'Datanglah ke dalam hidup ku lagi , aku rela kau sakiti asal kau selalu ada disisiku saat ini . Aku memohon ' –Revan
**
Palembang , April 2003 , 15 : 30 WIB
"Hai Revan, kita bertemu lagi . Bagaimana kabar mu sekarang ? sudah baikan ?"
Revan tidak mengeluarkan suaranya , ia hanya duduk di tempat tidur pasien dan memandang datar kearah pemandangan yang kosong . Suara helaan nafas lemah terdengar dari Karel , ia duduk dengan menatap Revan dengan sedih
Dokter Rahmadali yang baru beberapa bulan ini menangani Revan sepertinya memberi semangat untuk Karel dengan senyuman hangat nya . Kemudian pandangan yang tadinya teralih kepada Karel , sekarang Kembali ia fokuskan dirinya kepada Revan yang masih seperti patung hidup itu .
"Baiklah , sepertinya kita perlu berjalan-jalan ke taman untuk menerima cahaya matahari pagi . Katanya sih cahaya matahari pagi bagus untuk tubuh . Kau mau ikut kan ?" tanya dokter Rahmadali itu dengan ramah nya
Revan tetap diam , tidak mengiyakan maupun menolak ajakan dokter itu . Bibir pucatnya hanya terkatup rapat serapat-rapatnya , bahkan cara mengedipkan mata saja sempat tidak terlihat .
Dokter Rahmad pun tersenyum dan mencoba menuntun Revan mengikutinya .
"Ayok , kita pergi Van.Aku akan membawa mu ke taman .. Pegang tangan ku .. " ajak Dokter Rahmad dengan tangan kanannya yang sudah menandakan untuk mengajak Revan
Revan melihat tangan dokter Rahmad yang berada di bawah pandangannya , perlahan-lahan ia menatap tangan itu . Lama Revan menatap tangan dokter Rahmad yang berada dibawah pandangannya
Karel melihat Revan menatap tangan itu membuat Karel berpikir positif bahwa Revan mulai merespon komunikasi normalnya . Ia tersenyum bahagia bahkan ia sudah berdiri tegak dari duduknya
Dokter Rahmad pun sama seperti Karel , tetapi ia mencoba kembali tersenyum hangat kepada Revan yang mulai merespon ajakannya
"Pegang tangan ku maka kau akan ku ajak ke taman , ayok pegang tangan ku . jangan khawatir , aku tidak akan menyakiti mu .."ucap Dokter Rahmad dengan lembut
Perlahan-lahan Revan menatap dokter Rahmad , ia menatap dokter Rahmad dengan tatapan dinginnya .
Karel terlihat semangat ketika Revan kembali merespon ucapan dokter itu .
"Ayok Revan, jangan takut . ikut lah bersama ku .. ayok " ajak dokter rahmad dengan lembutnya
Revan mulai menarik rambut hitamnya dengan kuat , ia mulai mengamuk . Ia mencoba melukai dirinya dengan kedua tangannya .
"AAAA ... "Revan berteriak dengan histeris ditempat tidur pasien tersebut
Karel terkejut dengan tindakan Revan yang tiba-tiba berteriak histeris . Dokter Rahmad langsung bertindak menenang kan Revan yang mulai menyakiti dirinya .
"Revan .. tenang Revan . tenang .. " ucap Dokter Rahmad yang mencoba menahan Revan menyakiti dirinya sendiri
Revan masih berteriak histeris , sekarang matanya memerah nafas nya memburu , dan kuku-kuku tangannya mulai mencakar tubuh kurusnya .
"KAU JAHAT GITA ! KAU JAHAT ! KENAPA KAU TINGGALKAN AKU ! APA SALAH KU ! AKU MENCINTAI MU GITA ! AKU MENCINTAI MU ! AAAA... GITA !!" Revan teriak dengan tangisan histerisnya
Ia menangis pedih kembali , mencakar tubuh kurus itu dengan kuat bahkan sudah terlihat bercak darah yang menempel di sprei tempat tidur pasien tersebut .