~ONE~

117 27 37
                                    

~^~^~

"Ehem.." ujar laki-laki berambut silver yang bertujuan untuk menarik perhatian gadis di sampingnya yang sedari tadi terlihat melamun dan memandang kosong kearah luar jendela mobil.

Gadis tersebut terus melamun sehingga tidak mendengar teguran dari sampingnya. Terus memandang kosong. Entah apa yang ada dalam pikirannya.

"Hei, Winry.." panggil laki-laki itu lagi dengan nada sedikit cemas.

Gadis yang dipanggil Winry itu sedikit tersentak dan refleks menoleh kearah laki-laki yang memanggilnya. "Eh? Iya, Edmund? Kau memanggilku barusan?"

Edmund mendesah pelan. "Ada apa, Winry? Kau terlihat lebih murung dari biasanya." ucap Edmund dengan nada khawatir. Ada apa dengan gadis di sampingnya ini?

"Be-benarkah? Ah, aku rasa aku baik-baik saja." balas Winry, sedikit bimbang dengan jawaban yang ia lontarkan sendiri.

"Kau tahu," ujar Edmund sembari memandang lekat ke arah bola mata Red Crystal milik Winry. "Aku ini saudara kembarmu. Tentu saja aku langsung tahu bahwa ada yang salah denganmu dan kau tidak baik-baik saja."

Winry tertunduk mendengar penuturan saudara kembarnya. Ekspresinya mengisyaratkan kesedihan dan kekhawatiran.

Edmund memegang dagu mungil Winry dan mendongakkan kepalanya sehingga mata mereka sejajar. "Ada yang ingin kau katakan, hm?"

Winry tidak dapat mengelak lagi. Edmund memang selalu tahu apapun yang ia sembunyikan. "A-aku.. hanya takut." ucapnya pelan, hampir terdengar seperti gumaman.

"Takut kenapa?" tanya Edmund lembut sambil mengusap pipi Winry pelan. "Kau dapat menceritannya kepadaku, Winry."

Oh, tidak. Mendengar nada suara Edmund yang lembut serta bola mata Red Crystal Edmund yang persis seperti miliknya memandang lekat seperti itu.. membuat Winry seakan ingin menangis dan tidak dapat berbohong bagaimanapun juga. "A-aku.. aku hanya takut tentang.. bagaimana di sekolah baru kita nanti? Apakah situasinya akan berubah? Ataukah.. sama seperti di sekolah lama kita? Ba-bagaimana perlakuan mereka ke aku nanti? Aku hanya khawatir tentang—" Winry seperti tidak bisa melanjutkan kata-katanya.

"Huss.." Edmund meletakkan telunjuknya di bibir Winry, mencegahnya melontarkan kekhawatirannya. "Winry.. tenang saja. Ada aku, ingat?"

Winry menggeleng pelan. "A-aku.. hanya.. " ujarnya sangat pelan, hampir seperti bisikan. Tangannya mulai gemetaran.

"Jangan khawatir.." potong Edmund seraya menggenggam jemari Winry lembut.

Winry sedikit tersentak dan memandang Red Crystal yang begitu menawan milik Edmund, tetapi ia membalas perkataan Edmund. "Jangan.. tunjukkan.." ujarnya pelan.

"Jangan sampai ada yang tahu.." lanjut Edmund lagi sembari tersenyum manis dan pandangannya terpaku pada dua iris Red Crystal yang indah di hadapannya.

Tatapan mata Winry yang semula terlihat ketakutan sudah mulai melunak dan mulai menyunggingkan senyum tipis, berusaha tersenyum seperti saudara kembarnya.

"Bertingkahlah seolah semua baik-baik saja!!" ujar pasangan saudara kembar tersebut dengan kompak. Mereka saling pandang, tersenyum bersama, dan tertawa pada akhirnya.
Winry akhirnya melupakan kekhawatirannya dan malah tertawa bersama Edmund.

"Nah, aku suka melihatmu seperti ini.." kata Edmund lega sambil menyandarkan punggungnya di jok mobil.

Winry tidak dapat menahan senyumnya. Sungguh, Edmund membuat mood-nya seketika membaik.

"Kau tahu," ucap Edmund yang membuat Winry memandang lekat ke arahnya. Edmund membalas tatapan Winry. "Kalau kau sedih dan khawatir seperti itu, aku juga dapat merasakannya lho. Terasa begitu sesak disini." ujarnya seraya memegang dadanya.

Don't Look, please! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang