~^~^~
"Itu.. asli, tidak?" ujar gadis di depanku dengan nada curiga sekaligus penasaran. Mata biru shappire-nya memandangku lekat, serta posisi wajahnya yang sangat dekat membuatku tak dapat berkutik. Aku terjebak.
"A-apa maksudmu?" balasku gugup. Aku tidak tahu mengapa aku begitu gugup. Tatapan mata shappire-nya seolah membuat diriku beku.
"Ck, warna matamu," ujarnya tanpa mengalihkan tatapan matanya dari mataku. "Apakah itu asli?" tanyanya lagi.
"Te-tentu saja," jawabku masih dengan terbata-bata. Hei, ada apa denganku?
"Wah!" pekiknya tiba-tiba sambil bertepuk tangan satu sali.
Tunggu, ada apa dengannya?
"Matamu cantik! Aku suka. Hm, kelihatannya kamu juga baik, deh." serunya sambil mengetuk-ngetuk dagunya pelan dengan jari telunjuknya, membuatnya seakan berpikir. "Ayo kita berteman!!"
"Heee?"
Sebelum aku sadar sepenuhnya, gadis berambut blonde ini sudah lebih dulu menggenggam erat tanganku dan mengajakku berlari menelusuri koridor.
Apaan?!
Halo, semuaaa!! Bagaimana? Maaf klau nanti2nya bnyk kekurangan atau kesalahan, ya. Apalgi Typo, hehe. Jgn lupa Vote atau Comment, ya. Tapi, aku harap kalian tidak hanya asal boomvote, ya. Dibaca saja sudah buat aku senang lho^^ kritik dan sarankan yg paling aku butuhkan dari kalian semua. Supaya aku bisa berkembang! *bersemangat
Thank you~
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Look, please!
Teen FictionApa reaksi kalian apabila mendengar bahwa ada orang yang dapat membaca masa lalu seseorang? Keren, kah? Hebat? Keren katamu? Kau hanya tidak tahu rasanya bagaimana. Daripada mengatakan bahwa 'hal itu' keren, ini lebih menjurus kepada pertanyaan, "...