Ramadhan sebentar lagi, berpuasa dengan gembira. Sehari penuh yang sudah besar...
Hamas : Weh, yang udah tuak kudu sebulan penuh!
Fajar : Berisik lu ah!
Bima : Semangat puasa ya semuanya...
Ben : Nanti tarawih bareng ya?
Saad : S...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Serial Ramadhan Shalih Squad - 12. Sebanding
Penulis : Uniessy
Dipublikasikan : 2017, 12 Mei
-::-
"PANAS!"
Adalah komentar Hamas begitu kakinya menjejak masjid kampus untuk menunaikan shalat Asar hari ini.
Siang memang cukup terik di siang di bulan Juni ini. Rasanya paling enak berendam di bath-up sambil dengar lagu-lagu Muse yang rada melow. Tapi kemudian Hamas memberengut begitu mengingat deretan lagu Muse di iPhone sudah lenyap tak berbekas karena Saad bilang musik itu haram.
"Ngeluh aja antum," komentar Saad yang berjalan di sisi kanan Hamas, lalu menabrak lengan Hamas ketika melewatinya.
Hamas makin bete.
"Auk amat!" gerutu Hamas lebih lanjut. Padahal tadi dia mau langsung pulang begitu kelas usai. Tapi Saad mengajaknya untuk shalat Asar dulu.
Hamas mana bisa nolak Saad. Ya ngga?
"Ngeluh aja antum," kali ini suara Bima yang terdengar.
Hamas meliriknya dengan sadis. Tapi tak menyahut, melainkan hanya memaju-majukan bibirnya ke arah punggung Bima.
"Ngeluh aja antum," kata Fajar sambil cekikikan bareng Shiddiq. Keduanya terlihat tos begitu Hamas membalikkan badan.
"Berisik lu, nyet," sungut Hamas kemudian. Tak lama ia membaui dirinya sendiri. "Ah elah, asem bat ini, asheeem!"
Hamas melangkah menuju ruang wudhu dan bertemu dengan Rangga bersama Ben di sana.
"Kirain langsung pulang lu, pir," kata Rangga. Hamas mencibir.
"Berisik lu!" baals Hamas.
Rangga cengok. "Lah? Salah gue apaan dah? Cuma ngira elu udah pulang. PMS lo?" balasnya, sensi.
Ben tertawa. "Ishbir, oi," katanya. "Puasa-puasa ngeluh aja---"
"Eh lu lanjutin kalimat lu, gue guyur neh entaran!" Hamas nunjuk-nunjuk Ben. Bikin Ben mingkem, dan alisnya ngerunyut karena ngga ngerti kenapa dia tiba-tiba mau diguyur.
"Apaan deh," kata Ben sambil berjalan menuju ruang shalat. "Puasa-puasa ngeluh aja antum!" lanjut Ben, terus ngacir ke ruang shalat karena Hamas berlagak hendak mengejarnya.
"Lo ngapa sih, brader?" tanya Rangga, sebelum tubuhnya merunduk menghadap keran air.
"Panas, nyet!" kata Hamas.
Rangga cengok lagi. "Lah? Padahal kan kaga gue bacain ayat kursi?"
Hamas menarik napasnya panjang-panjang. Kalau ngga ingat dia sahabatan sama Rangga dari zaman SMA, dia pasti udah guyur Rangga sampai ini orang jadi basah kuyup.
"Mas," suara Saad terdengar ketika Hamas tiba pada basuhan kaki. "Buruan, udah mau iqomah nih. Antum jadi imam ya?"
Punggung Hamas menegak. "Lah, kok gue?"
"Udah, gue aja ya?" kata Rangga sambil cengengesan.
Hamas dan Saad saling pandang, tapi Saad akhirnya mengiyakan.
Karena ini shalat Asar, makanya Rangga bersedia. Cuma takbir-takbir aja kan, ngga perlu pakai baca surat dikeraskan.
Usai shalat, mereka duduk bersama di satu sudut masjid. Fajar dan Bima tampak sibuk diskusi tugas bersama satu orang teman kampus mereka yang lain. Hamas dan Rangga selonjoran berduaan tepat di pojokan ruang shalat paling belakang. Ben dan Shiddiq asik bahas pelafalan yang benar di salah satu ayat. Saad sendiri mencoba menenangkan diri dengan mushaf di genggamannya.
"Nanti buka bareng ya, pir?" tanya Rangga pada Hamas.
"Iya boleh, nyet," kata Hamas, yang sudah mengenyahkan keinginannya untuk berendam di bathub.
Ini duo Tapir dan Monyet sedang berbincang, saudara-saudara...
Shiddiq dan Ben menghampiri Rangga dan Hamas. Duduk di dekat keduanya. Saad ikut bergabung. Lalu tak seberapa lama, Fajar dan Bima juga mendekat. Agaknya pekerjaan mereka sudah usai dengan teman yang satunya.
"Ini ngga pada pulang?" tanya Bima, duduk di sebelah Saad.
"Lah, nungguin elu pada kelar ini biar barengan ke parkiran," kata Hamas cepat.
"Halah, bilang aja betah di sini wey!" balas Fajar.
"Nunggu buka di sini aja," kata Shiddiq. "Nanti bukaannya gue yang beli..."
Seluruh orang menatap Shiddiq.
Lah, tumben banget Shiddiq mau beliin bukaan puasa? pikir Hamas.
Maklum, Shiddiq bukanlah golongan orang mampu seperti yang lain. Kuliah aja dari beasiswa.
"Akua gelas," kata Shiddiq lebih lanjut. Menanggapi tatapan aneh sahabat-sahabatnya. "Hehehe..."
Pundak-pundak yang menegang, kembali melemas. Pundaknya Rangga, Hamas, dan Fajar aja sih. Songong emang mereka kan.
"Ya kan ngga apa-apa, cuma sedekah akua gelas juga," kata Shiddiq lagi. "Gue mampunya segitu."
Saad nyengir. "Tafadhal, Diq..." katanya. "Sayyidina Umar apa ya kalau ngga salah, ngundang rakyatnya untuk mampir ke rumahnya pas jam buka puasa. Rakyat udah mikir yang mewah-mewah, ternyata suguhannya adalah air putih. Ngga ada yang lain. Tapi nilainya luar biasa. Memberikan bukaan puasa untuk orang lain kan nilai pahalanya besar."
"Alhamdulillaah," kata Shiddiq. "Bikin gue senang aja lo, Ad..."
"Tuh, dengerin, nyet!" Hamas menyikut lengan Rangga. membuat si pemilik lengan mendumal.
"Elu kali, pir!"
"Iya, buka di sini aja. Nanti gue yang beli nasi padang di warpad sebelah," kata Ben serta merta. Hamas mangap. Rada kesal pada Ben yang mendahuluinya.
"Gue beli buah deh. Lagi pengin makan buah," kata Bima.
Hamas mengatupkan rahang sambil mikir dia mau beli apa buat buka nanti.
"Antum besok aja nraktirnya, Mas," kata Saad, menepuk paha Hamas yang duduk di sisi kirinya.
Dan Hamas mengangguk senang sebab hatinya menghangat.
Dasar bocah!
faedah(?) dari kisah ini adalah, kalau kamu mau sedekah, bisa kok hanya dengan air mineral. Bahkan, ketika kamu buka bersama temanmu, dan kalian punya air mineral masing2 pun bisa ditukar aja sebelum diminum. Dia dapat pahala, kamu dapat pahala. Berkah kan?
Cari berkah tuh mudah, yang penting ikhlas kayak Shiddiq tuh ^^
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.