20- firasat

5.4K 275 4
                                        

Anindya's

Ketika melangkah masuk ke perusahaan, ku dapati citra tersenyum kepadaku dengan para karyawan dibelakangnya yang sepertinya sengaja berkumpul untuk menyambutku.

akupun tersenyum dan mengucapkan salam

tiba-tiba seorang laki-laki dari arah timur berjalan ke arahku dengan buket bunga ditangan kanannya

Raihan!

aku tertegun ketika melihatnya sudah berada didekatku

"Assalamualaikum, selamat bekerja Anindya. good luck" ucapnya memberikan buket bunga sambil tersenyum, mungkin senyuman yang paling manis yang dia punya.

"Raihan terlihat berbeda" gumamku terkejut melihat penampilan yang baru aku lihat.

kemudian pandangannya menoleh ke arah karyawan yang membuatku sadar akan tindakan bodohku menatapnya

"Astagfirullah Anindya!" gumamku dalam hati

"sambutlah ibu Direktur kita yang baru" ucapnya yang membuatku melihat kepada para karyawan yang memberi hormat pada ku dengan membungkukan badannya, aku pun melakukan hal yang sama.

"lain kali, tidak perlu membungkukan badan kalian. khusus untuk saya hanya perlu mengucapkan salam" permintaanku pada karyawan. semua mengangguk setuju

setelah acara penyambutanku selesai, semuanya kembali ke kerjaan masing-masing

untukku? ya aku menuju ruangan yang Raihan tunjukan padaku

---
Teguh's

Hari ini seperti biasa aku berangkat ke perusahaan, ketika memasuki ruanganku hatiku merasa ada yang kurang,

emm apa yaa gumamku berpikir

Astaga! Sholat dhuha

aku pun langsung mendirikan sholat dhuha setelah menyadarinya, ketika baru mengucap salam terakhir

suara salam dan ketukan pintu terdengar, aku hanya menjawab salam dan menyuruh orang yang masuk menunggu, tanpa bangkit dari posisiku agar bisa berdo'a terlebih dahulu

"pantesan" ucapnya

aku hanya menoleh dan melanjutkan do'aku.

orang yang ku toleh malah membuka sepatu dan menuju kamar mandi ruanganku. aku tidak memperdulikannya.
setelah selesai berdo'a

"mau ngapain?" tanyaku menautkan alis ketika ia menyuruhku berdiri

"sholat lah" ucapnya datar

"tumben!"

"ehh aku udah inshaf kali" aku bangkit dan meninggalkannya, dia yang aku maksud siapa lagi kalau bukan Robi sekretarisku yang sekaligus sahabatku.
---

Anindya's

Raihan membantuku dalam mengerjakan tugas pertamaku sebagai CEO, ia memberikan arahan bagaimana cara menjadi seorang CEO.

meskipun ayah sudah membagi ilmunya padaku tapi tak salahkan kalau aku juga mendengar pengalamannya juga. karena sebelumnya Raihan lah yang menjadi CEO disini, tapi sekarang dia akan mengambil alih perusahaan ayahnya yang masih berada di Singapore.

Raihan sudah aku anggap seperti kakak sendiri, dia yang pertama kali melindungiku ketika ada yang menggangguku waktu kecil. aku tersenyum ketika mengingatnya, tanpa aku sadari aku terus melihat ke arahnya.

"sayangnya abang pindah ke sini dulu" ucapku dalam hati. dengan sebutan kecilku padanya "abang"

"ehem" dehemannya membuyarkan lamunanku

"segitu kangennya sama aku" ucapnya yang membuatku menatapnya tajam

"ga usah gt juga kali ngeliatnya" ucapnya lagi dengan senyuman

"apasih bang" ucapku, ku lirik citra tersenyum melihat reaksiku

yaa aku tidak berkhalwat dengannya diruanganku ada citra yang setia disampingku

"engga de" ucapnya sambil mencubit pipiku gregetan

refleks aku memukul tangannya

"bang bukan muhrim, aku udah gede sekarang!" ucapku dengan sorot mata tajam ke arahnya, ku lihat dia hanya terkekeh.

"kalau bukan muhrim bisa nikah dong" ucapnya yang membuatku menatapnya dengan terkejut sedetik kemudian aku tertawa kecil

"malah ketawa, seneng yaa mau diajak nikah sama abang"

aku memukul tangannya lagi
"bercanda aja terus!"

"siapa yang bercanda?" tanyanya

"udah bang jangan bercanda terus, aku ga mau gini sama yang bukan muhrim! aku udah gede" ucapku dengan tegas

"abang tau ko, iya iya yang udah gede" ucapnya pasrah

aku pun hanya tersenyum dan melanjutkan aktivitasku mendengarkannya berbicara,

----

Teguh's

"Robi" panggilku

"iya pak?" jawabnya

"apa jadwalku untuk hari ini?"

"hari ini tidak ada jadwal untuk bapak, hanya memeriksa laporan dan proposal seperti biasa"

"baiklah" ucapku dan mulai membuka berkas yang setiap hari selalu berdatangan

---

setelah selesai jam kantor aku mengajak robi untuk pergi ke cafe favorit kami.

ketika melihat keluar jendela, seketika aku mengingatnya,

"Robi, menurutmu Anindya...

"cocok" ucapnya memotong pembicaraanku

"bukan itu" gregetku

"apa?"

"Anindya menyukaiku kah?" ucapku dengan pandangan kosong keluar jendela tanpa melihatnya

"entahlah, aku jarang melihatnya guh" jawabnya sambil menyeruput minuman favoritnya

"tunggu, bukannya dia yang orang yang selalu menunduk ketika melihatmu waktu SMA?"

"iya"

"sepertinya dia menyukaimu sejak lama, dari tatapan malu-malu meongnya" ucapnya yang mendapat jitakan dariku

"sakit tau!" ringisnya

"lebay"

" bener guh"

"apa yang bener?"

"dia juga menyukai mu"

"semoga saja" ucapku memandang keluar jendela lagi, sambil meminum kopi pesananku

"sebaiknya segera kau lamar guh"

uhuk uhukk

"kalau bicara intro dulu rob" ucapku sambil menepuk-nepuk dadaku

"kan aku udah intro tadi" elaknya

"firasatku dia sudah ada yang mengincar" jawabnya

"gerak cepat sebelum terlambat kawan!" ucapnya sambil menepuk-nepuk bahuku

"firasatku juga mengatakan sebentar lagi akan ada yang melamarnya"

"benar!, aku harus cepat" gumamku.

----

Maafin buat keterlambatan posh nya yaa, maafin juga kalau engga dapet feelnya

Makasih buat yang udah kasih vote and comments nya

to back continue

Assalamualaikum

Sepenggal CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang