Serial Ramadhan Shalih Squad - 14. Bagi yang Enggan Berpuasa
Penulis : Uniessy
Dipublikasikan : 2017, 14 Mei
-::-
Bismillaah...
Ramadhan hari ke 3, Fajar dan Bima menyempatkan diri memasuki satu pusat perbelanjaan bergengsi di Jakarta.
Fajar sih semringah.
Tapi Bima terlihat tak nyaman. Terbukti dari langkah kakinya yang terburu-buru.
"Bim, eta mah kayaknya si Jepin yak?" kata Fajar, seiring dengan tarikan tangannya pada lengan atas Bima.
Mau tak mau, Bima menoleh ke arah yang ditunjuk.
Jevin sedang antre mau beli hokben, kawan!
"Iya kayaknya," kata Bima. "Kok antre hokben?"
Kaki Bima ganti arah, menuju Jevin. Meninggalkan Fajar yang cengok di tempat.
"Assalaamu'alaykum, Jevin," sapa Bima.
Yang dipanggil, menoleh. Lalu terlonjak sekilas.
"Eh, elu, Bim?" balas Jevin kikuk.
"Makan siang, Jev?" tanya Bima lagi. Padahal dia ngga biasanya kepo.
Jevin menengok nampan berisi menu makanannya. Kemudian tertawa kecil. Diletakkannya nampan tersebut di sembarang meja kosong. Lantas merangkul Bima.
"Ngga jadi," kata Jevin, mengajak Bima menjauh dari restoran Jepang tersebut. "Lo dari kapan di sini?"
"Baru sampe," kata Bima. "Tuh, sama Fajar."
Mereka berdua tiba lagi di tempat Fajar menunggu Bima. Dan pandangan Fajar yang kebingungan terlempar ke arah keduanya.
"Oi, Jar, mau ke mana lo berdua?" kata Jevin, sok akrab. Aslinya mah masih grogi aja ke-gap mau makan.
"Lo ngga puasa, Pin?" tanya Fajar pada Jevin.
"Udah, sekarang kita ke toko buku aja," selak Bima. Dia sudah ngga betah berada di mall yang isinya penuh dengan maksiat dan orang-orang pamer aurat.
"Gue ikut," kata Jevin.
Sejujurnya, Jevin tadi bete di rumah, lalu cuci mata di Mal. Puasanya ambruk karena di sekelilingnya orang-orang sibuk makan.
Fajar dan Bima saling pandang, sampai akhirnya Fajar angkat bahu dan ketiganya melangkah menuju toko buku.
Tiba di toko buku, Fajar menyasar pada komik Jepang, dan Bima memfokuskan sepasang matanya mencari buku pembahasan materi kuliahnya.
Jevin mulai bete lagi.
Toko buku itu bukan tempatnya.
He doesn't belong in this place.
Jadi, mau tak mau dia hanya mengekor Bima.
"Kalau ngga ada uzur syar'i, jangan sampai ngga puasa Ramadhan, Jev..." kata Bima tiba-tiba. Tangannya mengambil satu buku tebal.
Terdiam, Jevin menatap satu buku, tapi telinganya tajam menunggu kalimat lanjutan Bima.
"Azabnya bikin ngeri," kata Bima. Fokusnya atas buku di tangannya, pecah. "Siksa nerakanya ngga akan bisa kita tanggung, Jev..."
Menoleh sekilas pada Bima, Jevin menemukan ketulusan dalam nasihat yang Bima sampaikan.
Bima punya letak tersendiri di hati Jevin. Sosok yang kalimatnya Jevin dengar, sebab Jevin tidak pernah merasa diintimidasi oleh kalimat-kalimat Bima.
Maka yang terjadi selanjutnya adalah Jevin memalingkan wajahnya, termenung sendiri sembari menatap jejeran buku di hadapannya.
Dia tidak perlu bertanya pada Bima; Apa azab atau siksa yang dimaksud?
Sebab dari kata-kata Bima; Siksa nerakanya ngga akan bisa kita tanggung, Jev...
Jevin paham temannya ini lebih dari serius. Dan diam-diam dia bersyukur bertemu Bima siang ini. Di saat-saat dia ingin kembali ke masa-masa jahil.
"Thanks ya, Bim," kata Jevin pelan.
Menoleh, Bima menyunggingkan senyumannya.
"Barakallah fiikum, Jev..." balas Bima. Rasa senang menelusup di benaknya, teringat senampan makanan yang dengan ringannya ditinggal oleh Jevin di meja tadi.
Saling mengingatkan dalam kebaikan itu memang menyenangkan.
❤💞
Abu Umamah menuturkan bahwa beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda:
Ketika aku tidur, aku didatangi oleh dua orang laki-laki, lalu keduanya menarik lenganku dan membawaku ke gunung yang terjal. Keduanya berkata; "Naiklah."
Lalu kukatakan; "Sesungguhnya aku tidak mampu."
Kemudian keduanya berkata; "Kami akan memudahkanmu."
Maka aku pun menaikinya sehingga ketika aku sampai di kegelapan gunung, tiba-tiba ada suara yang sangat keras.
Lalu aku bertanya; "Suara apa itu?”
Mereka menjawab! ”Itu adalah suara jeritan para penghuni neraka.”
Kemudian dibawalah aku berjalan-jalan dan aku sudah bersama orang-orang yang bergantungan pada urat besar di atas tumit mereka, mulut mereka robek, dan dari robekan itu mengalirlah darah.
( Kemudian Abu Umamah bertanya; "Siapakah mereka itu?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab; ”Mereka adalah orang-orang yang berbuka (membatalkan puasa) sebelum tiba waktunya.”)
(HR. An Nasa’i dalam Al Kubra, sanadnya shahih. Lihat Shifat Shaum Nabi, hal. 25)Sumber : https://rumaysho.com/403-akibat-enggan-menunaikan-puasa-ramadhan.html
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] RAMADHAN SHALIH SQUAD
EspiritualRamadhan sebentar lagi, berpuasa dengan gembira. Sehari penuh yang sudah besar... Hamas : Weh, yang udah tuak kudu sebulan penuh! Fajar : Berisik lu ah! Bima : Semangat puasa ya semuanya... Ben : Nanti tarawih bareng ya? Saad : S...