SOLDIER OF FORTUNE Part 2

98 7 0
                                    

Baiklah aku akan meneruskan cerita sebelumnya,walaupun sama sekali berbeda dengan tulisanku yang hilang kemarin...

Kami mempunyai kegiatan yang padat mulai dari senin-sabtu sore,baik itu di sekolah maupun di asrama. Sehingga,untuk urusan mencuci seragam sekolah,sepatu dan perlengkapan lainnya dilakukan pada akhir pekan (walaupun terkadang ada juga yang terlalu rajin dengan selalu mencuci setiap hari,seperti salah seorang temanku yang bernama Erik si tulang). Ya,pada sabtu sorepun kami diperbolehkan untuk menonton televisi hingga minggu sorenya. Sebagian ada yang pulang ke rumah orang tuanya bagi yang rumah atau kampungnya dekat. Atau ada juga yang seperti aku dan para geng,yang hobinya bertualang kesana kemari,kemanapun kami jelajahi. Entah itu ke pusat kota,ke area pesawahan,ke gedung-gedung IAIN Raden Intan yang letaknya tidak terlalu jauh dari komplek sekolah kami,atau yang paling favorit bagiku dan teman-teman adalah pergi ke rental PS2-nya mbak Ina.

Aku termasuk orang yang sangat-sangat menikmati betul sekali banget waktu untuk bersantai dan refreshing. Sehingga seragam OSIS yang harus dipakai pada senin paginya pun baru aku cuci pada minggu malam seninnya (kebiasaan parah,jangan ditiru!!!). Sehingga terkadang kebiasaanku itu dijadikan banyolan bagi teman-temanku yang sampai ngakak guling-guling karena bagi mereka sangat konyol. Dan apakah hanya aku yang melakukan itu? mungkin tidak. Belakangan akhirnya banyak juga yang mengikuti jejak langkahku itu,hahaha. Tapi yang tidak biasanya adalah,aku terkadang melakukannya sendirian di malam hari di belakang bangunan asrama. Yaitu,tepat dibawah tower penampungan air,dan aku mencuci dan membilas di atas bendungan air yang disemen atasnya dan ada penutupnya. Sehingga sambil dudukpun aku tinggal menciduk air menggunakan gayung. Berbeda dengan mencuci di dalam kamar mandi asrama yang mana harus menyalin air dari bak ke ember dulu.
Karena kebiasaanku yang suka mencuci malam-malam dibelakang asrama yang berbatasan dengan kebun pisang dan pesawahan itulah,aku suka dicap pemberani oleh teman-teman. Maaf sebelumnya,bukannya aku bermaksud sombong. Akan tetapi,pada dasarnya aku memang penyendiri. Walaupun terkadang aku suka bergerombol kemana-mana bersama teman-teman geng Casoel (dibaca kasul). Geng yang mereka bentuk sendiri dan dengan seenaknya mengangkat aku menjadi ketuanya,sehingga kami selalu bersama kemanapun. Baik itu berangkat sekolah,ke rental PS maupun mandipun bersama-sama,haha (kami bukan homo,mandinya masih pake celana dan di sumur terbuka yang besar).
Saat itu semua orang sedang berada di kamarnya masing-masing. Sebagian sudah terlelap,ada beberapa yang pintunya terbuka dan masih serius belajar dan ada juga satu dua orang yang lalu-lalang diluar.

Denah asrama B (ada tiga asrama,A,B dan C)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Denah asrama B (ada tiga asrama,A,B dan C).

Malam itu aku mulai mencuci. Angin bertiup sepoi-sepoi dari arah pepohonan pisang yang berada di sebelah kananku,dan menerpa wajah. Aku duduk berjongkok menghadap ke area pesawahan yang dibatasi tembok bata yang panjang melintang setinggi 2 meter.
Awalnya aku tidak merasakan apapun,karena aku memang sudah terbiasa berada di tempat-tempat gelap seorang diri. Terkadang aku suka keluyuran malam-malam keluar dari bangunan asrama sendirian,entah itu sekedar cari angin atau karena lapar. Dan biasanya aku harus melewati bangunan kelas yang sunyi ataupun pepohonan bambu yang berjejer disepanjang pemukiman warga sekitar.
Tinggal satu stel seragam lagi yang harus ku cuci,kemudian tinggal membilas semuanya. Samar-samar dari arah pepohonan pisang yang berada dibelakang GSG (Gedung Serba Guna disamping kiri asrama) terdengar suara gumaman. Karena terbawa angin,sepertinya suara itu berasal jauh dari area belakang gedung hingga kemudian baru terdengar sampai ketempatku. Suaranya bercampur dengan desau angin,sehingga terputus-putus. Awalnya aku tidak terlalu menghiraukan suara itu,karena aku memang tidak berpikir yang aneh-aneh. Lagipula hanya tinggal satu celana lagi yang harus kucuci. Entah karena tidak sadar atau memang karena terlalu fokus mencuci,sepertinya asal suara tersebut semakin dekat. Bagaimana aku tahu kalau suara itu makin dekat? Karena suaranya tambah lama tambah membesar dan jelas,terdengar seperti sebuah erangan. Kalau kalian suka atau pernah menonton film tentang mayat hidup (zombie),kalian pasti tahu suara seperti apa yang aku dengar. Suara yang terdengar seperti makhluk zombie laki-laki yang mengerang lirih,seperti menahan sakit (atau menahan lapar?).
Mendengar suara itu yang semakin dekat,aku langsung berpikir secara logika. Bahwa apapun yang mengeluarkan suara itu atau darimana suara itu berasal,dia sudah berada semakin dekat dengan tempatku berada kini. Apapun itu,aku bisa merasakannya berada dekat dan mungkin sebentar lagi akan sampai di dekatku.
Aku memang tidak merasakan takut atau merinding saat itu,tapi naluriku berkata bahwa akan lebih baik kalau aku bersikap acuh dan mencari jalan aman saja. Jadi tepat pada saat pakaian terakhir selesai dicuci,akupun memutuskan untuk masuk kembali kedalam asrama dan membilas pakaianku di kamar mandi saja.
Akupun memasukkan semua pakaian dan perlengkapan cuciku ke dalam ember,dan mengangkatnya segera kedalam tanpa menoleh ke arah suara berasal. Dan setelah masuk ke kamar mandi untuk membilas semuanya,aku langsung menjemurnya di ruangan terbuka yang berada tepat di depan kamar mandi tersebut. Setelah selesai menjemur,akupun kembali kedalam kamar tidurku yang berada dibarisan kedua dekat pintu depan asrama. Saat kulihat jam dinding dikamarku,seingatku saat itu sudah kurang lebih pukul sepuluh malam. Semua teman sekamarku (yang berjumlah 3 orang) sudah tertidur di ranjangny masing-masing. Tak seorangpun yang tidur seranjang,karena kami masih normal,haha. Dan akupun memutuskan untuk beristirahat,tapi sebelumnya aku ingin buang air kecil terlebih dahulu.
Akupun segera berangkat ke kamar mandi,tapi bukan ke kamar mandi tempat aku membilas pakaianku sebelumnya. Melainkan kamar mandi yang berada disisi lain asrama,tepat di dekat sumur yang menghadap ke area pesawahan (lihat gambar). Aku berjalan melewati deretan kamar-kamar tidur menuju kamar mandi itu. Kulihat dari ambang pintu kamar yang masih terbuka,masih ada satu dua orang temanku yang terjaga. Ada yang sedang duduk di kursi menghadap ke lemari belajarnya dan ada yang sekedar rebahan di ranjangnya.
Aku pun sampai di depan dua kamar mandi yang berdampingan,dan memilih kamar mandi yang sebelah kanan daripada kamar mandi sebelah kiri yang tepat disamping pintu keluar menuju sumur. Aku segera melaksanakan ritual buang air kecil sambil menghadap ke arah pintu kamar mandi yang tertutup (seharusnya aku membelakangi,tapi entah kenapa perasaanku tidak enak). Dan benar,aku yakin secara samar-samar pintu kamar mandi yang terbuat dari papan berlapis seng itu tergambar sosok pocong. Mulai dari dada hingga kepala,terlukis secara abstrak dipintu yang sebagian sudah keropos dimakan rayap.
Aku mencoba mengacuhkan dengan mengalihkan pandanganku kearah bawah,dan segera menyelesaikan ritualku. Dan segera akan keluar dari kamar mandi tersebut.
Akan tetapi sebelum aku meraih gagang pintu dan membukanya,kembali logikaku bekerja. Terpikir olehku saat itu bahwa apapun yang tadi mengeluarkan suara saat aku sedang mencuci dan semakin mendekat,seharusnya diapun sedang menuju ke arah sini sekarang. Dan entah kenapa aku bisa merasakan,ada sesuatu diluar dekat sumur itu yang hanya dibatasi oleh dinding bangunan ini. Segera aku meraih gagang pintu dan membukanya. Baru selangkah kaki kananku keluar dari kamar mandi,secara reflek aku menoleh kekanan arah pintu keluar menuju sumur dan terlihatlah...

Sesosok pria? Dengan kulit pucat,rambut disisir klimis kebelakang,mengenakan pakaian serba hitam. Sekilas terlihat seperti seragam Intel,atau pejuang kemerdekaan yang sering terlihat di film-film. Terlihat dari samping,hidungnya mancung dengan wajah tirus dan tubuh yang proporsional. Mengenakan seragam kemeja panjang berkantong banyak,serta celana panjang hitam yang mencapai mata kaki. Oh tidak..,tidak ada kaki. Hanya sebatas lutut,dan sisanya hanya bayangan samar-samar. Sosok itu melintas dengan tenang melewati ambang pintu,melayang. Ya,dia tidak melangkahkan kakinya. Tapi melayang..,

To be continued,jangan lupa Vommentnya guys!!!

Real Horror StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang