Lost Mate.
( Is It The End?)Kau tahu?
Ternyata kita tidak punya banyak kenangan bersama.
Sebagian besar dari mereka bahkan jauh lebih buruk dari yang terjadi didalam kisah cinta manapun.🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀
Author POV
"Jangan lakukan ini," ucap Sia.
Tangannya mencengkram erat pergelangan tangan Damian yang masih terangkat. Sia menghela nafas lelah, sejujurnya dia benci harus merasa kasihan seperti ini tapi melihat Reon dan Sienna tiba-tiba membuatnya teringat pada Kay dan Sara. Hidup tanpa mate mu sendiri itu, bukankah sangat menyakitkan?
Damian ikut menghela nafas, ia menurunkan tangannya sambil menatap Sia sendu dan membiarkan gadis itu memeluk lengannya, Damian meremas jemari Sia pelan.
"I am trying to protect you," ungkap Damian tak kalah pelannya.
Sia mengangguk sambil menempelkan pipi nya di bahu Damian. Ia tahu, tentu saja. Ia hanya tidak ingin Damian harus menyakiti orang lain untuk bisa melakukannya. Itu tidak masalah, sungguh! Sia hanya perlu Damian selalu ada bersamanya.
"Aku tahu," jawab Sia. Ia mengusap lengan Damian lembut sambil kembali berkata, "tapi, kau tidak perlu menyakiti mereka untuk itu. Kita tahu rasanya, bukankah itu sangat menyedihkan jika kita ikut melakukannya pada orang lain?"
"Mereka bukan orang lain! Mereka orang yang sudah memisahkan mu dariku. Tidakkah kita ber-hak untuk tidak memaafkan?"
Damian mendesah lalu menatap Sienna yang bergerak memangku kepala Reon yang mata nya masih terpejam. Wanita itu sedang terisak pelan, Damian bisa mendengarnya tapi rasa geram itu tentu saja masih ada. Jika Sia tidak sedang memeluk lengannya maka Damian sudah pasti telah membunuh Reon.
"Sienna melakukan hal yang baik dengan datang ke makam hari itu, karena tidak satu pun dari kami yang tahu bahwa kau masih hidup. Dia menyelamatkanmu," ucap Sia pelan. Dia lelah mengakui semua ini tapi kenyataannya jika Sienna tidak disana dengan segala rencananya maka, maka....God! Sia bahkan tidak sanggup mengatakannya.
"Tidakkah dia pantas dimaafkan untuk itu?" sambungnya.
Damian terdiam. Dia mengerti, Sia-nya memang selalu benar. Tidakkah mereka pantas dimaafkan untuk itu? Katanya. Ya, Damian rasa mereka cukup pantas dan yeah....meskipun sulit, ia akan melakukannya! Anggaplah tahun-tahun yang terlewat selama ini adalah ujian berat lainnya untuk cinta mereka.
Damian meringis, luka dibibirnya yang berdarah akhirnya terasa, dia sudah cukup sadar untuk bisa berpikir sekarang. Meski setengah hati, ia tetap berbalik kearah Sia lalu menggenggam tangan gadis itu.
"Kau mau kita pergi?" tanyanya sambil tersenyum kecil.
Sia ikut tersenyum, membuat genangan air mata yang tadi terkumpul di iris nya perlahan menetes. Dia menggigit bibir bawahnya sambil menunduk lalu mengangguk. Sia tidak hanya ingin pergi, dia juga ingin pulang ke rumah. Rumahnya, rumah mereka. Bisakah?
Damian merangkul bahu Sia. Benar dia tidak memaafkan tapi dia memberikan pengampunan atas nyawa dua orang didepannya ini. Untuk Sia? Tentu saja! Demi siapa lagi Damian melakukannya.
Mengambil nafas, Damian membawa Sia berjalan menuju pintu tanpa melepas rangkulannya dibahu gadis itu. Tentang Reon dan Sienna, jika Sia-nya yakin bahwa mereka akan berubah maka ia harus percaya dengan itu. Apa Damian akan menyesalinya suatu hari nanti? Mungkin juga, tapi setidaknya ketika hari itu datang dia memiliki Sia disampingnya untuk bertahan.
Sia menolehkan wajahnya kebelakang dalam eratnya rangkulan Damian. Sienna menggenggam jemari Reon kuat, itu menambah keyakinannya bahwa mereka memang sudah tak sama lagi, dalam artian yang lebih baik tentu saja. Cara Sienna mengusap permukaan wajah Reon, bahkan saat pria itu tidak membuka mata seketika mengingatkannya pada saat-saat dimana dia pernah merasa kehilangan Damian. Itu menyakitkan, sungguh! Dengan memaafkan mereka hari ini, bukankah Sia telah menyelamatkan satu lagi kehidupan yang sudah nyaris hancur? Sia merasa sangat baik untuk itu, jadi ketika matanya sudah tak dapat menangkap pasangan itu, untuk pertama kalinya dalam hidup ini akhirnya Sia merasa bahwa sakitnya selama ini mungkin memang tidak pernah menjadi sia-sia.
🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀
Sienna mengusap wajah Reon pelan. Bahkan seluruh tubuhnya juga terasa remuk tapi Sienna tetap berkeras didalam hati bahwa dia bisa menjadi tumpuan untuk Reon. Kemarin, kemarin dan kemarinnya Reon lah yang selalu melakukan ini, kalian tahu? Menjadi perisai atas segala rasa sakit Sienna tapi mulai hari ini semua akan jadi berbeda, ya semua benar-benar akan jadi berbeda.
"K-kau." lirih Reon.
Sienna mendekatkan wajahnya ke wajah Reon. Susah payah untuk tidak menangis ketika sadar bahwa luka ditubuh pria itu kemungkinan akan menjadi cacat.
"Emh," gumam Sienna, memberitahu Reon bahwa dia dekat dan bisa mendengarnya.
Reon meneguk saliva nya, agar bisa bicara dia perlu begitu. Dia belum bisa membuka mata, tapi itu bagus! Dia jadi tidak perlu melihat kesedihan di mata Sienna.
"Apakah sakit? K-kau juga pasti merasakannya kan?" ucap Reon.
Sakit ditubuhnya ini sial nya bukan miliknya sendiri, Sienna juga pasti mendapat yang kurang lebih sama karena ikatan mereka.
Sienna terkekeh, setetes air mata nya jatuh.
"Yang sakit itu kau bukan aku! Jangan bodoh! Pikirkan saja dirimu sendiri," ucapnya.
Sienna merasa bodoh. Bagaimana bisa Reon masih bisa mengkhawatirkan dirinya? Dialah yang sekarat disini.
Dengan susah payah Reon menggenggam balik jemari Sienna. Dia tahu wanita-nya itu menangis.
"Jangan mati dulu," ucap Sienna lirih.
"Kenapa?" tanya Reon sambil terkekeh kecil.
Sienna diam, dia menggigit bibir bawahnya, mengingatkan diri untuk tidak terisak.
"Karena..." Sienna tercekat membuat Reon lebih erat menggenggam tangannya, "...aku belum pernah bilang kalau aku mencintaimu," sambung Sienna lebih lirih lagi.
Kali ini Reon yang diam dan perlu waktu yang cukup lama sampai akhirnya dengan lirih dia juga berkata...
"Aku tahu."
🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀
Dylan tersenyum dari balik pintu yang setengah tertutup. Jujur saja, dari awal dia memang tidak pernah benar-benar dekat dengan Reon, ia bahkan tidak perduli tentang pria itu. Tapi melihat betapa berarti nya dia bagi Sienna hari ini, Dylan rasa dia harus mulai memikirkan ulang sikapnya.
Kalian tahu? Kadang-kadang Dylan berpikir, dia dan mate nya nanti, apa juga akan seperti mereka? Pria itu terkekeh, merasa lucu dengan pemikirannya sendiri. Apapun itu yang jelas dalam cerita selanjutnya semua akan berjalan dengan cara yang berbeda.
🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀
TBC. 😀😘
Readers! Yang di mulmed itu Cast nya Reon, ya...
Anyway, happy reading and see you in the next part ya. 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Mate (Mate Series#1) (SUDAH TERBIT)
WeerwolfSEBAGIAN PART SUDAH DIHAPUS! Highest Rank : 1st in werewolf ( 07-07-18.) 2nd in werewolf ( 22-04-17.) "Karena hanya yang pernah ditinggalkan yang tahu bagaimana rasanya kehilangan"