Pagi ini Karin datang ke cafe tempat kerjanya lebih siang dari hari biasanya.
Dikarenakan hujan yang tidak juga reda membuat jalanan mangalami kemacetan panjang."Karin" panggilan dari salah satu teman kerjanya sama sekali tak dihiraukan olehnya. Ia terus saja berjalan memasuki ruangan yang memang dikhususkan untuk para pekerja di cafe itu.
Tak menyerah gendis-sosok yang tadi memanggil karin- justru mengikuti karin hingga ia berdiri dihadapan karin.
"Karin, jalanan pasti sangat macet sehingga kau datang lebih siang. Benar kan?" dengan senyum ramah gendis bertanya yang ditanggapi deheman singkat oleh karin.
Karin keluar begitu saja dari ruangan pegawai tanpa memperdulikan gendis yang masih saja tersenyum walau mendapat perlakuan seperti itu dari karin.
Bukan sekali dua kali gendis diperlakukan seperi itu oleh karin, tapi setiap hari gendis selalu mendapat perlakukan seperti itu. Sebenarnya bukan hanya gendis tetapi seluruh pekerja disana diperlakukan sama oleh karin.
Karin memang orang yang tak perduli dengan apa yang ada disekitarnya. Ia seperti memiliki dunianya sendiri. Tapi gendis tak pernah lelah untuk mendekati karin tidak seperti pegawai lainnya yang justru menjauh setelah tau bagaimana sifat karin.
Gendis melihat karin sedang mebersihkan meja-meja cafe. Cafe belum buka sehingga mereka masih bisa sedikit besantai sambil membersihkan meja dan jendela cafe.
Gendis membantu merapihkan dan membersihkan meja-meja cafe sambil sesekali melirik kearah karin sambil terus menyunggingkan senyum.
Ia senang bisa bekerja dengan karin. Walau karin terlihat tak peduli pada siapapun tapi ia tahu sebenarnya karin adalah orang yang sangat hangat dan baik hati. Hanya saja mungkin sesuatu telah merubahnya menjadi dingin seperti itu.Gendis percaya suatu saat nanti pasti karin akan menjadi karinnya yang dulu. Karin yang pernah ia temui beberapa tahun yang lalu.
Mungkin karin tak pernah ingat dengannya tapi tidak dengan gendis, justru gendis tak pernah bisa melupakan karin. Melupakan apa yang pernah karin lakukan untuknya.********
" silahkan pesanannya, selamat menikmati" karin tersenyum, jenis senyum yang dipaksakan hanya untuk memberikan kesan ramah pada para pelanggan di cafe itu.
"Karin" lagi-lagi gendis menghampiri karin dengan sebuah senyuman. Terkadang karin merasa bingung dengan sikap gendis padanya. Ia sudah memperlakukan gendis dengan begitu tak peduli tapi kenapa gendis seakan biasa saja dengan perlakuan yang diberikan olehnya bahkan selalu tampak tersenyum setiap kali mengajaknya bicara.
"Karin lebih baik kau istirahat dulu, biar aku yang menggantikan tugasmu. Ini sudah lewat jam makan siang"
"Nanti saja"
"Tapi karin sedari tadi kau sudah banyak mengantarkan pesanan dan belum istirahat"
"Aku bilang nanti saja"
"Tapi..." gendis tak melanjutkan kalimatnya saat dilihat karin menatapnya tajam
karin melihat ada ketakutan di mata gendis saat ia menatapnya tajam, membuatnya menjadi tidak tega.
"Baiklah, kalau begitu gantikan tugasku" gendis tersenyum senang saat mendengar jawaban karin
Gendis sudah bilangkan, karin itu gadis hangat yang baik hati dan sekarang ada satu point tambahan lagi. Karin adalah gadis yang penurut.
********
"Karin pulang denganku ya"
Karin baru saja keluar dari ruang pegawai saat gendis menghampiri dan memintanya pulang bersama
"Karin aku boleh pulang denganmu kan?"
Karin terus berjalan tanpa menghiraukan ajakan dari gendis. Sedangkan gendis tak ingin menyerah dan masih mencoba mengajak karin pulang bersama
"karin ayo pulang bersama"
"Karin kostmu kan hanya berjarak beberapa rumah dari rumah ku, jadi bolehkan aku pulang bersamamu?"
" jika kau ingin pulang bersamaku teruslah berjalan tanpa banyak bicara"
Gendis tersenyum senang mendengar jawaban dari karin
"Tapi tunggu" gendis menahan lengan karin untuk menghentikan langkahnya. Karin menatap gendis dengan pandangan bertanya. gendis merasa ada yang ia lupakan
"Motorku!!" pekik gendis saat ia ingat bahwa tadi ia berangkat kecafe mengendarai motor dan sekarang ia melupakan motornya diparkiran cafe
"Jika kau membawa motor kenapa kau tak pulang sendiri dan biarkan aku pulang tanpa gangguanmu?"
"Aku lupa jika aku membawa motor tadi, tunggulah disini aku akan mengambilnya dan kita tetap akan pulang bersama dengan motorku" gendis segera berlari kembali kecafe untuk mengambil motornya.
Sedangkan karin tetap diam ditempatnya. Kadang ia merasa bodoh kenapa bisa-bisanya ia selalu menuruti permintaan gendis padahal ia bukan orang yang mudah menuruti permintaan orang lain.
Selama ini tatapan memohon gendis lah yang tak bisa ia tolak, ia seperti mengenali tatapan itu.
"Sepertinya aku pernah bertemu gendis sebelumnya" gumamnya pelan sebelum berjalan pergi.
********
"Kan udah gua bilang, kita bakal ada rapat sebentar lagi. Dan lo malah asik-asikan main games disini"
Genta yang sedang serius memainkan games diponselnya tersentak saat mendengar seruan dari teman sekaligus asisten pribadinya itu.
Ia menghentikan permainannya dan memutar tubuhnya untuk memandang reno -teman sekaligus asistennya-
"Disini yang jadi bos siapa? Kenapa jadi lo yang marah-marah sama gue" Tanyanya dengan wajah yang sangat menyebalkan bagi reno
"Yahhh nasib jadi bawahan selalu aja salah"
Genta hanya terkekeh melihat ekspresi yang ditunjukan oleh reno." sorry ren gue cuma cari angin sambil nyegerin pikiran sebelum rapat. Yo lah kita turun"
Genta dan reno turun dari rooftop perusahaan. Genta tau satu jam lagi akan diadakan rapat tetapi ia memutuskan singgah sebentar dirooftop hanya untuk mencari angin dan menyegarkan pikiran dengan bermain games sendirian ditempat yang sepi.
Dia memang biasa melakukan hal itu jika sesuatu sedang mengusik pikirannya, bermain games di tempat yang sepi.
Masih jelas diingatannya, saat ia menolong seorang gadis beberapa tahun yang lalu. Bagaimana jeritan gadis itu, bagaimana tangisan gadis itu, masih terekam dalam memori pikirannya.
Selalu, saat ia mengingat hal itu ada rasa sakit dihatinya. Entah mengapa ia benci melihat tangisan dimata gadis itu. Mata indah yang selalu mengusik setiap harinya.
Dan Sekarang, setelah dua tahun terlewat ia belum pernah bertemu kembali dengan gadis itu.
"Dimana kau sebenarnya?" gumamnya dalam hati
KAMU SEDANG MEMBACA
BAHAGIA BERSAMAMU
Chick-LitKarin ingin hidup bahagia bersama orang yang disayangi dan menyayanginya, tapi sebuah kejadian membuat Karin harus menjalani hidup sendiri. Lalu bagaimana cara Karin bisa mendapatkan kebahagiaannya? Saat ia sendiri tau bahwa kesendirian takkan pern...