Cinta Sementara

14.7K 283 7
                                    

Masih aman~

***

Sudah dua minggu berlalu sejak kedua orang tuaku resmi bercerai. Sejak saat itu aku tinggal bersama kakak sepupuku. Mbak Tina.

Sebenarnya aku bisa saja tinggal bersama papa atau mama. Tapi, aku malah lebih memilih tinggal bersama Mbak Tina dan suaminya, Om Fanri.

Kenapa aku lebih memilih mbak Tina? Karena aku belum siap menerima keluarga baru, orang tua tiriku kelak, khususnya dari pihak papa. Aku tidak masalah jika harus tinggal serumah dengan orang tua tiri, bahkan aku tidak beranggapan orang tua tiri seperti yang digambarkan di film atau sinetron. Menurutku itu terlalu berlebihan. OMG hello Indonesia gitoeh!

Alasanku ingin jauh dari papa dan mama adalah sebagai bentuk dari hukumanku untuk mereka, sekaligus aku tidak ingin membuat salah satu diantara mereka cemburu.
Kenapa aku sebut hukuman? Papa berencana akan menikah lagi. Aku tau siapa perempuan gila yang mau menikahi papa, menurut informasi yang aku dapat dari sekertarisnya di kantor, sebenarnya papa sudah 3 bulan dicurigai menjalin hubungan dengan salah satu staff produksi yang dikenal sangat sexy. Kalian lihat? Bahkan sekertarisnya papa pun tau kalo papa sudah selingkuh di belakang mama dan aku.

Oh betapa bodohnya diriku! Dan mama pun sama. Setelah selesai masa 'Idah, dia berencana akan menikah dengan seorang pengusaha asal Timor Leste. Shit! Aku tau kenapa mereka bercerai, mungkin karena mereka sudah tidak saling mencintai. Nikah ternyata tidak menjamin kebahagiaan pasangan. Bahkan banyak lho yang sudah lama pacaran, lalu menikah, eh belum lama langsung bercerai. Gitu tuh kategori pacaran yang cuma modal tampang dan pamer kekayaan. Huft.
Kembali ke kasusku. Mereka? Kerja dan kerja setiap waktu. Mereka telah lupa bagaimana caranya mencintai.

Mungkin mereka mengalami yang namanya umm apa ya? Puber Kedua? Yah. Itu mungkin. Mungkin aku tidak tahu masalah apa yang melandasi retaknya rumah tangga mereka. Well aku tidak peduli.

Tapi, sekarang lihat hasil perbuatan mereka padaku. Mbak Tina memang keluarga ku. Kakakku. Tapi itu berbeda. Usiaku masih muda. Seharusnya di usia ini aku masih mendapatkan kasih sayang kedua orang tua. Seharusnya mereka bertanggung jawab atas masa depanku kelak agar aku bisa membanggakan mereka. Tapi, mereka seolah lari dari tanggung jawab. Mereka lebih mementingkan ego dan perasaan masing-masing.

Arrgghh sialan! Rasanya kepalaku pusing memikirkan ini semua. Tidak berguna aku terus-terusan memikirkan apa yang sudah terjadi. Aku memilih ikhlas dan menganggap semua hanya ujian semata. Tapi.. hiks tetap saja rasanya sakit. Aku merasakan wajahku memanas dan sebulir air mata sukses meluncur di atas pipiku. Aku menangis, terlebih mengingat kejadian detik-detik saat kedua orang tuaku pergi meninggalkan rumah.

*flashback*

"Mam, hiks jangan pergi dari rumah ini mam. A-anna janji bakal bikin mama bangga. Anna janji mam." Suaraku terdengar sangat parau.

Aku sudah tidak kuat lagi membendung tangisku. Sambil membungkuk dan memeluk kaki mama aku terus memohon kepada mama agar tidak pergi dari rumah. Aku tidak mau tinggal hanya dengan papa di rumah ini. Aku butuh keluarga yang lengkap.

"Nak maafkan mama. Mama ga bisa lagi bersamamu, Nak. Mama sudah cukup sabar menghadapi papamu. Suami mama. Tapi.."
"Hiks mam. Kenapa kalian ga memikirkan perasaan Anna. Anna tau Anna masih kecil untuk mengerti arti perceraian. Anna tau Anna ga berhak mengurusi masalah kalian. Tapi mam. Anna mohon pikirkan lagi perasaan dan masa depan Anna."
Okay.. aku sadar kata-kata itu terlalu aneh. Maksudku, apa artinya kau punya banyak uang dan kekayaan tapi tidak dibesarkan dalam keluarga yang utuh? Huh?
"Anna sayang. Maafkan mama dan papamu, Mama mohon ini demi kebaikanmu juga. Jika terus dipaksakan mama takut kamu akan lebih terluka sayang. Percuma."
See..

Perkataan mama bagai gunting yang memotong-motong perasaanku. Oh sialan!
"Oh begitu? Jadi adanya aku di dunia ini cuma hasil dari hubungan kalian?" nada bicaraku terdengar meninggi.

Mama diam. Aku lihat raut penyesalan begitu memenuhi wajah kepala empatnya. Bingung dan perasaan memuakkan lainnya. Mama tidak bisa berkata apa apa sekarang. Dan jika bicara pun tidak ada gunannya. Semua sudah terlambat.

Aku memang masih terlalu dini untuk mengenal soal cinta. Tapi jangan dikira aku ini bodoh.

"Makasih mama. Makasih sudah melahirkanku dan membuatku merasa dibodohi oleh cinta sesaat kalian. Makasih ma!"

Sungguh! sejujurnya aku sangat menyesal mengucapkan kata-kata keji itu. Terdengar sangat durhaka. Tapi mau bagaimana,saat ini aku kesal, marah, kecewa, dan sangat terpukul. Aku masih belum bisa menerima ini semua. Belum.

Ide itu datangnya menyebalkan. Ketika asik istirahat, malah kepikiran untuk update 😑
070617

FUCKING ME NERD (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang