Aku sedang menulis cerita yang akan aku lombakan di dua minggu ke depan. Kisah tentang seorang lelaki populer yang bertemu seorang gadis yang menjadi sama populernya dengan lelaki itu. Entah kenapa, ceritanya menjadi seperti ceritaku dengan si lelaki tengil bernama Addison itu yang mendadak menjadi tidak menyebalkan lagi.
“hai!” kata seseorang yang sedikit membuatku terkejut. Bukan hanya karena kehadirannya, tapi juga karena orang ini memperlihatkan keramahannya untuk pertama kalinya kepadaku. Dia adalah Addison.
“oh- hai!” kataku singkat.
“hmm, apa yang kau lakukan di sini sendirian?” katanya mencoba mengisi suasana agar tak menjadi canggung.
“ehm, aku menulis cerita untuk di lombakan nanti. Kau tumben sekali ada di sini, kemana teman-temanmu?” kataku.
“mereka... eum... mereka...” katanya yang terlihat gugup.
“mereka apa?” kataku.
“mereka sedang pergi! Iya, mereka pergi...mereka pergi ke rumah Dacio... untuk... untuk... untuk menonton film terbaru...” katanya.
“kau kenapa terlihat gugup sekali?” kataku.
“aku... a-aku... aku ingin mengatakan sesuatu padamu...” katanya takut-takut.
“hey! tenangkan dirimu, Add! Katakanlah apa yang ingin kau katakan!” kataku yang mencoba menemangkan Addison.
“huft! Aku ingin mengatakan sesuatu kalau aku...” katanya.
“kalau kau apa?” kataku yang makin penasaran.
“kalau aku...” katanya yang semakin membuatku penasaran.
“kau apa?” kataku.
“aku ingin mengatakan kalau aku mencintaimu! Aku menyukaimu karena kamu itu berbeda dengan gadis-gadis lainnya yang ada di kampus ini. Kamu selalu tenang, dan tidak heboh seperti mereka yang selalu mengejarku, dan... apakah kau mau jadi kekasihku?” katanya panjang lebar. Dan kalimatnya itu membuatku terkejut sekaligus kagum karena seorang Addison yang tadinya adalah musuhku, sekarang inginkan diriku sebagai kekasihnya.
“hah? Benarkah?” kataku tak percaya.
“kau tidak percaya padaku?” katanya.
“bukan begitu, bodoh! Aku kan hanya bertanya!” kataku.
“tentu saja! Kau mau tidak?” katanya
“tentu saja! Aku juga mencintaimu cowok tengil!” kataku yang langsung mengatakan perasaanku juga.
“ah? Benarkah? Jadi, sekarang kita pacaran?” katanya yang bertanya seperti seorang anak ABG yang baru merasakan cinta. Dan itulah faktanya. Aku dengar kalau Addison tak pernah merasa terpikat dengan gaadis manapun.
“tentu saja!” kataku.
“terima kasih! Maafkan aku ya selama ini selalu menjelek-jelekanmu!” katanya.
“aku sudah memaafkanmu, Add! Tapi, aku dari dulu sangat ingin menghukummu!” kataku.
“menghukumku? Hey, aku ini pacarmu sekarang, dan bukan musuhmu!” katanya protes.
“tetap saja! Dan inilah hukumanmu!” kataku.
CHU~~!!
“sebuah ciuman?” katanya yang terkejut setelah sebuah ciuman mendarat di pipi kirinya yang membuat wajahnya memerah seperti kepiting rebus.
“wajahmu memerah!” kataku sambil tertawa lebar.
“dasar! Dan aku juga punya hukuman untukmu!” katanya.
Dia menarik daguku dan CHU~~!! Sebuah ciuman mendarat di bibirku dengan lembut. ‘oh no, dia merebut first kiss ku!’.
“first kiss?” katanya.
“hmm.” Kataku sambil menganggukan kepalaku. Dia tersenyum.
“i love you, my silly girl!” katanya.
“i love you, my stupid boy!” kataku.
-The End-
KAMU SEDANG MEMBACA
popular love
Non-Fictionthis is my favorite short story.. i don't know why, i really like the story... so, i upload on wattpad happy reading