalu cuek sama kamu, maaf baru akhir akhir ini aku bersikap manis sama kamu, dan maaf juga aku udah khianati cinta kita. Maaf karna aku malah kemakan omongan lea, orang yang jelas jelas mau ngancurin hubungan kita" lanjutnya lagi, dio mencium tanganku lama, gue bisa merasakan ketulusan dari nada bicaranya.

"Iya, aku maafin kamu!! Tapi kamu janji ya, jangan kecewain aku lagi"

"Iam promise!! Aku janji bakal jadi yang terbaik buat kamu, aku ngga mau kehilangan kamu lagi"

Yeeaahh, akhirnya kita baikan lagi.

"Yaudah, aku anterin pulang yuk. Udah malem juga, nanti kamu sakit kalo kelamaan diluar. Udara malam ga baik buat kesehatan kamu sayang."

"Yaudah yuk" kataku sambil beranjak pergi. "Kenapa masih disitu?? Katanya mau nganterin pulang" kataku lagi karna dio masih duduk ditempatnya.

"Gandeng"

"Apasih??"

"Ga mau gandeng ya?? Yaudah, berarti kamunya aja yang aku gendong"

"Aaaaaaa... dio, turunin gue nggak?? Dio ihh.." gue kaget? Iyalah, dio tiba tiba gendong ala bridle style siapa coba yang ngga kaget, serasa mau di culik deh gue.

Bukan AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang