Hari selasa, pukul 07.30 ketika gerbang sekolah itu sedang ditutup, munculah Namra yang menerobos gerbang tersebut.
"Makasih Pak, untung belom ketutup semua," Seru Namra dengan nafas yang tidak teratur pada Pak Kasim, penjaga sekolah yang sudah mengenal Namra ini. Pak Kasim pun menggeleng-gelengkan kepalanya melihat gadis yang selalu terlambat sekolah.
Namra berlari dengan sekuat tenaganya melewati setiap koridor sekolah. Setelah sampai di depan kelasnya, gadis ini malah memundurkan langkah kakinya.
Matanya terbelalak ketika melihat Pak Gunawan, guru matematika yang baru saja datang ke kelasnya. Namra pun semakin panik, pasalnya Pak Gunawan ini guru yang mungkin bisa dibilang guru yang paling galak dari yang galak. Ia tidak suka muridnya yang terlambat dan tidak disiplin.
Tentu saja Namra tidak ingin dihukum oleh Pak Gunawan, Namra masih mencoba untuk mencari ide.
"Ide, ide ayo dong dateng bantuin gue. Gue harus gimana," ucapnya. Tapi hasilnya nihil, perasaan yang tak karuan membuatnya sulit untuk berpikir.
Ketika Namra membalikkan tubuhnya, ia terkejut melihat seseorang yang mungkin sudah diam disana cukup lama, dan mendengar racauan tak jelas dari mulut gadis itu.
"Lo? Udah daritadi disini?" tanya Namra.
"Gausah ke ge-eran deh. Minggir gue mau masuk. Lo pasti telat ya?" jawab seorang laki sambil tersenyum miring.
"Eeh, jangan masuk dulu dong! Bantuin gue. Gue janji deh apa yang lo mau gue turutin" ucap Namra kikuk
Ketika Namra mencoba meminta bantuan pada Fajar yang sedari tadi melihatnya, sejujurnya Namra baru pertama kali meminta bantuan pada temannya. Ah ya, mungkin bukan teman, tapi rivalnya.
Fajar pun mengernyitkan dahinya. Baru saja Namra meminta bantuan padanya, setelah sekian lama Namra belum pernah mengobrol dengan Fajar.
"Gasalah lo? Gue rasa lo butuh gue kalo ada maunya," ucap Fajar
"Gue tau kita belum pernah ngobrol deket gini, gue akuin gue gasuka sama lo. Lo selalu terlihat so cool didepan para cewe. Itu yang ngebuat gue males liat lo" jawab Namra dengan polosnya.
Kini ia sudah mengeluarkan uneg-unegnya pada Fajar, yang membuat Fajar berpikir dua kali untuk menolongnya.
"Eh tapi, bantuin gue dong. Gue janji apa yang lo mau pasti gue turutin. Tapi kalo pengennya barang jangan mahal-mahal ya. Kan lo tau gue," ucap Namra sambil tersenyum miris.
"Oke gue bantu lo. Lo ngumpet dulu gih sana, nanti gue panggil" ucap Fajar memberi saran.
Namra pun segera mengangguk, serta langsung mencari tempat persembunyian.
Fajar yang kini masuk kelasnya, memanggil Pak Gunawan yang sedang mengabsen murid kelas X-A IPA.
"Assalamualaikum Pak, maaf tadi bapa dipanggil sama kepala sekolah untuk ikut rapat mengenai UAS," ucap Fajar pada gurunya yang disertai dengan mata tajam bak elanh milik Pak Gunawan.
Ia merasa bersalah sudah berbohong pada gurunya sendiri demi gadis yang tak ia kenal dekat.
"Yasudah, kalo begitu anak-anak silakan belajar sendiri dahulu. Bapa nanti kembali lagi," jawab Pak Gunawan pada seluruh muridnya, sambil berjalan meninggalkan kelas X-A.
Ketika Pak Gunawan sudah jauh dari kelasnya, Fajar pun langsung memanggil Namra yang kini masih bersembunyi.
"Woy Namra lo dimana, Pak Gunawan udah pergi. Cepetan nanti dia masuk lagi," ucap Fajar sambil mencari-cari Namra disekitar kelasnya.
"Gue disini bantuin gue, giman sih ini cara keluarnya," Gumam Namra
Fajar pun langsung mengikuti arah suara Namra. Ia pun bingung, karena arah suara itu berasal dari tong sampah besar yang biasa untuk mengangkut para sampah ke truk. Ketika ia membuka tong sampah itu, matanya terbelalak melihat Namra yang sedang menutup hidungnya sambil mematikan nyamuk yang hinggap dikulitnya.
"Astagfirullohalajim, Namra. Lo kalo mau ngelucu gausah berlebihan deh!" ucap Fajar sambil membantu Namra keluar dari tong sampah besar nan bau itu.
"Abisnya gue gapunya tempat persembunyian lagi selain di tong sampah itu," Jawab Namra
"Kalo gini, gimana lo mau masuk kelas. Badan lo bau sampah gini, gue aja deket lo pengen muntah!" jawab Fajar sambil menutupkan hidungnya.
Namra yang tak acuh dengan perkataan Fajar langsung masuk kelas dengan percaya diri. Saat masuk kelas, Namra pun langsung duduk di kursi paling belakang.
Teman-temanya merasa ada bau tak sedap yang hinggap di badan Namra, Naila sahabat namra pun langsung menutup hidung ketika Namra duduk disampingnya.
"Nam, untung aja lo dateng pas guru galak itu belum dateng. Lo darimana sih ko bisa bau badan gini?" tanya Naila penasaran.
"Panjang ceritanya, nanti gue ceritain pas bel istirahat," jawab Namra sambil minum, karena perjuangannya dari pagi.
Ketika Namra masuk kelas, ia lupa untuk bilang makasih pada Fajar. Ketika ia ingin bilang makasih, Fajar sedang keluar kelas karna dipanggil guru.
Kriiing.....Kriiiiingggg
Bel istirahat pun berbunyi, Namra pun bingung mengapa Fajar belum juga masuk, untung saja Pak Gunawan tidak masuk lagi hingga bel berbunyi.
Ketika ia ke kantin bersama sahabatnya Naila, ia dikejutkan dengan Fajar yang kini tengah berdiri ditiang bendera dengan panasnya matahari yang sangat menyengat.
Ia bingung kenapa Fajar bisa berdiri ditiang bendera itu. Namra pun kaget ketika ia ingat apakah penyebab ini semua Namra, karena Fajar yang telah membantunya.
Ia pun langsung menuruni anak tangga berniat menemui Fajar, sementara Naila ditinggalkannya. Kini seluruh siswa terutama wanita sedang memperhatikan Fajar yang sedang kepanasan di lapangan.
"Woy Fajar lo kenapa dijemur?" tanya Namra bingung.
"Lo ganyadar apa, ini semua tuh gegara lo!" jawab Fajar ketus.
Kini Fajar sudah terlihat lemas. Ketika Namra ingin membalas perkataan Fajar, tiba-tiba lelaki itu pingsan. Namra pun terkejut bukan main. Ia pun langsung menyuruh yang lain untuk membantunya mengangkat tubuh lemah milik Fajar.
Ketika sudah sampai di UKS, para siswa yang mengikuti ekskul PMR langsung memeriksa keadaan Fajar. Namra yang cemas serta merasa bersalah pada Fajar kini hanya bisa pasrah melihat rivalnya lemah tak berdaya.
Ketika Namra hendak menemui Fajar, Pak Gunawan datang. Namra pun mengurungkan niatnya untuk menemui Fajar.
Pak Gunawan pun langsung meminta maaf pada Fajar, karena sudah menghukumnya terlalu keras.
"Fajar maafin bapak ya udah hukum kamu secara berlebihan. Bapak janji, bapak gaakan menghukum secara berlebihan lagi pada anak-anak lain," ucap Pak Gunawan merasa bersalah.
Kini pria berusia 45 itu sudah sadar, bahwa menghukum murid didiknya terlalu berlebihan itu tidak baik.
Permintaan maaf dari Pak Gunawan hanya dibalas anggukan oleh Fajar.
Ketika Pak Gunawan keluar, Namra langsung masuk ke UKS. Tetapi ketika Namra menginjakkan kakinya untuk masuk UKS, bel masuk pun berbunyi. Ia bergumam kesal, seakan-akan Fajar menolak Namra untuk menjenguknya.
"Ah ada aja cobaannya, mana bel masuk dah bunyi. Gue belum makan lagi. Ah gue gasuka hari ini pokoknya" Gumam Namra.
Akhirnya Namra pergi ke kelasnya. Ia berpikir untuk melihat Fajar ketika pulang sekolah tiba.
Makasih yang udah mau baca, semoga seneng ya!^^
![](https://img.wattpad.com/cover/109195965-288-k163533.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Space Between
Teen FictionNamra Amelia, gadis berparas cantik dari keluarga yang kurang mampu, tetapi cerdas sehingga ia bisa bersekolah di SMA ternama di Semarang. Suatu hari ia bertemu seorang pria yang berlatar belakang terbalik dengan Namra, Fajar Irshad yang merupakan a...