Apa yang sudah ditinggalkan di masalalu, hanya akan menjadi bagian masalalu.
BAB 5
REVAN termasuk salah satu pria yang apabila marah tidak pernah lama. Hanya beberapa jam, habis itu semua baik-baik saja
Tetapi entah kenapa baru kali ini Revan mendiamkan Di selama nyaris satu minggu. Mereka masih berangkat dan pulang bersama, tapi saat perjalanan mereka saling diam. Tidak berkata sepatah katapun. Di yang biasanya selalu cerewet akan banyak hal yang bikin Revan kadang menjadi pusing, mendadak mulut cerewetnya tidak terdengar memekakkan telinga Revan
"Di." panggil Revan saat ia berpapasan dengan perempuan itu di koridor, "Kita harus bicara."
Mau tak mau, Di mengikuti langkah Revan dari belakang. Setelah laki-laki itu membawa Di di sekitaran taman, ia segera berbalik, menghadap Di yang berada di belakangnya, "Gue minta maaf."
Di tidak berani menatap manik laki-laki itu. Ia sengaja melihat pohon besar yang berada di belakang Revan
"Gak seharusnya gue ngebentak lo beberapa hari yang lalu." ucapnya sedikit gusar, "Gue gak suka saat lo ngambil masakan Sandra dan berjanji gue akan memakannya. Di, gue gak suka lo lakuin itu. Gue gak mau beri Sandra harapan dan nyakiti cewek gue, gue gak mau Di."
Revan menarik napas, "Kalau kita saling sayang, seharusnya saling mengalah bukan menyalahkan."
"Gue minta maaf." ia memberi jeda, "Lo sendiri yang bilang kan, kalau di antara kita ada yang salah, harus minta maaf." ia menatap Di lekat-lekat, "Gue minta maaf karna gue gak mau kehilangan lo Di. Gue sayang dengan lo."
Di langsung menoleh ke arah Revan. Ia melihat manik bulat di dalam mata laki-laki itu, hangat dan tampak sangat tulus
Kemudian bibirnya melengkung ke atas, "Bukan lo yang salah. Gue yang bertindak semua gue. Maka dari itu, maafin gue ya? Gue minta maaf karna gue salah."
Revan membalas ucapan perempuan itu dengan senyum lebar, "Jangan di ulangi lagi ya?"
Di menurut patuh
"Pernah gak sih berpikir nyelingkuhi gue Van?"
Revan menaruh tangannya di kedua pundak Di kemudian menggeleng cepat, "Gak pernah. Dan sampai saat ini, belum ada yang bisa gantiin panda gendut kesayangan Revan."
"Gendut mata lo!" maki Di di susul tawa oleh Revan, "Badan gue profesional ya, bukan gendut!"
"Giliran di fitnah gendut langsung marah. Wanita-wanita.." ucap Revan geleng kepala
"Heh dengar, kesensitifan perempuan naik beribu kali lipat kalau udah nyinggung berat badan tau! Dasar laki-laki kejam!"
Tawa Revan berderai, "Iya-iya sayang. Tapi kan kamu panda, panda kesayangan. Gak akan pernah tergantikan oleh waktu."
"Oh, jadi tergantikan oleh bulan? Oleh tahun? Oleh hari?" protes Di tak terima
"Bukan begitu sayang." Revan tertawa keras, "Aduh ampun. Jangan marah, nanti cantik kamu hilang, mau?"
"Hilang? Otak kamu tuh yang hilang!"
"Ih gemes deh." bujuk Revan dalam kegeliannya, "Kalau udah ngomong kamu-kamuan gini, jadi makin manis."
"Gombal lo re –"
"REVANO PRAKARSA, AMARA CLAUDIA!!!" teriak seseorang membahana dan menggetarkan jiwa, "MAU KU MASUKKAN KAU KE BUKU KASUS PACARAN DI WAKTU JAM PELAJARAN HAH?" teriaknya lagi seperti akan terjadinya gempa yang Maha dahsyat

KAMU SEDANG MEMBACA
LOST [//private]
Ficção AdolescenteApa yang ada hanya menunggu giliran untuk hilang