KESAL

1K 95 34
                                    

3 tahun kemudian ...

Sandora melangkah masuk kedalam rumah dengan wajah cemberut.

" Kenapa kamu Dora? Kok merengut gitu sih?" Tanya ibunya saat melihatnya melewati kursi ruang tamu.

" Ngga papa ma, Dora cuma kepanasan aja tadi, jadinya ngerucut gini deh bibir Dora." Jawabnya tersenyum sambil memberikan uang hasil jahitan ke ibunya.

" Emang udah dicobain itu bajunya sama anaknya Bu Wilma? Ngga ada keluhan?" Tanya ibunya lagi, sambil melirik Sandora yang bergegas mengambil tasnya di kamar.

" Ngga tahu ma, tadi katanya kalau ada keluhan ntar datengin mama lagi. Udah ah ma Dora mau ke kampus ini, ada mata kuliah tambahan ma." Teriak Sandora dari dalam kamarnya.

Sandora kembali keluar kamarnya dan menghampiri ibunya. " Ma, Dora pamit dulu ya, ada lagi ngga jahitan yang perlu dianterin, yang searah kekampus Dora ma?" ucapnya sambil mengambil setoples kacang tanah goreng buat dicemil dijalan.

" Ya, ampun Dora itu kacang goreng kesukaan adikmu, ambilnya jangan setoples donk!" larang sang ibu.

" Iya..iya ma Dora balikin deh dikit, hehehe." Jawabnya sambil mengeluarkan toples kacang goreng tadi, meletakkan diatas meja dan mengambil sekantong plastik bening lalu memasukkan segenggam kacang goreng kedalamnya lalu memasukkan kedalam tas nya.

Kemudian Sandora mencium punngung tangan ibunya dan melangkah keluar, namun berbalik lagi.

" Ma, ada ngga yang perlu dianterin lagi jahitannya?"

" Ngga ada Dora, udah tadi punya Bu Wilma aja."

" Oke ma Dora berangkat ya."

" Iya sayang, hati-hati dijalan ya. Ingat belajar yang bener!"

" Iyaaa maaaaa." Teriaknya dari depan pintu. Kemudian setelah menutup pintu Sandora bergegas ke kampus.

******************************

Sampai di kampus. Sandora langsung menuju kantin. Dia merasa haus sekali. Jarak dari rumah ke kampusnya sekitar satu kilometer, dan hampir setiap hari dia berjalan kaki bolak balik. Selain menghemat biaya, itu juga bisa membuatnya olahraga dan mengurangi berat tubuhnya yang memang subur.

Selama ini Sandora tidak pernah mengeluh dengan keadaannya, dia sudah cukup bahagia dan bersyukur masih bisa kuliah. Tidak rugi dia belajar mati-matian supaya mendapatkan beasiswa. Itu akan mengurangi beban ibunya yang sudah menjadi janda sejak ayahnya meninggal, saat Sandora lulus SMA.

Tubuhnya yang subur memang menurun dari sang Ayah, namun wajahnya sangat mirip dengan sang ibu yang manis. Kulitnya putih bersih. Namun begitu Sandora merasa rendah diri karena tubuhnya yang subur. Meskipun sering dinasihati sang ibu agar tetap bersyukur dengan keadaan yang sudah ada.

Sandora berusaha memahami itu, dia berusaha tidak mengeluh didepan siapapun.

Sampai dikantin Sandora mengambil tempat duduk paling ujung, jadi tidak terganggu dengan pengunjung lain yang kadang sesak jika keadaan ramai. Setelah memesan es teh, Sandora membuka buku yang ingin dipelajarinya karena 1 jam lagi akan ada quiz mata kuliah yang cukup berat.

Sandora mulai serius membaca tak lupa juga mengunyah kacang goreng yang dibawanya tadi dari rumah. Sedang asyik membaca, tiba -tiba bangku didepan mejanya diduduki seseorang.

" Eh si Ndut lagi belajar, belajar itu di perpustakaan bukan di kantin." Ucapnya sinis.

Sandora mendongakkan kepalanya dan melihat ternyata Leo. Ngapain cowok nyebelin ini disini. Ganteng sih tapi ngga sesuai sama sifatnya. Ih gak bakalan gue mau sama cowok kaya gitu, batin Sandora.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 13, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sandora Si Buruk RupaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang