Misteri Anak Baru (1)

1.2K 95 13
                                    

Mari lanjutkan! let's go! :)


***


Aku berani bertaruh, aku pernah bertemu gadis tidak tau diri itu di suatu tempat. Tapi, dimana?

Tatapan dia tidak asing bagiku. Ah, sudahlah. Mungkin ini efek aku terlau memforsir tenaga ku di sini.


Ini hari pertama sekolah sekaligus pengalaman pertama ku menjadi ketua Kogat di sekolah. Mari tunjukkan performa yang baik semaksimal mungkin. Jangan sampai mengecewakan Rachel. 


"Hel, kira-kira aku ngapain lagi ya sepulang sekolah nanti?" Ucapku. 

"Hahahaha, kenapa bertanya? Lakukan apapun yang bikin kamu relax." Ucap Rachel diiringi senyuman hangat dan tawa riang.

"Aku serius, aku ga mau cepet-cepet pulang. Masih ga enak sama Om Farid."

"Ga enak, apa masih takut diteror sama Babeh?" Ucap Rachel sambil menatapku selidik.

Aku diam. Rachel benar.

"Hahaha sudahlah, nanti ke rumah aku aja yuk. Biar aku yang izin sama Om-mu." Ucap dia enteng sambil mengemasi berkas-berkas untuk di bawa ke Aula tempat para murid baru berkumpul.

"Beneran?" tanyaku.

"Iyeee bambang"

"Ututututuu maacih" respon aku memeluk lengannya dengan manja.

"Tolong jaga sikap wahai Nyi Lampir abad ini." Ungkap Rachel dengan nada jijik.

"Bodo" jutekku.

Kami diam sejenak, sedetik kemudian tertawa. Well, barangkali ini sedikit hiburan sebelum ketegangan yang akan terjadi.

***

Aku dan Rachel berjalan hingga ke Aula. Tempat anak-anak berkumpul dengan Sisbar (Siswa Baru). Aku lihat teman-teman kogat sudah siap di tempatnya masing-masing.

Dengan postur tegak dan mata awas tanpa senyuman sedikitpun. 

"Chel, aku ke sana." Izinku sambil menunjuk ke arah ruangan yang berada di belakang panggung.

Rachel hanya mengangguk. Dia berjalan ke arah teman-teman Osis sambil sesekali menyapa beberapa dari mereka.

Waktu sudah menunnjukkan pukul 11 siang. Menurut jadwal ini waktunya untuk perkenalan antara Osis dan Sisbar. 

brubuukkk brubuuukk

Ah! Sial! Tiba-tiba perutku sakit. Oh iya, ini hari pertama aku datang bulan. Aku merogoh ponsel dari dalam saku dan membuka aplikasi Whatssapp. 

"Nia, wait jangan dulu pada mulai rapat kelas tanpa gw, gw mules banget ini sumpah."

"Elaaaaah, buruaaaan ih! semua nugguin keputusan lu ini. Anak-anak pada bingung musti ngapain tanpa lu. cepetan!!!!!!!" Ketik Nia dengan tanda seru yang panjang. Huft.

Sudah sekitar 15 menit yang lalu, anak-anak riuh mencari keberadaanku. Pasalnya, sekarang waktunya pembagian tugas untuk Kogat mengawal Sisbar ke kelas masing-masing. Ketua Kelompok, Nia Swastika, ditunjuk Rachel untuk mengatur jalannya acara ini bersama Kogat.

Rachel tidak ingin kejadian di tahun lalu terulang, dimana saat semua orang terfokus di aula kami mendapati ada beberapa Sisbar yang nongkrong di kantin belakang sambil merokok. Dan beberapa Sisbar perempuan yang diam di mesjid.

Sampai di kamar mandi aku langsung mendobrak pintu. Tidak peduli ada orang atau tidak. Ah elah, sakit banget perut gue. 

Kalian tau ga rasanya mules tapi engga tau apa yang musti dikeluarin? Nah, itu yang gw rasaain sekarang. Nyiksa banget.

Selagi aku sibuk dengan urusan hajat di dalam sini, Aku mendengar seseorang membuka pintu kamar mandi. 

"Really? Are you kidding me?!" Ucap gadis yang entah siapa. Sepertinya gadis itu sedang menelepon seseorang. 

Selanjutnya gadis itu berbicara dalam bahasa inggris dengan aksen british yang kental. Sayangnya aku sama sekali tidak mengerti. Suara gadis itu terdengar sangat fasih dan lancar. Sepertinya gadis ini bukan dari kalangan orang biasa. 

Tiba-tiba notifikasi WA ku berbunyi. Menyadari ada orang di dalam kamar mandi aku dapat mendengar gadis itu pelan menutup teleponnya.

"CEPETAN WOI!" Ketik Nia besar-besar. Nia memang terkenal tidak sabaran dan sedikit egois di kalangan anak-anak OSIS. Tapi, sifatnya itu justru memiliki keuntungan tersendiri. Hanya dengan ketegasan dan kedisiplinan suatu organisasi dapat berjalan dengan baik.

Aku lantas bergegas dan membuka pintu kamar mandi. Deg! Gadis itu!

Tidak lain dan tidak bukan ternyata dia gadis 'tidak tau diri'. Kami saling bertatapan. Kali ini dia bisa melihatku dengan jelas tanpa mengenakan topi Kogat. Dalam jarak sedekat ini aku bisa mencium aroma parfumnya. Melon? 

Sedetik, dua detik kami bertatapan. Seoalah ada magnet yang menarik perhatian kita. 

"Kenapa kak?" suara gadis itu membuyarkan lamunanku.

"Hmm.. Ga apa-apa." 

Aku mencuci tangan di wastafel. Dari ekor mataku, aku tau gadis itu masih melihatku. Entah apa yang ada dalam pikirannya. Namun, aku tidak peduli sama sekali.

"Kenapa kamu engga pake pake atribut? Kamu lupa ini hari MOS (Masa Orientasi Siswa)?" ucapku sinis memecah keheningan yang aneh.

"Maaf saya lupa." Ucap gadis itu singkat mengulangi kata-kataku. Lalu dia ikut mencuci tangan di wastafel sebelahku. Mataku tertuju pada kedua lengan gadis itu yang penuh luka sayatan kecil. Meski tanpa kaca mata, aku dapat melihat sayatan-sayatan itu dengan jelas.

"Kenapa kakak liatin saya? Ada yang aneh?" Ah dia menyadari.

"Hmm engga. Ekhm.. Ga ada." Ucapku singkat. Aku buru-buru mengambil tisu dan membasuh lenganku. Entah mengapa perasaanku tiba-tiba mendadak seram, berlama-berlama bersama Gadis Tidak Tau Diri. Seperti ada yang menyedot semua energiku.

Baru satu langkah aku keluar dari kamar mandi, reflek aku menepok jidat. Astagah topiku! Aku lalu buru-buru masuk kembali ke dalam kamar mandi. Betapa terkejutnya aku, si 'Gadis Tidak Tau Diri' itu sedang mengenakan topi ku di depan cermin.

"Hm maaf tolong kembalikan." ucapku.

"Hmm kamu mau ini? Ambil lah."

Huft, dia! Aku tidak ingin membuang waktu lagi. Secepat kilat aku mengambil topi itu. Tiba-tiba saja dia menangkap pergelangan tanganku. Aku merasakan tangan dia panas. Mataku terkunci pada tatapannya yang sangat tajam. Seolah ingin mengunyahku hidup-hidup. What?

Satu.. dua.. tiga.. detik waktu berdetik. Tak bisa aku hentikan. 

Pintu kamar mandi terbuka pelan. Seseorang masuk ke dalam kamar mandi dan memutus kontak mata diantara kita.

Tanpa mengatakan sepatah kata pun aku keluar dari kamar mandi lantas bergegas ke tempat Nia berada.

Sialan! Ada apa denganku?! Ini sangat tidak normal. 

"Anjir, lu lama amat sih? Ngapain aja?"

Aku mengelos dari pandangan Nia dan langsung bergegas menuju tim Kogat. 

"Jadi gini ya Mak Lampir. Sesi kelas si Mbok Lurah, lagi ngambil makanan di luar sama Mamang Ujang. Kebetulan tu pas di jalan bannya kempes tu mobil. Tugas lu lu pada tolong kawal anak-anak baru ni ke kelas masing-masing. Si Rachel kagak mau ada satu anak pun yang keluar barisan. Nah, kenapa gue ada di sini? Nih gue mau bagiin daftar Sisbar ini. Plus gue mau mastiin lu jan galak-galak ame ntu Sisbar ya. Paham."

Meski sedikit gendek sama bahasa Nia, tapi instruksi yang dia berikan cukup dapat kami pahami.

"Oke tim jadi begini..." 

Well, kejadian tadi memang cukup aneh buatku, tapi apapun itu, ini tidak boleh mengganggu tanggung jawabku


***

Kira-kira apa yang dipikirkan sama Vierra? Tunggu minggu depan :)

November is Rain (24/11/2020)



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FUCKING ME NERD (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang