2. Memory of Beautifull Life

12.3K 598 317
                                    

Sean mengganti pakaiannya dengan piyama tidur. Dia mondar-mandir di dalam kamar sementara istrinya tiduran santai dengan posisi miring sambil melamun. Beberapa kali Sean bertanya tentang dimana kabel cas ponselnya yang lenyap, tapi Airin tidak menjawab entah mungkin karena tidak mendengar atau bagaimana. Lagipula, Sean juga sudah menemukannya berada jatuh di kolong meja saat Airin menoleh.

"Ini sudah malam, bukankah besok kau harus bekerja? Tidurlah," Airin risih setiap kali Sean terlalu sibuk dengan ponselnya untuk bermain games.

"Kau tidur duluan saja, selamat malam," sahut Sean yang lantas memilih mendudukan diri di sebuah sofa pendek tanpa sedikit pun menatap lawan bicaranya. Dia biasanya akan jatuh tertidur sendiri disana jika sudah merasa lelah dan sangat mengantuk.

"Besok pagi aku akan berangkat syuting dan kebetulan kita searah. Apa kau mau mengantarku kesana?"

"Kau bilang aku tidak boleh muncul denganmu di hadapan umum. Jadi maaf saja kalau aku memilih untuk menjawab tidak," menjadi orang yang tidak diangap itu menyakitkan, tapi bagaimanpun Sean tetap harus menerimanya.

Airin lupa jika orang-orang masih menganggapnya sebagai gadis single dan dia memang pernah melarang Sean untuk menampakkan diri sebagai suaminya karena takut hal itu akan mempengaruhi karirnya di dunia hiburan. Sedikit keterlaluan memang.

"Baiklah, aku berangkat sendiri saja," Airin tidak mau memusingkan masalah ini. "Selamat malam," menarik selimutnya sampai sebatas dada, wanita itu kemudian mencoba memejamkan mata.

Sebenarnya Airin belum benar-benar mengantuk, suara samar-samar deru nafas kasar Sean pun masih dapat dia dengar. Padahal kamar mereka cukup besar, tidak begitu rapi, namun juga tidak berantakan. Beberapa baju kotor keduanya terlihat menumpuk di dalam keranjang yang terletak di sudut ruangan. Mereka memang tidak memiliki asisten rumah tangga, jadi apa saja yang ada di rumah itu akan dikerjakan oleh mereka berdua. Terkecuali jika memang ada acara penting seperti acara berkumpul keluarga, barulah Airin memanggil seorang pelayan untuk membantunya mengerjakan ini dan itu di rumah.

Kembali Airin mengingat akan masa-masa ketika dirinya masih menjadi gadis bebas. Airin debut sebagai artis di usianya yang menginjak lima belas tahun dan sejak itu pula kehidupannya berubah. Dia yang dulunya hanya seorang gadis biasa mulai dielu-elukan oleh banyak orang. Beruntung Airin hidup di lingkungan keluarga yang harmonis yanv membuatnya tidak lantas bersikap sombong dan lupa akan masa lalunya. Sampai detik ini pun, dia masih menjadi sosok wanita yang ramah serta sederhana. Juga dengan penghasilannya yang besar, Airin semakin memiliki tanggung jawab untuk membantu biaya pendidikan adiknya-Taeyong-yang sekarang ini masih berkuliah di salah satu Universitas ternama di Seoul.

Pertemuan Airin dengan Sean terjadi tanpa disengaja berkat Taeyong. Airin pernah menyarankan adiknya untuk segera mengikuti kelas tambahan di salah satu lembaga pendidikan. Karena Taeyong saat itu masih belum memiliki SIM, remaja itu seringkali diantar jemput oleh Airin jika kakaknya itu sedang memiliki waktu senggang. Kebetulan tempat bimbingan belajar Taeyong bersebelahan dengan sebuah cafe bernama Dominic-dimana Sean dan geng motornya sering nongkrong disana.

Menunggu lama adiknya yang masih belum selesai belajar, Airin merasa tengorokannya kering. Sambil merapatkan hoddie merahnya, dia memutuskan untuk turun dari mobil dan melangkah cepat memasuki pintu cafe.

PYAK!

Segelas buble tea yang Sean pegang terjatuh begitu Airin menabraknya di depan pintu. Otomatis keduanya mundur setelah air es itu menciprat dipakaian mereka masing-masing.

"Ah maaf, aku tidak sengaja," Airin yang gugup bergegas mengelap bagian kaos Sean yang basah dengan sapu tangannya secara asal.

Ranjang Bergoyang (proses edit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang