12. Mustahil

849 42 1
                                    

Rune yang terpasang di markas serikat Fairy Tail terlepas dengan sendirinya. Sesaat Erza dan Jellal tiba di markas itu.

“Siapa musuh kita? Apa yang mereka rencanakan?.” Tanya Gajeel yang saking geramnya dia memukul-mukul meja.

“Gajeel tenanglah.” Pinta Levy.

Gajeel melihat Levy lalu memeluknya. “Aku tidak ingin membawamu ke dalam permasalahan besar. Saat ini kamu sedang hamil.”

“Tidak apa. Asalkan ada kamu di sampingku. Aku akan kuat.” Senyuman Levy membuat Gejeel semakin mencintainya.

Suasana mendadak hening saat Makarov berdiri di panggung.

“Pemberitahuan untuk kalian semua. Karena saat ini keadaan sedang tidak stabil jadi di sarankan agar kalian tidak mengambil pekerjaan di tempat yang jauh. Aku tidak memperbolehkan kalian ke luar kota.”

Lucy mendengar itu termenung.

“Ada apa?.” Tanya Gray.

“Aku belum membayar sewa kamarku.” Gumam Lucy. “Tawaran pekerjaan di dalam kota hasilnya lebih sedikit dari pada yang di luar kota.”

“Aku bisa membantumu.” Kata Gray.

Lucy menggelengkan kepalanya. “Tidak perlu. Aku bisa melakukannya sendiri.”

Di belakang sana Juvia sedang mengawasi gerak-gerik Gray dan Lucy.

Sementara itu di ruang perawatan.

Wendy sedang menyaksikan sihir penyembunya pada Laxus.

“Wendy istirahat lah.” Kata Porlyusica.

Wendy mengangguk.

Mirajane yang sudah tersadar duduk di tempat tidurnya.

“Mirajane. Jangan bangun dulu.” Wendy membantu Mirajane duduk.

“Laxus. Bagaimana dia?.”

Porlyusica diam saja saat Wendy menengok ke arahnya.

“Jangan terlalu berat berfikir. Lebih baik kamu istirahat.” Saran Wendy.

Porlyusica keluar dari kamar perawatan, di luar Makarov sudah menunggu.

“Bagaimana?.”

“Entah apa yang terjadi. Laxus yang awalnya dalam kondisi baik, sekarang malah dia yang belum sembuh. Mirajane baru saja siuman. Dia menanyakan Laxus. Aku tidak tahu harus berkata apa.”

Makarov mengangguk. “Erza dan Jellal?.”

“Erza sudah siuman, dia di kamar lain bersama Jellal. Jellal seharusnya sudah sadar. Tapi dia belum juga terbangun.”

Makarov melipat tangannya lalu dia berpikir sejenak.

“Apa yang kalian rencanakan?.” Tanya Porlyusica.

“Untuk berjaga-jaga aku memerintahkan anak-anak agar mereka tidak mengambil pekerjaan di luar kota.” Jawab Makarov. “Tawaran pekerjaan saat ini sangat banyak, aku sudah meminta serikat lain untuk mengambil pekerjaan itu. Aku pun sudah berjaga-jaga jika Rune yang seperti kemarin muncul kembali, aku meminta naga Kembar untuk berjaga.”

“Sabertooth?.”

“Iya.”

Sementara itu di kamar perawatan.

Erza duduk di samping tempat tidur.

“Jellal. Sadarlah.” Katanya sambil mengelus jemari Jellal.

Tidak ada respon dari Jellal.

Erza mengingat kembali saat ada di gedung itu.

Bayangan yang berhasil di tahan dengan pedang Erza itu muncul sebagai wujud manusia. Wujud yang tidak asing bagi Erza. Keterkejutan tidak bisa di sembunyikan dari wajahnya. Tak ada kata yang dapat keluar dari mulutnya. Tubuh yang gemetar karena perasaan takut dan marah menjadi satu dalamnya.

“Erza pergilah...” kata Jellal sebelum dia pingsan.

Tapi tidak ada kata menyerah dari kehidupan Erza. Dia bangkit berdiri sambil memegang pedang di tangannya.

“Aku akan melawanmu.”

“Erza?.”

“Suaranya, tidak hanya wajah tapi juga suaranya. Nat... tapi aku tidak mau percaya, aku tidak percaya bahwa itu dia.” Pikir Erza.

Api membara di sekitar tubuh dari bayangan itu. Dia berjalan mendekati Erza. “Aku kangen kamu...”

Kata-kata itu membuat terenyuh. “Kembalilah, sadarlah kembali.”

Senyuman sinis tersungging di wajahnya. “Tidak, aku tidak layak untuk kembali...”

“Natsu... NATSU...”

“Erza... Erza...” Mirajane memanggil nama Erza.

Erza terbangun dari tidurnya. “Huft... Ternyata hanya mimpi.”

“Itu nyata. Erza aku pun melihatnya.” Kata Mirajane.

Erza menunduk, air matanya mengalir deras ke pipinya. “Bagaimana bisa dia...”

Mirajane memeluk Erza. “Kuatkan dirimu.” Kata Mirajane. “Bagaimana jika nanti Lucy mengetahui semua ini? Dia pasti akan lebih terpukul dari pada kita.”

Erza menatap Jellal yang masih terbaring. “Dia. Jellal menyuruhku lari. Dia sepertinya ingin menjaga perasaanku.”

“Aku pikir dia pun akan sangat terpukul.” Kata Mirajane sambil memikirkan Makarov.

“Natsu ya?.” Helaan nafas Makarov terdengar sangat berat. Dia duduk di tempat biasanya namun kali ini Makarov tidak meminum alkohol. Wajahnya serius memikirkan apa yang di ceritakan Mirajane.

“Saat di gedung itu Laxus mencium sesuatu yang tidak asing, dia berkata di dalam sini. Tapi tidak ada orang di sana. Kami tidak berpencar, mencarinya bersama. Air itu datang dan aku merasakan sesuatu di dalam air itu. Air itu seperti menghisap tenagaku. Aku tenggelam dan Laxus lah yang menyelamatkan aku. Selebihnya Laxus yang mengetahui semuanya.”

“Aku harap Laxus cepat sadar.” Kata Makarov. “Jellal dan Laxus berhadapan langsung dengan orang itu, Erza sendiri masih tutup mulut. Dia seperti shock karena keadaan ini.”

“Rasanya mustahil untuk bergerak saat ini.” Gejeel mendekati Makarov. “Member tingkat S pun tidak bisa melawan dia. Siapapun dia? Bahkan jika benar itu adalah Natsu, aku akan menghancurkannya. Dia sudah membuat teman-teman ku terluka.”

“Iya. Anak-anak ku terluka. Tidak hanya fisik tapi juga hati mereka. Aku tidak bisa membayangkan Erza melawan temannya sendiri. Itu sangat sulit. Aku hanya ingin kebahagiaan ada di dalam Fairy Tail.”

Fairy Tail: Jellal dan Erza (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang