Gamma dan Zeta

4.4K 771 298
                                    

Zeta menangis kencang sembari terduduk di trotoar membiarkan rintik hujan menghantam langsung kulit terbalut gaun pengantin putih miliknya. Rasa sesak dalam dada tidak bisa hilang begitu saja. Padahal sekuat tenaga Zeta sudah meredam rasa sakit itu. Kenapa kenyataan pahit mencuat ke permukaan setelah Zeta memberi pria itu seluruh napasnya.

⭐⭐⭐

Gamma berdiri sambil memejamkan mata di teras rumah. Menarik dan mengembuskan napas perlahan. Sekali lagi dia menyakiti hati gadis itu. Sudah terlalu banyak sampai dia harus melakukan hal paling sulit ini. Sungguh, demi Tuhan, Gamma tidak pernah bermaksud meninggalkan Zeta di acara pernikahan mereka. Hanya saja, Gamma sedang berjuang membuat satu hal besar.

⭐⭐⭐

Minggu, 14 Mei 2017.

Zeta kembali menerbitkan senyum tatkala pasangan pria berhasil meloloskan benda bulat bersinar ke jari manisnya. Hari ini, kembali Zeta melangsungkan acara pernikahan. Bukan Gamma, tapi Altair. Pria manis yang ia temui dalam kafe sedang membaca surat kabar ditemani segelas kopi.

Perkenalan mereka terbilang biasa alias klise. Altair yang tidak dapat tempat dan memberanikan diri duduk di depan Zeta. Kemudian terjadilah semuanya. Mereka semakin dekat dan terjerat dalam ikatan bernama nyaman.

"Sekarang, boleh 'kah?" tanya Altair penuh arti. Semburat merah langsung berhambur mewarnai pipi putih bak porselen milik Zeta. Tapi gadis itu mengangguk. Altair tersenyum lebar seperti mendapat jackpot miliaran rupiah.

Saat Altair mendaratkan bibirnya di bibir Zeta, hiruk-pikuk memenuhi gedung acara.

⭐⭐⭐

Di lain sisi, tanggal 14 Mei 2017 di hari yang sama yaitu Minggu. Pria tampan dengan senyuman tipis mengembuskan napas terakhir. Tidak lupa dengan tangis menggiring kepergian pria itu.

"Waktu kematian?"

"Gamma Draconis meninggal 14 Mei 2017, pukul sepuluh lewat empat menit, sebab kematian kanker darah stadium empat."

⭐⭐⭐

Kamu, satu dari sejuta lebih gadis di dunia yang paling aku rindu.
Kamu, satu dari triliun gadis di dunia yang paling aku sayang.
Kamu, satu dari seluruh manusia di semesta yang paling istimewa.
Maaf bila aku belum bisa memberi apa yang kamu inginkan,
Tapi ketahuilah, bahwa aku akan melakukan apa saja demi kebahagiaanmu.
Apa saja, termasuk merelakanmu.

-Gamma Draconis-

Altair menghentikan aksi gelitik di pinggang Zeta saat bel rumah mereka berbunyi nyaring. Pria itu bangkit dari selonjorannya di sofa menghampiri pintu. Memberi kode pada Zeta mungkin itu teman kantornya, jadi akan lama berbincang di luar. Zeta mengangguk saja dan memaklumi. Suaminya cukup sukses dalam bidang karier, jadi ia harus mengerti kondisi.

Zeta tersenyum tipis saat melihat album foto pernikahan mereka. Sampai di mana Zeta menemukan sepucuk surat dengan amplop yang sudah dikoyak penutupnya. Tertera tulisan untuk kamu kekasih yang menimbulkan rasa penasaran.

Mata Zeta meniti setiap kata dalam isi surat. Tulisan terpaksa dengan khas bau bunga anggrek menguar dari kertas. Zeta tahu benar ini dari siapa. Gamma! Dari wangi kertas sudah bisa ditebak bahwa ini Gamma. Mengingat nama pria itu membuat amarah Zeta melonjak naik. Ingin sekali dia meremuk kertas ini lalu membuang ke tong sampah. Namun rasa penasaran untuk membaca lebih lanjut lebih besar daripada hal itu.

Untuk Zeta Orionis.

Bagaimana kabarmu? Baik-baik saja? Apa Altair membuatmu menangis? Aku rasa tidak, karena aku tahu betul siapa dia. Yang pasti dia tidak berengsek sepertiku.

Zeta, kau tahu betapa aku merindukanmu? Sungguh, aku merindukan tatapan sendu dan pelukan hangat yang setiap pagi kau berikan di kamarku. Ah ... pikiran nakalku.

Tidak tahu kenapa, rasa sesak kembali menghinggapinya. Membuka luka lama. Kembali mengenang saat-saat Zeta begitu menyayangi seorang Gamma. Pangeran idamannya dulu. Iya dulu, sebelum dia mengenal Altair yang menurutnya lebih baik dari Gamma.

Zeta, bisakah aku meminta satu permintaan? Tolong singkirkan semua pikiran buruk tentangku. Tentang bagaimana aku meninggalkanmu. Aku tahu kau pasti akan selalu memaki namaku semasa hidupmu. Yang perlu kau tahu adalah saat aku pergi meninggalkanmu karena aku harus. Bukan mauku.

Sudah lama aku terpaku bersama penyakit bernama kanker yang menggerogoti sebagian sel darah putihku. Aku lumpuh Zeta. Perlahan aku mulai khawatir. Bukan karena kesembuhan dan keselamatanku. Aku khawatir tentang hidupmu. Seluruhnya tentangmu. Tak pernah terlintas dalam benak aku akan kembali hidup normal. Ini sudah terlalu jauh.

Maka aku putuskan untuk mendonorkan sepasang mataku untuk Altair. Pria itu lebih membutuhkan dariku. Dan yah, aku pikir aku bisa bertahan hidup di dunia dan melihat paras cantikmu dengan kedua mataku.

Kebetulan, Altair bercerita bahwa sebelum dia kecelakaan, dia sudah lebih dulu mencintaimu, Zeta. Altair teman semasa SMA yang berbeda kelas denganmu. Dia juga bercerita betapa dia sangat-sangat ingin menggapaimu namun aku lebih dulu merebut hatimu. Aku merasa bersalah sekarang.

Sebetulnya aku sedikit kaget dan cemburu. Sebenarnya tidak ada yang boleh menaruh perasaan padamu, karena kau hanya milikku seorang, Zeta Orionis.

Tapi waktu semakin mempersempit segalanya. Aku mencoba ikhlas Zeta. Aku pikir, sudah saatnya aku melepasmu.

Hari itu, di mana hari pernikahan kita berlangsung. Aku memilih pergi. Tidak ingin membuat perasaanmu makin hancur nantinya. Di hari menyakitkan itu juga, aku mendonorkan kedua mataku. Dan berbaring lemah di brankar rumah sakit.

Kalau kau bertanya, kenapa kau bisa dapat surat panjang seperti ini. Maka aku menjawab bahwa ada suster baik hati menulis serangkai kata-kata ini. Aku harap dia tidak berbuat konyol dengan menulis asal surat penting ini.

Zeta, berbahagialah bersama Altair. Aku tahu dia pria paling pas bersanding denganmu. Walau dulu dia buta, aku dapat melihat kesungguhan dan binar harap di kedua matanya. Aku lega.

Sayangku, boleh aku minta satu hal padamu? Jangan kenang aku sebagai sosok bastard dalam hidupmu. Tapi kenang aku sebagai satu bintang paling bersinar yang pernah kau bicarakan padaku.

Zeta, aku mencintaimu. Kau tahu. Sangat-sangat mencintaimu. Sampai aku mengerti bahwa kebahagiaanmu lebih berharga dari segalanya.

Salam cinta dariku, kekasihmu,

Gamma Draconis.

Zeta terisak memeluk kertas itu. Kenapa? Kenapa Gamma tidak pernah cerita padanya? Tahukah dia bahwa Zeta tidak bisa melupakan sosoknya?

Zeta meraung dan jatuh meringkuk di lantai. Ini tangis terhebat yang pernah Zeta keluarkan . Itu semua tidak sebanding dengan pengorbanan Gamma. Misal Zeta punya mesin waktu, Zeta harap dia tidak akan egois untuk melupakan Gamma begitu saja.

Dari kejauhkan, Altair memandang nanar istrinya yang menangis kuat mengeluarkan semua unek-unek terpendam yang selama ini ia tahan. Altair merasa bahwa sudah semestinya ia sadar diri, bahwa Zeta masih menyayangi Gamma, bahkan sangat.

Gamma, maaf aku pernah berpikir sebegitu kejam padamu. Tapi ketahuilah, bahwa rasa sayang dan cinta ini masih bertahan sampai detik ini juga. Gamma, bintang paling bersinar di hidup seorang Zeta.

⭐⭐⭐

Short Story keempat nih, kasih komentarnya dong. Biasakan baca ninggalin jejak❤

Surat dari Gamma ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang