Prolog

7 0 0
                                    

Ini cerita kedua aku..
Semoga kalian suka ya..
Jangan lupa vote dan komentar..

Happy reading guys.. 😄

* * * * *

~Andrea POV

Bel masuk sekolah telah berbunyi 10 menit yang lalu. Dan gue masih berlari menuju ke sekolah.

Sial. Hari ini gue telat. Ini gara-gara mobil gue mogok di tengah jalan. Mana jarak mobil gue yang mogok dengan sekolah masih jauh lagi.

Udah gitu, gak ada kendaraan umum atau taksi yang lewat. Kan kesal banget gue. Ya, gue terpaksa lari kocar-kacir ke sekolah.

Tapi tetap aja, gue telat ke sekolah. Mana hari ini yang masuk guru killer lagi, pr pun tak siap. Astaga. Begitu malang nasib hamba-Mu ini Tuhan. Kenapa gini banget ya nasib gue??

Setelah banyak mengeluh, akhirnya gue sampai juga ke sekolah. Tapi gerbang sekolah udah tertutup rapat, menyisakan pak satpam yang berjaga di dalam sekolah dekat gerbang.

Setelah beberapa menit gue menetralkan nafas, gue langsung berjalan menuju gerbang sekolah. Gue memohon pada pak satpam untuk membukakan gerbangnya.

"Pak, plisss bukain gerbangnya. Saya janji gak bakal terlambat lagi. Tadi mobil saya mogok di tengah jalan, pak. Makanya terlambat. Bantuin saya dong pakkk".

"Maaf, nak. Saya tidak bisa membantu. Ini udah peraturan sekolah, jika ada yang terlambat maka tidak diizinkan untuk masuk, walaupun alasannya memang benar".

"Yahh, pak. Kok gitu sih. Kan janji gak bakal terlambat lagi. Satuu kaliii...ini aja pak. Boleh ya, pak??" gue memasang puppy eyes.

"Tetap gak bisa, nak. Maaf, ya. Bapak pergi dulu mau keliling", lalu pak satpam pergi meninggalkan gue begitu saja.

Gue kesal sendiri lihat tuh pak satpam. Gak pengertian banget.

Tiba-tiba ide gila muncul di kepala gue. Gue tersenyum penuh arti. Pasti berhasil, pikir gue.

Tanpa menunggu lama-lama, gue langsung melempar tas gue ke dalam sekolah. Dan gue mulai manjat ke gerbang sekolah.

Awalnya gue susah karena pakai rok. Tapi itu gak masalah buat gue. Gue tetap bersikeras manjat gerbang sekolah. Dan gue berhasil.

Gue terkekeh sendiri melihat aksi gila gue tadi. Bisa-bisanya ide itu muncul begitu saja. Tapi gue beruntung, akhirnya bisa masuk ke sekolah.

Setelah itu, gue langsung teringat yang masuk kelas itu guru killer. Langsunglah gue lari kocar-kacir macam orang kesetanan.

Saat sampai di kelas, gue langsung mengucap syukur pada Tuhan. Ternyata, guru killernya gak masuk. Haha. Gue bahagia luar binasa. 😐 krik krik krik. Maksudnya luar biasa.

Hari ini keberuntungan berpihak pada gue. Dengan santainya gue masuk dan duduk di tempat gue. Gue melihat sahabat gue udah siap untuk bertanya pertanyaan beruntun ke gue.

Sebelum itu terjadi gue udah meletakkan tangan gue tepat di depan wajahnya menyuruhnya untuk diam.

"Ah elah lu, baru gue mau nanya udah disuruh diam", protesnya.

"Abis kalau lo nanya gak pernah satu-satu, gue jadi pusing sendiri", ucap gue.

"Terserah lo deh", ucapnya pasrah.

"Hehe..jangan gitu dong. Kan gue bercanda", ucap gue sambil tersenyum memperlihatkan gigi gue yang putihnya mengalahkan apapun. Eak.

"Hmm" gumamnya.

"Lo mau tau gak kenapa gue terlambat?" tanya gue.

"Tadi gue mau nanya itu, tapi keburu lo suruh diem. Ya udahlah. Jadi, kenapa lo terlambat?" tanyanya.

"Jadi gini nih ceritanya...." ucap gue.

Setelah itu, gue menceritakan semuanya dari awal, mulai dari mobil gue yang mogok di tengah jalan sampai gue akhirnya manjat tuh gerbang sekolah. Ngakak gue mengingat semua yang gue lakukan tadi untuk sampai ke sekolah.

"Wah, hebat juga lo bisa manjat tuh gerbang sekolah. Ngakak gue dengernya", ucapnya sambil terkekeh.

"Ya begitulah. Untung kesialan gue gak berlanjut di kelas", ucap gue sambil tersenyum.

"Maksud lo?" tanyanya tampak bingung.

"Maksud gue itu, untung guru killer yang masuk sekarang gak datang. Kan gue jadi gak tambah sial. Hehe", ucap gue sambil terkekeh.

"Hahaha...iya juga ya", ucapnya sambil tertawa.

Begitulah seterusnya yang kami lakukan, hanya mengobrol. Sampai bunyi bel istirahat pertama berbunyi.

"Eh, kantin yuk", ucap gue padanya.

Oh iya, gue belum cerita nih tentang sahabat gue ini. Dia adalah Merilyn Branda. Biasa sih gue panggil Lily.

Kami bersahabat sejak kelas 5 SD. Saat itu, dia pindahan dari sekolah lain. Pertama kali aku melihatnya, dia terkesan sombong dan pendiam. Akan tetapi, entah bagaimana caranya kami udah dekat aja.

Gue lupa gimana kami bisa jadi sedekat ini. Hehe. Maklumlah gue terlalu sibuk buat mengingat semuanya. Eak. Sok sibuk. Ok lanjut.

Jadi dia itu udah gue anggap seperti saudara gue sendiri. Makanya kami tak pernah terpisahkan oleh apapun. Hehe.

"Re, gue ke toilet dulu ya. Lo duluan aja, gue nyusul. Udah kebelet nih. Ok, bye", ucap Lily sambil melambaikan tangannya dan pergi meninggalkan aku.

Akhirnya gue melangkah keluar kelas menuju kantin. Seperti biasa, gue selalu ambil posisi agak pojok. Supaya kalau mau curhat gak ada yang denger. Hehe.

Lagian gue mau curhat apa coba, curhat cowok? Masa iya, gue kan jombs. Beginilah nasib para jombs. Haha.

Sebenarnya gue selalu curhat ke Lily kalau gue punya masalah di rumah atau di sekolah. Dan Lily selalu memberi solusi pada semua masalah gue. Ya, walaupun terkadang rada gak nyambung sih. Hehe.

Setelah itu, gue langsung aja tuh pesenin makanan dan minuman kesukaan gue dan Lily.

Tak berapa lama makanan dan minumannya datang bersamaan dengan datangnya Lily.

"Udah lo pesen?" ucapnya lalu duduk di hadapan gue.

"Iya, takutnya lama nanti", ucapku.

"Thanks ya. Ya udah makan aja dulu. Nanti ngobrolnya siap makan", ucapnya mulai menikmati mie bakso kesukaannya.

"Iya deh, gue juga udah laper", ucapku lalu menikmati makananku.

Selesai makan, kami terlihat sangat kekenyangan. Padahal makanan yang kami pesan hanya mie bakso, kentang goreng, chitato, dan permen karet. Dan minumannya hanya teh manis dingin.

Biasanya juga gue masih mau makan lagi. Tapi kali ini, gue nyerah. Perut gue rasanya mau pecah karena kekenyangan.

"Aduh, kok kenyang banget ya?" ucapku sambil mengelus-elus perutku.

"Iya juga ya, padahal biasanya kita nambah. Mungkin kekuatan perut kita mengolah makanan udah menurun deh", ucap Lily sambil terkekeh.

"Bisa aja lo", ucap gue ikut terkekeh.

'Kringg'

"Udah bel, kelas yuk", ajakku pada Lily.

"Yuk", jawabnya.

Akhirnya kami berdua berjalan meninggalkan kantin menuju ke kelas. Selama pelajaran berlangsung, gue bosan. Karena yang ngajar tuh guru sejarah, dan gue gak suka pelajaran sejarah. Pelajaran sejarah kan menyangkut masa lalu. Nah, gue gak suka mengenang masa lalu gitu. Eak.

* * * * *

~Author POV

Gimana ceritaku??
Bagus gak?? Apa abstrak??
Maaf ya, kalau gak sebagus cerita-cerita yang lain.
Aku udah berusaha mencurahkan seluruh imajinasiku dan kemampuanku ke cerita ini.
Semoga pada tertarik ya.

Thanks 🙏

My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang