Prolog

10 4 0
                                    

Awan hitam menghiasi langit pagi ini. Entah ia ikut bersedih atau justru malah mengejek gadis yang sedari tadi berdiam sambil memperhatikannya.
Menatap kosong pada rintik hujan yang tak ada habisnya. Sudah hampir satu jam gadis itu termenung di tempat duduknya.

Hembusan angin kencang tak ia hiraukan. Seakan dirinya sudah terbiasa dengan udara yang menusuk hingga menembus tulang belulangnya.
Sunyi adalah teman kesehariannya.

Setetes air mata jatuh saat ia mengkilas balik kejadian beberapa tahun lalu. Kejadian menyakitkan yang membuat ia kehilangan kebahagiaannya. Merenggut sebagian hidupnya.

Semenjak kejadian itu, ia membentengi diri dari orang-orang disekitarnya. Tak pernah ia pedulikan kata-kata penyemangat yang ditujukan untuknya. Hidupnya hampa, ia bagaikan raga yang tak memiliki nyawa. Tak ada kebahagiaan, seakan kebahagiaan pun enggan menghampiri hidupnya.

Berdiri dari duduknya gadis itu menghapus air matanya kemudian menatap jam tangan yang melingkar indah dipergelangan tanganya. Dengan wajah datar ia mulai melangkahkan kakinya, Ia harus berangkat kerja jika ia tak ingin dapat masalah dari atasannya.
Gadis itu segera membuka payung yang sudah ia siapkan sebelumnya.

Sedari tadi ia berdiam diri diteras tempat tinggalnya. Sebuah kost khusus untuk wanita yang sudah ia tinggali dua tahun ini. menanti redanya air hujan yang justru malah semakin membesar. Ia terpaksa menggunakan angkutan umum jika hujan terus mengguyur seperti ini.

BAHAGIA BERSAMAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang