BAB 2

13 3 3
                                    

Bulan ini sudah memasuki musim penghujan, jadi wajar bila langit selalu ditutupi awan hitam. Tapi Berbeda dengan hari ini, langit begitu cerah seakan memberikan kesempatan bagi orang-orang yang ingin menghabiskan waktu liburnya bersama orang tersayang.

Kecuali gadis yang sedang duduk menyendiri di kursi taman. Ia sedang memperhatikan bagaimana orang-orang disekelilingnya pergi bersama orang terkasihnya. Bermain, bercanda dan tertawa bersama. Sedangkan dia, dia hanya bisa tersenyum miris sambil menjerit didalam hati.

Kenapa hidupnya menjadi seperti ini?
Kemana kebahagiaanya?
Kemana keceriaannya?
Apa kesalahannya dimasa lalu
Hingga ia menjadi seperti Sekarang ini?

Tak ada keluarga yang menopangnya.
Tak ada teman yang menjadi sandarannya.
Semuanya hilang.
Hidupnya hampa.

Andai bunuh diri tak menjadi dosa mungkin ia sudah melakukannya dari jauh-jauh hari.

"Ini yang terbaik untuk hidupku" hanya itu kata yang bisa menjadi penyemangat untuknya. Yang selalu ia lafalkan saat ia mulai goyah.

Ia akan beranjak dari kursi andai seruan dari seseorang tak menghentikannya.

"Karin, kau kesini juga? Ah Kenapa kita tak pergi bersama saja tadi" bahkan karin tak tau Kapan gendis datang dan duduk disampingnya.

"Sejak Kapan kau disana?"

"Kau tak melihatku datang karin?" Bukannya menjawab gendis malah balik bertanya. Karin hanya menggeleng kemudian lanjut beranjak untuk pergi.

Gendis yang melihat karin pergi buru-buru bangkit untuk mengejarnya.

"Kenapa kau meninggalkanku?" Ia bertanya setelah berada disamping karin. Karin hanya menatap bingung kearah gendis.

"Saat aku memintamu untuk pulang bersamaku, Kenapa kau malah meninggalkanku?"

"Hanya ingin" jawabnya sambil mengedikkan bahu membuat gendis mencebikkan bibirnya.

"Kenapa kau selalu menggangguku?" Karin berbalik menghadap gendis untuk bertanya seketika gendis menghentikan langkahnya dan menatap dalam mata Karin.

"Kau merasa terganggu?" Karin melihat ada kekecewaan di mata gadis itu membuatnya menjadi merasa bersalah

"Hmm" tapi ia tetap menggumam untuk menjawab pertanyaan gendis

"Maaf" gendis menundukkan wajah saat menjawabnya

"Bukan maaf yang ingin ku dengar, tapi alasan mengapa kau selalu menggangguku?" Karin butuh jawaban, jawaban mengapa gendis selalu mendekatinya disaat orang lain menjauhinya.

Mungkin pertanyaannya terdengar kejam walau sebenarnya ia tak pernah merasa terganggu saat gendis mendekatinya.

"Aku hanya ingin dekat denganmu dan menjadi temanmu. Apa itu hal yang mengganggu?"

"Kau ingin menjadi temanku?" Gendis hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan Karin.

Karin terdiam sesaat, memikirkan apakah ia bisa mempercayai orang lain untuk menjadi temannya lagi.

"Baiklah, kau bisa menjadi temanku" karin sudah memutuskan untuk kembali menjalin pertemanan ia harus yakin bahwa gendis tak seperti mereka yg mengecewakannya.

Karin kembali berjalan meninggalkan gendis yang masih bergeming setelah mendengar jawaban dari karin. Ia begitu bahagia bisa menjadi teman karin Sekarang

Gendis berlari menyusul karin sambil berteriak bahagia. Ia berjalan menghadap karin sambil terus menanyakan hal yang diabaikan oleh karin

"Kau Serius?"

"Kau menerimaku?"

"Menerimaku menjadi temanmu?"

"Sungguh"

"Benarkah?" Gendis tak memperhatikan jalan didepannya hingga ia menabrak tiang lampu Taman membuat beberapa orang yang melihatnya tertawa, wajahnya mulai memerah karna malu tapi kemudian matanya menatap takjub pada karin yang ikut tertawa.

Merasa diperhatikan karin mengehentikan tawanya
"Apa?" Ia memandang bingung kearah gendis yang masih terdiam

"Kau tertawa" itu bukan pertanyaan tapi pernyataan, gendis benar-benar Merasa takjub pasalnya ini kali pertama gendis melihat tawa karin, Gendis pikir karin tak bisa tertawa.

"Aku juga manusia" karin menjawab datar

"Kau sungguh cantik jika tertawa" gendis masih terus menatap takjub pada karin Sedangkan karin tersentak saat mendengar penyataan gendis.

Karin mundur selangkah saat sebuah pemikiran hinggap dikepalanya

"Kau masih normalkan gendis?" Karin bertanya ragu

"Maksudmu?"

"Kau seolah memujaku ketika mengatakan hal itu"
Gendis berpikir apa yang salah dengan pernyataannya, karin memang sangat cantik saat tertawa, ia terus berpikir hingga ia menyadari bahwa karin salah paham

"Jelas aku masih normal, aku masih menyukai pria tampan"

"Lalu Kenapa kau menatapku dan mengatakan hal yang seolah-olah kau itu... ya begitulah"

"Itu karna aku baru pertama kali melihatmu tertawa seperti itu, kau sungguh cantik saat tertawa. tapi Kenapa aku tak pernah melihatmu tertawa sebelumnya? Apa yang membuatmu tidak pernah tertawa?"

Karin terdiam, ia tak suka diingatkan tentang masa lalunya. Pertanyaan gendis secara tidak langsung mengingatkan dia tentang masa lalu yang ia benci.

"Aku menerimamu menjadi temanku bukan berarti aku mengizinkanmu bertanya mengenai apapun tentang diriku" setelah mengatakan itu karin pergi meninggalkan gendis yang terpaku mendengar jawaban darinya.

Gendis mencebikkan bibirnya saat sadar bahwa ia telah ditinggal lagi oleh karin

"Kenapa ia selalu meninggalkanku sih?"

********

"Masih memikirkannya?" Reno bertanya disela kegiatannya. Ia sedang berada dirumah genta saat ini

"Siapa?" Genta bertanya bingung, pasalnya mereka tidak sedang membahas apapun, reno sedang Bermain games Sedangkan ia sendiri sedang sibuk dengan pikirannya

"Gadis itu" reno menatap dalam genta mecari tau apa yang sedang dipikirkan temannya itu

"Gue gak pernah bisa lupain dia" genta menjawab dengan lesu

"Lo gak berniat cari dia?"

"Kenapa gue harus nyari dia?"

"Gue rasa lo jatuh cinta pada pandangan pertama sama dia" reno menjawab dengan raut wajah Serius

Genta tersentak mendengar ucapan reno. Apa benar ia jatuh cinta dengan gadis yang ia tolong itu.

"Kenapa lo bisa berasumsi begitu?" Genta bertanya dengan nada menuntut

"Menurut lo Kenapa gue bisa berasumsi kaya gitu?" Bukan menjawab reno malah balik bertanya

Genta terdiam, ia tak bisa menjawab pertanyaan yang dilontarkan temannya itu.

"Apa yang lo rasain kedia gen?" Reno kembali bertanya saat dilihatnya genta hanya terdiam

"Gue gak tau" Genta sendiri tak mengerti tentang perasaan yang ia miliki untuk gadis itu.

"Lo harus temuin dia dan cari tau apa perasaan lo kedia sebenernya. Walaupun gua udah ngerasa kalo lo cinta sama dia, tapi perasaan lo cuma lo yang tau."

********

Genta termenung di balkon kamarnya, reno sudah pulang satu jam yang lalu. Ia memikirkan kembali percakapannya dengan reno mengenai gadis itu.

Haruskah ia mencarinya?
Apa benar bahwa ia mencintai gadis itu?
Tapi bagaimana bisa, ia bahkan tak tau nama gadis itu lalu bagaimana dia bisa menemukannya

"Arrrrgghh" genta berteriak frustasi, terlalu banyak pertanyaan yang berkecamuk dalam pikirannya saat ini. Dan untuk mendapat jawaban dari pertanyaan-pertanyaannya ia harus bisa menemukan gadis itu bagaimana pun caranya.

"Aku pasti akan menemukanmu gadis malamku" gumamnya penuh tekad.

BAHAGIA BERSAMAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang