4. Crazy Of You

172 19 3
                                    


btw ini latian nulis setelah setahun ga lanjut ini :)

vomment

-km

=================================================================

4

Untuk seukuran sebuah laboratorium di dalam rumah, ruangan ini cukup besar dengan dinding-dinding kokoh dan tebal. Terbukti setelah ledakan mesin waktu saat aku masih kecil, dinding itu tidak ada yang mendapat kerusakan parah. Hanya lapisan tipis yang mengelupas dan noda kehitaman yang sepertinya tidak bisa dihilangkan dengan mudah.

Terdapat tiga ruangan kecil dan satu ruangan luas, tempat di mana aku berdiri sekarang. Tiga ruangan kecil masing-masing menampung dokumen-dokumen orang tuaku, penyimpanan stok bahan percobahaan atau alat-alat kimiawi, dan yang terakhir dijadikan gudang barang tidak penting.

Sedangkan ruangan luas yang kumaksud adalah tempat atau yang bisa kau sebut sebagai lapangan percobaan dengan berbagai alat dan komputer yang mengawasi percobaan tersebut. Sayang, yang tersisa di sana hanyalah mesin setengah lingkaran yang hampir hancur dengan meja-meja kosong tempat komputer seharusnya berada.

Well, setidaknya listrik dan air masih menyala di sini.

Setelah berkeliling dan melihat keadaan mesin-mesin di laboratorium, aku memutuskan kembali ke apartemen dengan Mia. Untung ia memakai Uber ketika ke sini, jadi aku dapat pulang bersamanya dengan mobilku.

"Jadi kapan kau akan mulai memperbaikinya?" tanya Mia saat aku menyetir di jalan yang gelap dengan pepohonan di kanan dan kiri mobil. Itu karena rumahku terletak agak di pinggir kota, jaraknya pun lumayan jauh dari apartemen tempatku tinggal sekarang.

Aku memutar kenop lampu di belakang setir, mengubah lampu depan menjadi mode jauh supaya jarak pandangku lebih luas. "Mungkin mulai dari besok, aku akan coba mempelajari mesin itu dan memesan kompenen yang hilang." Aku berkata.

"Kira-kira kapan kau akan selesai?" Mia bertanya lagi, kali ini dia memutar kepala ke arahku.

Dahiku menyerengit, "Aku tidak tahu, mungkin dua bulan kalau aku beruntung? Sejujurnya aku tak tahu, orang tuaku mengerjakan mesin itu bertahun-tahun. Mungkin ini akan memakan waktu yang sangat banyak, mungkin aku harus meminta bantuan orang lain."

"Oh, bagaimana dengan Gerald? Dia anak kelas B yang ranking di bawahmu itu, mungkin kau bisa meminta bantuannya." Usul Mia.

Aku memberhentikan mobilku di belakang lampu merah, lega saat melihat mobilku sudah memasuki perkotaan yang terang dan ramai. "Gerald? Aku yakin dia tak ingin membantuku, ingat saat wajahnya sangat marah ketika melihat papan ranking?" aku menoleh ke arah Mia, mata hijaunya terlihat lebih jelas berkat lampu-lampu mobil.

"Oh, ya." Bibir merah muda Mia naik dan ia tertawa. "Aku ingat betapa merah wajahnya, dia terlihat seperti tomat." Sebuah senyuman lebar mengakhiri perkatannya, mata hijaunya terus tenggelam dalam mata biruku. Rasanya aku ingin menghentikan waktu dan menutup dunia yang ada di sekitarku.

Aku mendekatkan kepala, menatap kelopak Mia yang perlahan menutup saat aku menyentuhkan bibirku ke bibir Mia yang lembut.

Suara klakson mobil mengagetkan kami berdua, aku menjauhkan kepalaku dari Mia. Mata kami bertatap sekilas lalu tertawa karena kebodohan kami. Tanganku melepaskan rem dan mobilku melaju setelah dua kali klakon mobil di belakang kami terdengar.

"Kau gila," kata Mia tak bisa menyembunyikan senyuman lebar dari bibirnya.

Aku pun juga tak bisa melawan senyuman yang menyentuh pipiku, "Gila karenamu," kataku melirik wajahnya.

"Berhentilah," ucapnya, senyumannya makin melebar. Sedangkan aku terkekeh.

LOOP ∞ A Never Ending CycleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang