The most disturbing experience.

201 11 4
                                    

Tak ada cerita lain yang lebih menakutkan dan membuat trauma dari semua pengalamanku,melebihi cerita pengalaman yang satu ini. Dan tak ada cerita lain yang pantas untuk melebihi kengerian dan teror yang terasa,melebihi kengerian cerita ini di otakku.

Kisah ini terjadi antara Tahun 2003-2004,tepat hari ke-3 hari raya Idul Fithri. Saat itu aku masih berstatus pelajar kelas VII MTs N 1 KK Pahoman Bandarlampung. KK adalah singkatan dari "Kelas Khusus". Mengapa dikatakan Kelas Khusus? Karena memang di sekolah itu di sediakan kelas khusus untuk murid-murid yang tinggal di Asrama/Dormitory. Untuk lebih jelasnya bisa search di Google. Singkatnya,itu semacam pondok pesantren modern,yang mana murid-murid KK berangkat sekolah di pagi sampai siang hari,belajar bersama murid-murid umum lainnya. Dan pulang ke Asrama saat sekolah usai,beristirahat dan tidur,hingga melakukan kegiatan belajar dan lainnya kembali di Asrama. Sehingga aku dan murid lainnya berasal dari berbagai macam suku dan daerah berkumpul di Asrama itu dan saling mengenal selama 3 tahun sudah seperti keluarga. Dan kami di wajibkan berbahasa Arab dan Inggris di sana,karena basically kami memang mempelajari kitab-kitab berbahasa Arab dan Inggris. Akan tetapi,pada kisah ini aku tidak akan menceritakan pengalamanku di Sekolah itu,melainkan di rumah baruku. Ya,rumah baru keluargaku yang belum lama selesai dibangun dan di tempati keluargaku yaitu Bapak,Ibu dan kedua Adikku.

Aku berasal dari Kec.Martapura,Kab.OKU Timur,Sum-Sel. Dari lahir aku tinggal di Desa itu,bapak dan ibuku berdarah minang. Dari kecil hingga aku bersekolah di Bandarlampung,keluargaku tinggal di sebuah rumah kontrakan. Pada akhirnya,bapakku yang berprofesi sebagai pedagang membangun rumah untuk kami. Dan tepat saat aku baru mulai bersekolah selama 2 bulan di Bandarlampung,rumahku selesai dibangun dan keluargaku pindah dari kontrakan. Sehingga aku baru bisa menempati rumah baruku 4 bulan kemudian saat libur semester 1,saat aku pulang kampung selama liburan. Jarak yang ditempuh dari kota Bandarlampung ke desaku sekitar 7 jam dengan menumpang bis,atau sekitar 5 jam bila menaiki kereta. Dan selama liburan yang entah selama 1 minggu atau beberapa hari,seingatku tidak ada kejadian mengesankan di sana.

Rumahku terdiri dari 3 kamar tidur,satu berada paling depan disamping ruang tamu ditempati oleh aku dan adik laki-lakiku,satu ditengah yang ada kamar mandinya didalam kamar disamping ruang keluarga ditempati bapak dan ibu,dan terakhir dibelakang berdampingan dengan ruang makan dan musholla ditempati si bungsu perempuan. Sedangkan di bagian belakang lagi terdapat dapur dan dua kamar mandi yang berdampingan serta masih tersisa satu ruang terbuka yang dipakai untuk mencuci dan menjemur pakaian.

Kita langsung saja masuk ke inti dari pengalamanku,karena jantungku mulai berdebar dan jari-jari tanganku mulai bergetar saat mengetik sekarang ini. Aku ingat sekali,saat itu hari ke-2 lebaran idhul fitri. Mungkin karena sudah terlalu lelah setelah seharian ini dan kemarinnya lagi merayakan hari lebaran,berkeliling ke rumah-rumah saudara dan bermain kemana-mana,malamnya tepat sehabis Shalat 'Isya aku segera tertidur di kamarku.

.
.
.
.
Dan tiba-tiba,aku terjaga dari tidurku. Aku tidak tahu saat itu pukul berapa,tapi aku yakin saat itu sudah lewat tengah malam sehingga sudah mulai memasuki hari ke-3. Hening. Sunyi,tenang sekali. Bahkan suara jam dinding yang berada di ruang keluarga bisa kudengar dengan jelas. Dan saat mengetik inipun,aku bisa mendengar detak jantungku berdegup semakin cepat. Saat itu aku hanya terbangun tanpa ingat bermimpi sama sekali ataupun mengira sudah berapa lama aku tertidur. Sebelumnya aku beritahu terlebih dahulu,saat itu posisi tidurku menempel dekat dinding di kanan dan di kepala,pintu kamar disebelah telapak kaki kananku dan pintu dalam kondisi tertutup,aku tidak ingat saat itu dalam posisi terkunci atau tidak. Pada saat itu ranjang tidur kami di rumah kontrakan yang lama sudah dipakai adikku yang perempuan,karena di kontrakan dulu cuma ada 2 kamar. Sehingga dua buah kasur kami gelar di lantai sehingga memenuhi kamar dari ujung kanan tempatku berbaring hingga ke sisi ujung kiri tepat dibawah dua buah bingkai jendela berada,yang tertutup oleh dua lapis gorden. Satu lapis kain gorden putih transparan,kemudian dibalut oleh gorden merah hati bermotif angsa-angsa emas. Jarak antara aku dan jendela kira-kira 4 meter. Dan dibawah jendela itu,terbaring tengkurap adikku yang laki-laki dengan pulasnya. Saat itu aku belum tahu kalau adikku itu juga sudah tertidur di kamar ini. Karena saat aku hendak tidur sebelumnya,adikku belum berada dikamar.

Real Horror StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang