~^~^~
"Winry, ayo kita ke kantin!" ujar gadis blonde itu sambil menarik tanganku secara sepihak.
"Baik, baik," ujarku pasrah.
Sesampainya di kantin, gadis itu mulai mencari tempat duduk untuk kami. Setelah mendapatkan tempat duduk yang kami—sebenarnya cuma dia yang menentukan, inginkan, kamipun memesan makanan.
Dengan posisi berhadapan meja seperti ini, membuatku mati-matian tidak menatap matanya.
"Eh," gadis itu seperti tersadar akan sesuatu. "Ngomong-ngomong kita belum kenalan, ya?"
Astaga! Benar juga. Gadis ini tiba-tiba menarikku dari kelas, mengintrogasi mengenai keaslian warna mataku, dan serta merta menarikku ke kantin tadi! Bodohnya!
"Be-benar juga," balasku.
Ia cuma cengengesan kemudian mengulurkan tangannya. "Hai, namaku Emily Rockbell!!" ucapnya riang.
Aku membalas uluran tangan gadis blonde ini. "Winry Rosevelt.."
"Hm, kita berteman, ya!!" katanya ceria.
Eh? Semudah itu? Aku pikir aku akan kesulitan mendapatkan teman.
"Y-ya," ucapku pelan. Sebenarnya aku begitu bahagia, tetapi aku hanya menundukkan wajahku.
Emily terlihat bingung. "Hei, kenapa kau menunduk?"
Aku harus jawab apa? "Tidak apa-apa, kok.."
"Hm.. kau gadis yang pemalu, ya?!" tudingnya sambil tertawa.
Aku hanya semakin tertunduk, cara yang efektif agar tidak menatap langsung bola matanya.
Tawanya semakin kencang. "Hahaha..!!"
Aku mulai risih. "Jangan menertawakanku seperti itu.."
Ia tidak menjawab. Hanya terus tertawa.
Aku sudah jengkel dan segera mendongak. "Em!" tegurku.
Ia menghentikan tawanya. "Nah, begitu lebih baik, tahu." ucapnya sambil sesekali masih tertawa.
Oh, tidak.
Aku tanpa sengaja menatap bola mata Emily secara langsung, yang baru kali ini kuketahui berwarna Shappire Blue.
Sliiinggg...
Ini terjadi lagi.
Aku diam membisu selama sepersekian detik sambil terpaku pada dua iris Shappire Blue di hadapanku ini.
Potongan masa lalu Emily terputar cepat di kepalaku bagai film dokumenter. Sangat cepat. Dan membuat kepalaku sakit.
Ah!
Masa lalu Emily.. aku melihatnya. Aku melihat.. Beberapa potongannya. Maafkan aku, Em.
Emily memiringkan kepalanya, bingung. "Hei, Winry,"
Aku tidak mendengar teguran Emily. Seluruh perhatianku terpusat pada dua iris Shappire Blue itu dan potongan kenangan Emily yang melesat cepat di pikiranku.
Emily melambaikan tangannya tepat di depan wajahku. "Winry..!" panggilnya lagi.
Ah! Apa yang aku lakukan?
Aku terkesiap. "A-aku.." ujarku gugup. Aku sudah kembali seperti semula dan menatap wajah bingung Emily di hadapanku.
"Kau baik-baik saja, Winry?" tanya Emily memastikan.
"Y-ya, tadi a-aku hanya melamun.." balasku terbata-bata.
Emily mengangkat bahu. "Yah, jika itu menurutmu. Eh, pesanan kita sudah datang! Mari makan!" ucapnya riang dan langsung menyantap hidangan yang tersedia di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Look, please!
Fiksi RemajaApa reaksi kalian apabila mendengar bahwa ada orang yang dapat membaca masa lalu seseorang? Keren, kah? Hebat? Keren katamu? Kau hanya tidak tahu rasanya bagaimana. Daripada mengatakan bahwa 'hal itu' keren, ini lebih menjurus kepada pertanyaan, "...