Tiga

44 3 4
                                    


"Just because I laugh a lot. Doesn't mean my life is easy. Just because I have smile in my face. Dosen't mean if I always happy."

~ Vanilla Gabiela Smith~
.
.
.
.


Bayangan seorang gadis cantik dengan menggunakan gaun putih
Yang memperlihatkan bahunya yang indah sedang menatap kosong ke arah cermin.

Hari ini merupakan hari yang telah ditunggu tunggu oleh keluarga wijaya dan smith yang mana akan menikahkan putra putri mereka.

Tepat sekali hari ini merupakan hari pernikahan antara vanilla dan andrew. Dan hari ini juga vanilla merasa dirinya tidak beruntung. Dan gadis itu terlihat sedih.

Bagaimana mungkin dia tidak merasa sedih?? Dia masih belum mengenal calon suaminya dengan baik. Dan yang lebih parahnya dia tidak mencintai calon suaminya. Bagaimana mungkin dia akan menjalani pernikahan ini jika tidak dilandasi dengan cinta??

'Tuhan...... kuserahkan semuanya kepada engkau. Sesungguhnya hanya engkau yang bisa membolak balik hati ini.' Doa nya dalam hati.

Cekleekk.... Suara deritan pintu dibuka. Tiba tiba ada seseorang yang memeluknya dari belakang.

"Maafin mama sayang... mama sama papa terlalu memaksakan kehendak kami. Tapi percayalah disaat kami membuat keputusan ini kami memutuskan apa yang terbaik buat putri kami satu-satunya." Ucap ratih dengan lirih.

"Ya mom...I know ini demi kebaikan aku sendiri. Karna ini takdirku maka aku akan menerimanya dengan ikhlas untuk mendapat Ridho Nya. So mama tak perlu merasa bersalah" Ujarnya menenangkan.

"Jadilah istri yang baik sayang. Kamu harus menghormati suami mu nanti. Kerjakan tugasmu dengan baik nak. Mama tau ini mungkin berat buat kamu. Tapi mama tau kamu pasti bisa melewatinya. Nak andrew juga sosok laki-laki yang baik dia pasti akan selalu menjagamu" Ujar ratih seraya mengusap rambut anaknya dengan penuh kasih sayang.

"Nilla sangat menyayangi mama" Pelukan vanilla semakin mengerat pertanda dia sangat menikmatinya.

"Ehmm... Papa nggak diajak pelukan juga??" Tanya bram dengan ekspresi seakan akan dia sedang merajuk.

Vanilla yang mendengar perkataan papa nya pun langsung melangkah mendekati bram dan memeluknya. " Nilla juga sangat menyayangi papa" Ujar vanilla.

"Papa lebih menyayangimu princess " Ujar bram seraya mencium rambut anak nya.

"Maybe I found a prince now. But you must know dad, if you always be my king. And mom will always be my queen." Ujarnya seraya memeluk kedua orang tuanya.

"Pa waktu nya ijab qabul, ayo turun sekarang" ujar darrel. " ayo princes ke bawah pangeranmu sudah menunggumu." Bram menggenggam tangan vanilla dan menuntun nya kebawah.

Semua pandangan tertuju ke arah tangga dan disana terdapat vanilla yang begitu mempesona. Mereka menatap vanilla dengan kagum.

Andrew yang melihatnya pun terdiam. Hingga tibalah vanilla dan duduk di sampingnya. Hingga penghulu menginstruksikan agar ijab qabul nya segera dimulai.

"saya nikahkan engkau andrew david wijaya bin pras wijaya dengan vanilla gabiela smith binti bram smith . Dengan seperangkat alat sholat dibayar tunai" Ucap penghulu.

"Saya trima nikah nya vanilla gabiela smith binti bram smith dengan seperangkat alat sholat dibayar tunai " Jawab andrew dengan lantang dan tenang.


"Gimana para saksi??" Tanya penghulu.

Sah. ... Sah... Sah..

Alhamdulillah....

Vanilla yang mendengarnya pun terharu. Dia pun menyalami tangan andrew 'Tuhan kuserahkan semuanya kepada engkau' ujarnya dalam hati.

Begitupun andrew yang mencium kening vanilla 'Jika ini atas kehendakmu lindungilah kami tuhan' ujarnya dalam hati.

****


Kamar hotel itu sangat hening hingga andrew memutuskan untuk bicara "Vanilla aku tahu kita mungkin baru saja mengenal, dan aku tahu kita belum saling mencintai, tapi bisa kah kamu belajar mencintaiku?? Begitupun sebaliknya, aku akan belajar mencintaimu" Ujar nya penuh harap.

"Ya aku pun berharap begitu aku hanya ingin menikah satu kali tanpa adanya perceraian. Dan aku juga akan belajar mencintaimu " Ujar vanilla seraya melihat andrew.

"Ceptlah ganti bajumu dan lekas mandi, nanti malam kita akan melakukan resepsi" Ujar andrew.
"Ya" Jawab vanilla singkat. Vanilla pun berjalan ke kamar mandi ketika ia selesai mengunci pintu. Ia kesulitan untuk membuka resleting gaunnya.

Dua puluh lima menit pun berlalu akan tetapi vanilla belum bisa membuka resleting gaun nya. " shit!! Gimana ni masak iya gua harus minta bantuan sama dia" Ujarnya sendiri seraya mengumpat. "Bodoh amat!! Dari pada kedinginan disini lebih baik minta bantuan dia" gerutunya.

Klek...

"Ka........" ucapanya kepotong ketika vanilla sadar apa yang dilihatnya sekarang. Dia melihat andrew tidak memakai baju atau lebih tepat nya andrew baru saja selesai mandi dilihat dari andrew yang hanya memakai handuk dipinggangnya.

'Tuhan......... itu perut kenapa bisa sebagus itu!! Mamaaaa ........ adek gak kuat perutnya kotak kotak kayak tahu!!' Ujarnya histeris dalam hati.

"Terpesona eh?? Lihatlah air liurmu hampir saja menetes" ujarnya tersenyum miring. Vanilla yang mendengarnya pun tersadar 'bodohh!!!' Rutuknya dalam hati.

"Mengapa masih belum mengganti baju?" Tanya andrew. "Aku tak bisa membuka resleting gaun ini. Bisa kah kamu membantuku??" Tanya vanilla.

Andrew pun berjalan mendekati vanilla. Ketika ia akan membuka resleting, andrew melihat betapa jenjang dan mulus nya leher vanilla. Ia pun hanya bisa menelan ludah itupun dengan susah payah.

.
.
.
.
.

Yeeyyyyyy !! Maaf kalau banyak typo, harap dimaklumin oke J

See you again in next chapter!!!
Salam kecup kecup dari author :*:*:*



Sweet Stranger And MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang