Dua

171 75 14
                                        


Sekarang sudah tengah malam.

Mobil Jimin baru saja terparkir rapi di halaman rumahnya, rumah yang terlalu besar untuk ditinggali sendirian. Ia memang jarang memasukan mobil secara langsung ke dalam garasi karena biasanya Kim Yugyeom –pengawal pribadi andalannya, yang akan melakukan. Tapi di mana anak itu sekarang? Jimin tak bisa menangkap di pandangan kedua matanya yang sedang menyisiri halaman rumah.

Tangan Jimin sedang bersiap membuka pintu mobil Ferrari California berwarna biru miliknya, namun terhenti saat melihat seorang wanita duduk di sebuah tangga menuju pintu masuk rumahnya. Di pijakan tangga panjang berlantai granit-nomer tiga dari bawah. Wanita itu diam, menutupi lututnya dengan kedua lengan tangan. Tampak kedinginan, dengan hanya menggunakan celana jins model Embellished warna biru sobek-sobek dan kaos Ralph Lauren-Loose tee putih polos yang menutupi bentuk lekuk tubuhnya, beserta sepatu Nike gelap dominasi abu-abu. Tak lupa topi Gucci merah yang terpasang terbalik di kepalanya. Itulah dia, itulah style-nya.

Jimin menarik napas tak seberapa dalamnya lalu mengaburkan dengan keadaan mulutnya yang terbuka.

Wanita itu lekas berdiri saat melihat Jimin turun dari mobil, senyum hangat serta binar mata bahagianya tak pernah pergi memudar. Semakin lama langkahnya semakin dekat dengan Jimin. "Oppa, kau sudah pulang?" sapaan wanitanya membuat lelakinya membuang muka ke arah samping kemudian menunduk, meluruhkan lagi sapuan napas ketidak-sukaannya. "aku ingin menjelaskan sesuatu padamu."

Jimin memejam, hampir ingin marah. "Jangan karena aku mengenal baik kakakmu lalu kau bisa masuk seenaknya ke dalam rumahku."

Keinarra Kim -adik kandung Kim Taehyung, adalah nama wanitanya. Wanita yang sejak dua jam lalu menunggu Jimin pulang. Padahal security di rumah Jimin sudah melarangnya untuk terus datang. Karena Jimin sudah memberikan perintah khusus untuk mengusir wanita itu jika datang kembali.

Kedua mata mereka saling bertubrukan seakan bertukar cerita. Yang lelakinya ingin menyampaikan kekesalannya karena terus diganggu oleh wanita yang sudah dimiliki orang lain sedang wanitanya ingin menyampaikan bahwa ia belum dimiliki oleh siapapun jadi merasa berhak untuk terus berada di sekitar lelakinya.

"Aku hanya berteman dengannya, tidak lebih. Percayalah padaku."

"Teman yang bisa menghajar siapapun yang dekat denganmu, begitu?"

Jimin tak lupa di bagian mana Jungkook memukulnya, kemarin malam.

Rahang bawah sebelah kanan dan masih sedikit nyeri sampai sekarang.

"Menjauhlah dariku!" tatapan tampan yang semakin menajam milik Jimin merangsak masuk ke dalam jiwa yang sedang memandang, melukai hati terdalam Kein.

Bagaimana mungkin kalimat seperti itu sangat mudah diucapkan oleh Jimin untuknya?

Padahal cinta Kein bukan hanya kemarin pagi atau malam tapi sepanjang wanita itu hidup. Sejak kecil, saat Jimin pertama kali datang ke rumahnya untuk memberikan peluang pada Taehyung sebagai teman. Saat itulah Kein menjatuhkan pilihan. Mencuri waktu mengamati Jimin yang sedang bermain tembak-tembakan air dengan Taehyung dari balik tembok, mengobati luka di lutut Jimin saat lelaki itu terjatuh dari sepeda atau menyuapi Jimin bubur saat anak itu demam tinggi. Dan sengaja menuangkan madu pada pergelangan tangannya saat Jimin dikejar oleh banyak kumbang.

Semua hal yang Kein lakukan hanya untuk mengurangi luka milik Jimin.

Terlalu sederhana, mereka adalah tetangga jadi Kein jatuh cinta. Bukankah rasa sayang bisa berawal dari sebuah kebersamaan yang terlalu sering?

Between Reality and DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang