MEET THE PARENTS

3.5K 157 45
                                    


Sekar hampir pulang dari kafe saat Bisma menghubunginya. Menanyakan hal yang basa basi, cuma untuk membangun komunikasi biar tidak canggung, begitu kata Bisma. Dan saat Sekar memberitahu kalau dirinya masih di kafe dan sedang menunggu temannya untuk pulang bareng, Bisma menyuruhnya menunggu. Karena Bisma akan menjemputnya. Belum sempat Sekar mengatakan penolakkannya, Bisma sudah menutup telponnya.

Dan mau tidak mau, Sekar harus mengirimkan alamat kafe tempatnya bekerja dan menunggu Bisma untuk menjemputnya. Suasana malam itu sangat bersahabat, cuaca sedang cerah, langit tidak menunjukkan tanda - tanda akan turun hujan. Bulan setengah bundar yang menghiasi langit malam itu terasa sangat sejuk di pandang. Sekar yang sedang duduk di bangku tempat tukang  parkir biasa beristirahat, menengadah melihat bulan.

Terukir senyum di wajahnya takkala menikmati saat - saat seperti ini, saat - saat yang jarang dia nikmati untuk sekarang. Karena sekarang dia harus bekerja keras untuk membantu mamanya. Sepeninggal papanya, Sekar harus berusaha sendiri untuk mencari uang saku dan untuk membeli buku dan keperluan kuliah lainnya. Ah teringat papanya membuat Sekar jadi sedih, tak terasa airmata sudah meleleh di pipinya.

"Nih.." Sekar menoleh ketika ada seseorang yang mengulurkan sebuah tisu. "Hapus airmatamu dik, aku nggak suka liat kamu menangis," Sekar lalu menerima tisu tersebut dan menghapus airmatanya. Dia malu ketahuan menangis didepan orang lain. Selama ini tidak ada yang pernah melihatnya menangis kecuali mbak Widuri dan mamanya. Karena Sekar tidak mau, orang lain mengasihani dirinya. Mengasihani penderitaannya.

"Kamu kelamaan nunggu ya, maaf." Ucap orang itu sambil ikut duduk di bangku. "Tadi mampir beli BBM dulu. Ada yang gangguin kamu ?" Sekar menggeleng dan tersenyum. "Yuk kita pulang sekarang, nanti mama nunggunya kelamaan," Ajak orang itu sambil bangkit berdiri.

"Pak, nanti boleh mampir sebentar nggak ? Saya mau beli sesuatu untuk adik saya," Akhirnya Sekar bersuara.

"Boleh. Yuk naik." Perintah Bisma sambil menyerahkan sebuah helm.

Malam ini Bisma mengendarai sebuah motor sport, bukan mobil seperti biasanya. Sekar lalu naik ke boncengan, tangannya memeluk tas yang dia letakkan diantara dirinya dan Bisma.

"Dik, pegangan, nanti kamu jatuh." Kata Bisma sambil melajukan motornya. Sekar tak menggubris kata - kata Bisma barusan.

Lalu tiba - tiba Bisma menambah kecepatan motornya, dan membuat Sekar kaget dan seketika membuat dia memeluk Bisma dengan erat. Bisma melirik Sekar dari kaca spion dan tersenyum geli saat gadis itu mendelik dan mengerutu kesal.

"Pak, makasih martabaknya ya," Ujar Sekar saat mereka sudah sampai di depan rumah Sekar. Tadi memang Sekar meminta berhenti untuk membeli martabak pesanan adiknya, dan seperti biasa Bisma yang memaksa membayar. Tanpa bisa menolak, Sekar akhirnya menerima dengan perasaan tidak enak.

"Pulangnya kok agak malam, nduk ?" Tanya Miranti yang telah membukakan pintu untuk Sekar.

"Iya ma, tadi mampir beli martabak dulu." Jawab Sekar sambil menunjukkan martabak yang di bawanya.

Bisma yang sedari tadi diam, tiba - tiba menghampiri Miranti dan mencium tangannya. "Assalammualaikum bu," sapa Bisma santun. Sekar yang melihat adegan itu cuma melongo sambil mengerjap - ngerjapkan matanya yang besar.

"Walaikumsalam, ini siapa ya ? Kok ibu baru lihat ya ?" tanya Miranti

"Saya Bisma bu, pacarnya Sekar," jawab Bisma membuat Sekar tambah melongo lebar mendengar jawaban Bisma

"Oohh begitu, ayo masuk dulu nak," tawar Miranti sambil mempersilahkan Bisma masuk.

"Nggak usah bu, sudah malam. Nggak enak sama tetangga, lain kali saja." Tolak Bisma halus. "Kalau begitu saya pamit dulu ya bu," pamit Bisma.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 18, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PACAR SEWAANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang